Sarana belajar yang memadukan teori akademis dengan pendekatan praktis dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman konseptual dan penerapannya di dunia nyata. Serta memberikan kerangka berpikir yang kuat melalui teori-teori dasar, sementara praktiknya memberikan wawasan tentang bagaimana konsep tersebut digunakan dalam konteks nyata.

MODEL DAN PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


PENDAHULUAN

Pengambilan keputusan merupakan elemen fundamental dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam lingkup individu, organisasi, maupun pemerintahan. Keputusan yang tepat dan efektif dapat memberikan manfaat yang signifikan, sementara keputusan yang kurang optimal dapat menimbulkan risiko dan kerugian. Untuk memahami bagaimana keputusan dibuat, berbagai model dan pendekatan telah dikembangkan oleh para ahli. Model-model ini membantu dalam merancang strategi yang lebih sistematis, mempertimbangkan berbagai alternatif, serta meningkatkan efektivitas dalam mengambil keputusan.

Dokumen ini membahas beberapa model utama dalam pengambilan keputusan, yaitu model rasional, bounded rationality (rasionalitas terbatas), incrementalism (model inkremental), dan garbage can model (model tempat sampah). Setiap model memiliki kelebihan dan keterbatasan yang berbeda dalam menerapkan strategi pengambilan keputusan. Dengan memahami model-model ini, individu dan organisasi dapat memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kondisi dan tujuan mereka.

Berikut ini adalah empat model utama dalam pengambilan keputusan: model rasional, bounded rationality, incrementalism, dan garbage can model.

MODEL RASIONAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Model rasional adalah pendekatan klasik dalam pengambilan keputusan yang mengasumsikan bahwa individu atau organisasi bertindak secara logis dan sistematis dalam mencari solusi terbaik. Model ini berorientasi pada optimalisasi hasil dengan menggunakan proses yang terstruktur dan berbasis data. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam model rasional:

1. Identifikasi Masalah

Langkah pertama dalam model rasional adalah mengenali dan mendefinisikan masalah atau tantangan yang dihadapi secara jelas. Identifikasi yang akurat sangat penting karena kesalahan dalam mendefinisikan masalah dapat menyebabkan solusi yang tidak tepat sasaran. Pada tahap ini, organisasi atau individu harus memahami akar penyebab masalah serta dampaknya terhadap lingkungan internal maupun eksternal.

2. Pengumpulan Informasi

Setelah masalah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan informasi yang relevan dan akurat untuk memahami situasi secara menyeluruh. Informasi ini mencakup data historis, tren pasar, pendapat ahli, serta faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi keputusan. Semakin lengkap dan valid data yang diperoleh, semakin baik keputusan yang dapat diambil.

3. Identifikasi Alternatif

Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan, berbagai opsi atau alternatif solusi dikembangkan. Alternatif ini dapat berupa strategi atau tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi masalah. Penting bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan sebanyak mungkin alternatif yang layak agar memiliki pilihan yang lebih luas dan tidak terbatas pada satu solusi saja.

4. Evaluasi Alternatif

Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, tahap selanjutnya adalah mengevaluasi kelebihan dan kekurangan dari masing-masing alternatif. Evaluasi dilakukan berdasarkan berbagai kriteria seperti efektivitas, efisiensi, biaya, dampak jangka panjang, serta risiko yang terkait. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) sering digunakan dalam tahap ini untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai potensi keberhasilan setiap opsi.

5. Pemilihan Alternatif Terbaik

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, alternatif terbaik dipilih untuk diimplementasikan. Pemilihan ini dilakukan dengan mempertimbangkan solusi yang memberikan hasil paling optimal sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada tahap ini, penting untuk melibatkan berbagai pemangku kepentingan guna memastikan keputusan yang diambil mendapat dukungan penuh dan dapat diterapkan dengan efektif.

6. Implementasi Keputusan

Setelah alternatif terbaik dipilih, langkah selanjutnya adalah menerapkan keputusan yang telah dibuat. Implementasi mencakup penyusunan rencana kerja, alokasi sumber daya, serta koordinasi dengan pihak terkait. Keberhasilan implementasi sangat bergantung pada efektivitas komunikasi dan kesiapan organisasi dalam mengeksekusi keputusan.

7. Evaluasi Hasil

Langkah terakhir dalam model rasional adalah mengevaluasi hasil keputusan yang telah diimplementasikan. Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah keputusan yang diambil memberikan hasil yang diharapkan dan apakah ada aspek yang perlu diperbaiki. Jika diperlukan, dilakukan penyesuaian atau perubahan strategi untuk meningkatkan efektivitas keputusan yang telah dibuat.

Kelebihan Model Rasional

  • Pendekatan sistematis: Model ini menyediakan struktur yang jelas dalam pengambilan keputusan.
  • Berbasis data: Keputusan didasarkan pada informasi yang objektif dan terukur.
  • Menghasilkan keputusan optimal: Dengan mempertimbangkan berbagai alternatif, model ini meningkatkan kemungkinan memperoleh solusi terbaik.

Kelemahan Model Rasional

  • Asumsi informasi sempurna: Model ini mengasumsikan bahwa pengambil keputusan memiliki akses ke semua informasi yang diperlukan, yang dalam kenyataan sering kali sulit dicapai.
  • Proses yang kompleks dan memakan waktu: Evaluasi semua alternatif memerlukan sumber daya yang besar dan sering kali sulit diterapkan dalam situasi yang membutuhkan keputusan cepat.
  • Keterbatasan kognitif: Pengambil keputusan memiliki batasan dalam menganalisis semua informasi secara rasional karena adanya faktor psikologis dan emosional yang dapat mempengaruhi keputusan.

Model rasional merupakan pendekatan yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan strategis, terutama dalam bidang ekonomi, bisnis, dan pemerintahan. Meskipun memiliki beberapa keterbatasan, model ini tetap menjadi dasar dalam banyak proses pengambilan keputusan karena pendekatannya yang sistematis dan berbasis data. Untuk mengatasi kelemahan model ini, sering kali dikombinasikan dengan pendekatan lain, seperti model intuisi atau model perilaku, agar lebih fleksibel dalam menghadapi kondisi dunia nyata yang dinamis dan kompleks.

BOUNDED RATIONALITY (RASIONALITAS TERBATAS)

Konsep Bounded Rationality atau Rasionalitas Terbatas dikembangkan oleh Herbert Simon sebagai kritik terhadap model keputusan rasional yang mengasumsikan bahwa individu selalu bertindak rasional dengan mempertimbangkan semua alternatif dan memilih solusi optimal. Dalam kenyataannya, manusia memiliki keterbatasan dalam kapasitas kognitif, waktu, dan sumber daya dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, individu sering kali mencari solusi yang cukup memuaskan (satisficing) daripada yang benar-benar optimal.

Prinsip-Prinsip Rasionalitas Terbatas

Model Bounded Rationality berlandaskan pada beberapa prinsip utama, yaitu:

1.      Identifikasi Masalah

Langkah pertama dalam pengambilan keputusan adalah mengenali dan mendefinisikan masalah yang dihadapi. Proses ini tidak selalu sempurna karena individu memiliki keterbatasan dalam memahami semua aspek masalah secara menyeluruh. Identifikasi masalah dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis, pengalaman, serta informasi yang tersedia.

2.      Pencarian Alternatif yang Memadai

Dalam model rasional klasik, diasumsikan bahwa individu akan mengeksplorasi semua kemungkinan solusi. Namun, dalam Bounded Rationality, individu hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang dianggap paling relevan dan dapat diakses dengan mudah. Keterbatasan waktu dan sumber daya menyebabkan individu tidak mampu mengevaluasi semua pilihan yang ada.

3.      Evaluasi Terbatas

Setelah menemukan beberapa alternatif, individu mengevaluasi pilihan tersebut hingga menemukan solusi yang dianggap cukup baik, bukan yang terbaik. Proses ini sering kali menggunakan aturan sederhana atau heuristik dalam membuat keputusan. Karena keterbatasan informasi dan kapasitas kognitif, pengambil keputusan tidak selalu memilih opsi yang paling optimal, tetapi yang cukup memadai untuk situasi tertentu.

4.      Keputusan Berdasarkan Keterbatasan Informasi

Keputusan yang diambil dalam kondisi rasionalitas terbatas sangat dipengaruhi oleh informasi yang tersedia dan yang dapat dipahami oleh individu. Sering kali, informasi yang dimiliki tidak lengkap atau sulit untuk diinterpretasikan dengan sempurna, sehingga individu hanya menggunakan bagian informasi yang dianggap paling relevan.

Implikasi dalam Pengambilan Keputusan

Konsep Bounded Rationality memiliki implikasi yang luas dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, manajemen, dan kebijakan publik. Dalam dunia bisnis, misalnya, manajer sering kali harus mengambil keputusan cepat berdasarkan informasi yang terbatas. Oleh karena itu, mereka mengandalkan pengalaman, intuisi, atau strategi heuristik dalam memilih tindakan yang akan diambil.

Dalam kebijakan publik, pembuat kebijakan juga menghadapi tantangan dalam mengolah data yang kompleks dan terbatasnya waktu dalam merancang regulasi. Akibatnya, kebijakan yang dihasilkan tidak selalu merupakan solusi optimal, tetapi lebih kepada solusi yang dapat diterima oleh sebagian besar pihak.

Model Bounded Rationality memberikan perspektif yang lebih realistis mengenai bagaimana keputusan diambil dalam dunia nyata. Dengan adanya keterbatasan dalam kapasitas kognitif, waktu, dan informasi, individu dan organisasi cenderung mencari solusi yang cukup memuaskan daripada yang sempurna. Konsep ini menjadi dasar bagi berbagai teori pengambilan keputusan modern dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana manusia benar-benar berperilaku dalam situasi yang kompleks dan penuh ketidakpastian.

MODEL INKREMENTAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Model inkremental merupakan salah satu pendekatan dalam pengambilan keputusan yang diperkenalkan oleh Charles Lindblom. Model ini berangkat dari pemikiran bahwa dalam dunia nyata, pengambilan keputusan tidak selalu dilakukan secara komprehensif dan rasional, melainkan melalui tahapan bertahap atau inkremental. Dalam model ini, perubahan besar jarang terjadi, dan keputusan dibuat berdasarkan modifikasi kecil terhadap kebijakan atau praktik yang sudah ada.

Konsep Utama Model Inkremental

Model inkremental menekankan bahwa pengambilan keputusan bersifat evolusioner, bukan revolusioner. Berikut adalah beberapa prinsip utama dalam model ini:

  1. Identifikasi Masalah Secara Bertahap

Pengambil keputusan mengidentifikasi masalah secara berkelanjutan, bukan dalam satu waktu tertentu. Artinya, masalah dalam suatu organisasi atau kebijakan publik tidak selalu ditentukan sekaligus, melainkan melalui proses observasi dan evaluasi secara terus-menerus. Dengan demikian, respons terhadap masalah lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan.

  1. Perubahan Kecil dan Bertahap

Setiap keputusan yang diambil merupakan bentuk penyesuaian kecil terhadap kebijakan atau strategi yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa perubahan yang diterapkan tidak mengganggu stabilitas sistem yang sedang berjalan. Perubahan-perubahan kecil ini juga lebih mudah diterima oleh berbagai pemangku kepentingan dibandingkan dengan perubahan drastis yang mungkin menimbulkan resistensi.

  1. Evaluasi Berdasarkan Pengalaman Masa Lalu

Alternatif kebijakan atau keputusan yang diambil didasarkan pada evaluasi keberhasilan atau kegagalan kebijakan sebelumnya. Dalam hal ini, organisasi atau pemerintah cenderung mempertahankan strategi yang terbukti efektif dan melakukan perbaikan pada aspek yang kurang optimal. Model ini menitikberatkan pada pengalaman sebagai dasar untuk perbaikan dan pengembangan kebijakan.

  1. Menghindari Risiko Besar

Model inkremental cenderung menghindari perubahan drastis yang berisiko tinggi. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian yang melekat dalam setiap kebijakan atau keputusan besar. Dengan melakukan perubahan secara bertahap, organisasi atau pemerintah dapat mengurangi kemungkinan dampak negatif yang mungkin terjadi akibat keputusan yang kurang tepat.

Keunggulan Model Inkremental

Model inkremental memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya banyak digunakan dalam berbagai bidang, terutama dalam kebijakan publik dan manajemen organisasi:

  • Fleksibilitas: Model ini memungkinkan pengambil keputusan untuk lebih fleksibel dalam merespons perubahan lingkungan dan situasi yang berkembang.
  • Reduksi Risiko: Dengan mengadopsi pendekatan bertahap, risiko dari kebijakan yang salah dapat diminimalkan.
  • Efisiensi Waktu dan Sumber Daya: Karena hanya melakukan perubahan kecil dari kebijakan yang sudah ada, model ini lebih hemat waktu dan sumber daya dibandingkan dengan pendekatan yang bersifat radikal.
  • Penerimaan yang Lebih Baik: Karena perubahan dilakukan secara bertahap, resistensi dari pemangku kepentingan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan perubahan besar yang mendadak.

Kelemahan Model Inkremental

Meskipun memiliki banyak keunggulan, model inkremental juga memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

  • Kurangnya Inovasi: Karena lebih fokus pada perubahan kecil, model ini kurang mendorong inovasi yang bersifat disruptif.
  • Lambat dalam Menanggapi Krisis: Model ini lebih cocok untuk kondisi yang stabil. Dalam situasi krisis yang membutuhkan perubahan cepat dan drastis, model inkremental bisa jadi tidak cukup efektif.
  • Terlalu Bergantung pada Kebijakan Lama: Karena hanya melakukan modifikasi terhadap kebijakan yang sudah ada, model ini cenderung mempertahankan kebijakan lama yang mungkin tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini.

Penerapan Model Inkremental

Model inkremental banyak digunakan dalam kebijakan publik dan manajemen organisasi karena sifatnya yang adaptif dan realistis. Beberapa contoh penerapan model ini meliputi:

  1. Kebijakan Publik: Pemerintah sering menggunakan pendekatan ini dalam pembuatan kebijakan, misalnya dalam reformasi sistem pendidikan atau kesehatan yang dilakukan secara bertahap agar lebih mudah diterima oleh masyarakat.
  2. Manajemen Organisasi: Dalam dunia bisnis, perusahaan sering menerapkan model inkremental dalam pengambilan keputusan strategis, seperti pengembangan produk baru yang dilakukan secara bertahap berdasarkan respons pasar.
  3. Anggaran Pemerintah: Model inkremental sering digunakan dalam proses penyusunan anggaran, di mana perubahan alokasi dana dilakukan secara bertahap berdasarkan evaluasi tahun sebelumnya.

Model inkremental dalam pengambilan keputusan menekankan pada perubahan bertahap, berbasis pengalaman, dan menghindari risiko besar. Model ini sangat relevan dalam kebijakan publik dan manajemen organisasi karena fleksibilitasnya dalam menghadapi perubahan lingkungan. Meskipun memiliki keterbatasan dalam hal inovasi dan respons terhadap krisis, model ini tetap menjadi salah satu pendekatan yang efektif dalam pengambilan keputusan yang berkelanjutan dan minim risiko.

GARBAGE CAN MODEL (MODEL TEMPAT SAMPAH) DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ORGANISASI

Garbage Can Model (Model Tempat Sampah) adalah salah satu teori pengambilan keputusan dalam organisasi yang dikembangkan oleh Michael Cohen, James March, dan Johan Olsen pada tahun 1972. Model ini dirancang untuk menjelaskan bagaimana keputusan dibuat dalam organisasi yang kompleks dan penuh ketidakpastian, terutama dalam kondisi di mana proses pengambilan keputusan tidak selalu berjalan secara sistematis atau rasional.

Karakteristik Garbage Can Model

Model ini menyoroti bahwa keputusan dalam organisasi sering kali terjadi secara acak dan tidak selalu mengikuti prosedur yang terstruktur. Tidak seperti model pengambilan keputusan yang lebih rasional dan linear, Garbage Can Model menggambarkan pengambilan keputusan sebagai proses yang lebih bersifat spontan, di mana berbagai elemen yang tidak selalu berhubungan dapat bertemu dan menghasilkan keputusan yang mungkin tidak direncanakan sebelumnya.

Elemen Utama dalam Garbage Can Model

Terdapat empat elemen utama dalam model ini yang berinteraksi dalam proses pengambilan keputusan:

  1. Masalah (Problems)
    • Masalah dalam organisasi bisa muncul kapan saja, tidak selalu terdefinisi dengan jelas, dan sering kali bersifat ambigu.
    • Masalah ini bisa berasal dari berbagai faktor internal maupun eksternal, seperti perubahan kebijakan, tekanan pasar, atau konflik kepentingan antar departemen.
  2. Solusi (Solutions)
    • Dalam organisasi, solusi atau tindakan sering kali sudah ada sebelum masalah teridentifikasi.
    • Solusi ini bisa berasal dari inovasi sebelumnya, strategi yang pernah digunakan, atau ide-ide yang telah dikembangkan tetapi belum diterapkan.
  3. Partisipan (Participants)
    • Individu yang terlibat dalam pengambilan keputusan memiliki beragam peran, kepentingan, dan perspektif.
    • Para aktor ini bisa mencakup manajer, karyawan, pemegang saham, atau bahkan pihak eksternal seperti pemerintah dan pelanggan.
  4. Kesempatan Pengambilan Keputusan (Choice Opportunities)
    • Kesempatan pengambilan keputusan adalah momen ketika berbagai elemen—masalah, solusi, dan partisipan—bertemu secara bersamaan.
    • Keputusan yang diambil pada momen ini sering kali bergantung pada siapa yang hadir, solusi yang tersedia, serta masalah yang sedang mendapatkan perhatian.

Mekanisme dalam Garbage Can Model

Model ini menggambarkan organisasi sebagai tempat sampah di mana masalah, solusi, partisipan, dan kesempatan pengambilan keputusan dilemparkan bersama-sama tanpa urutan yang jelas. Akibatnya, keputusan bisa diambil bukan karena suatu masalah membutuhkan solusi tertentu, tetapi karena adanya kombinasi elemen yang kebetulan bertemu pada saat yang bersamaan.

Ada beberapa mekanisme utama yang menjelaskan bagaimana keputusan diambil dalam model ini:

  1. Problem-Solution Matching: Kadang-kadang solusi yang sudah ada digunakan untuk menyelesaikan masalah yang kebetulan muncul, meskipun keduanya tidak secara langsung berkaitan.
  2. Decision by Flight: Jika partisipan tidak memiliki cukup sumber daya atau waktu untuk menangani suatu masalah, mereka dapat menunda atau mengabaikan keputusan.
  3. Decision by Oversight: Dalam beberapa kasus, keputusan dibuat tanpa analisis mendalam karena tekanan waktu atau tuntutan eksternal.
  4. Resolution by Random Combination: Beberapa keputusan dihasilkan dari kombinasi acak antara masalah, solusi, dan partisipan yang berada di tempat yang sama pada waktu yang bersamaan.

Implikasi dalam Organisasi

Garbage Can Model memberikan beberapa wawasan penting tentang bagaimana organisasi beroperasi:

  • Keputusan tidak selalu rasional: Banyak keputusan dibuat berdasarkan faktor-faktor kebetulan dan tidak selalu mengikuti pendekatan analitis.
  • Organisasi bersifat dinamis: Karena masalah, solusi, dan aktor terus berubah, keputusan dalam organisasi bisa sangat bervariasi dari waktu ke waktu.
  • Kebijakan dan strategi bisa berubah cepat: Karena keputusan sering kali diambil secara tidak terstruktur, organisasi mungkin harus sering menyesuaikan kebijakan mereka sesuai dengan kondisi yang berkembang.

Kritik terhadap Garbage Can Model

Meskipun model ini menawarkan pandangan yang realistis tentang pengambilan keputusan dalam organisasi yang kompleks, ada beberapa kritik terhadapnya:

  • Kurangnya struktur yang jelas: Model ini menunjukkan bahwa keputusan sering terjadi secara acak, tetapi dalam kenyataannya banyak organisasi tetap memiliki proses yang lebih sistematis.
  • Tidak selalu berlaku di semua organisasi: Organisasi dengan hierarki yang lebih ketat dan sistem pengambilan keputusan yang formal mungkin tidak terlalu cocok dengan pendekatan ini.
  • Sulit untuk diterapkan secara praktis: Karena model ini berfokus pada ketidakteraturan, sulit bagi manajer untuk menggunakan model ini sebagai panduan dalam pengambilan keputusan yang lebih efektif.

Garbage Can Model memberikan perspektif unik tentang bagaimana keputusan dibuat dalam organisasi yang penuh ketidakpastian. Dengan menyoroti interaksi acak antara masalah, solusi, partisipan, dan kesempatan pengambilan keputusan, model ini membantu menjelaskan mengapa beberapa keputusan tampak tidak terencana atau tidak rasional. Meskipun memiliki beberapa keterbatasan, pemahaman tentang model ini dapat membantu pemimpin organisasi dalam menghadapi dinamika kompleks dalam pengambilan keputusan sehari-hari.

KESIMPULAN
Pengambilan keputusan merupakan proses kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ketersediaan informasi, keterbatasan kognitif, serta dinamika organisasi dan lingkungan eksternal. Berbagai model pengambilan keputusan telah dikembangkan untuk membantu dalam memahami dan menyusun strategi yang lebih efektif.

Model rasional menawarkan pendekatan sistematis dan berbasis data, tetapi sering kali kurang fleksibel dalam situasi yang dinamis. Model bounded rationality mengakui keterbatasan manusia dalam memperoleh dan menganalisis informasi, sehingga pendekatan ini lebih realistis dalam konteks dunia nyata. Model inkremental menekankan pada perubahan bertahap dan minim risiko, sementara garbage can model menunjukkan bagaimana keputusan dalam organisasi sering kali bersifat acak dan tidak terstruktur.

Dengan memahami kelebihan dan keterbatasan masing-masing model, pengambil keputusan dapat memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang dihadapi. Kombinasi dari berbagai model juga sering kali diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengambilan keputusan yang kompleks dan beragam.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Simon, H. A. (1957). Models of Man: Social and Rational. Wiley.
  2. Lindblom, C. E. (1959). The Science of Muddling Through. Public Administration Review, 19(2), 79-88.
  3. Cohen, M. D., March, J. G., & Olsen, J. P. (1972). A Garbage Can Model of Organizational Choice. Administrative Science Quarterly, 17(1), 1-25.
  4. Drucker, P. F. (2008). The Effective Executive: The Definitive Guide to Getting the Right Things Done. HarperBusiness.

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MODEL DAN PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN"

Posting Komentar