Perlahan, Kita Terbiasa
Perlahan, kita mulai memahami bahwa tidak semua yang indah diciptakan untuk
bertahan.
Ada pertemuan yang hanya ditakdirkan sebagai persinggahan,
ada kebersamaan yang lambat laun luruh dalam kesunyian.
Kita terbiasa tanpa kabar, seperti senja yang tak lagi menunggu matahari
tenggelam.
Terbiasa membiarkan rindu menumpuk, hingga akhirnya ia lelah dan memilih diam.
Kita mengira hati akan selalu menanti, tetapi waktu, dengan caranya sendiri,
mengajari kita untuk melepaskan.
Ada hari-hari di mana nama itu masih menggema di kepala,
namun semakin lama, suara itu makin lirih, makin samar, hingga hampir tak
terdengar.
Ruang-ruang yang dulu penuh dengan tawa kini hanya diisi gema kenangan yang tak
lagi bersuara.
Dan tanpa kita sadari, kita telah belajar melangkah tanpa menoleh ke
belakang.
Bukan karena tidak peduli, bukan pula karena tak lagi berarti,
tetapi karena semesta telah mengajarkan bahwa beberapa cerita memang dituliskan
untuk selesai.
Pada akhirnya, bukan kebencian yang menjauhkan, melainkan kenyataan yang
perlahan memisahkan.
Bukan kehilangan yang menyakitkan, melainkan kebiasaan yang mengikis rasa
hingga segalanya menjadi biasa.
Dan kita pun saling melepaskan, bukan dengan air mata, tapi dengan keheningan
yang paling dalam.
Copyrigh Nono Sugiono
0 Response to " Perlahan, Kita Terbiasa"
Posting Komentar