Fungsi Manajemen Pengendalian
Deskripsi Singkat
Pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang bertujuan memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Fungsi ini membantu organisasi memantau, mengevaluasi, dan mengambil tindakan korektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan pengendalian yang efektif, organisasi dapat meminimalisasi risiko dan memastikan efisiensi operasional.
Capaian Pembelajaran
Setelah
mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
- Memahami konsep dasar
pengendalian dalam manajemen.
- Mengidentifikasi elemen-elemen
penting dalam proses pengendalian.
- Mengevaluasi berbagai jenis
sistem pengendalian dalam organisasi.
- Mengembangkan strategi
pengendalian yang efektif.
- Menerapkan pengendalian dalam
berbagai studi kasus organisasi.
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa
mampu:
- Menjelaskan pentingnya fungsi
pengendalian dalam manajemen.
- Menguraikan tahapan proses
pengendalian yang efektif.
- Menganalisis implementasi
sistem pengendalian dalam organisasi.
- Mengidentifikasi kendala yang
dapat muncul dalam proses pengendalian dan memberikan solusi praktis.
- Membuat rencana pengendalian
yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Pendahuluan
Dalam
dunia bisnis yang dinamis dan penuh tantangan, kemampuan untuk mengendalikan
operasi perusahaan menjadi sangat penting. Pengendalian dalam manajemen tidak
hanya berfungsi sebagai alat untuk memantau kinerja, tetapi juga sebagai
mekanisme untuk menilai efektivitas keputusan yang telah diambil sebelumnya.
Oleh karena itu, manajer yang kompeten harus mampu merancang sistem
pengendalian yang efektif dan responsif.
Fungsi
pengendalian tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan erat dengan fungsi
manajemen lainnya seperti perencanaan, pengorganisasian, dan kepemimpinan.
Pengendalian memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan serta memungkinkan perusahaan melakukan
penyesuaian terhadap perubahan lingkungan yang terjadi.
Dalam
perkuliahan ini, kita akan mendalami konsep dasar pengendalian, tahapan proses
pengendalian, serta tantangan yang dihadapi dalam penerapannya. Selain itu,
akan dibahas pula berbagai contoh kasus nyata yang menunjukkan pentingnya
pengendalian dalam menjaga keberlangsungan bisnis.
Konsep Pengendalian dalam Manajemen
Pengendalian
(controlling) adalah salah satu fungsi utama dalam manajemen selain
perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan. Fungsi ini memegang peranan
penting untuk memastikan bahwa aktivitas organisasi berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Tanpa adanya pengendalian yang efektif,
organisasi akan kesulitan dalam mencapai tujuan strategis dan menghadapi risiko
penyimpangan dalam proses operasional.
Pengendalian
dalam manajemen mencakup proses untuk menetapkan standar, mengukur kinerja,
membandingkan hasil aktual dengan standar yang telah ditentukan, dan mengambil
tindakan korektif bila diperlukan. Proses ini memungkinkan organisasi untuk
tetap berada pada jalur yang benar, sekaligus meningkatkan efisiensi dan
efektivitas operasionalnya.
1. Definisi Pengendalian
Pengendalian
adalah proses sistematis yang dilakukan oleh manajer untuk memastikan bahwa
aktivitas organisasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Proses ini
mencakup pemantauan, evaluasi, dan pengambilan keputusan korektif untuk
memperbaiki penyimpangan yang terjadi.
Menurut
Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), pengendalian adalah proses untuk
memastikan bahwa aktivitas aktual organisasi sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan.
2. Tujuan Pengendalian
Pengendalian
memiliki berbagai tujuan yang penting bagi keberlangsungan dan pencapaian
tujuan organisasi:
a. Memastikan Pencapaian Tujuan Organisasi
Dengan
adanya pengendalian yang baik, manajemen dapat memastikan bahwa setiap divisi
atau unit kerja beroperasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini
mendukung pencapaian target organisasi secara keseluruhan.
Contoh:
Dalam sebuah perusahaan manufaktur, pengendalian proses produksi dilakukan
dengan menetapkan target produksi harian. Dengan memonitor pencapaian setiap
hari, perusahaan dapat memastikan target produksi bulanan tercapai.
b. Mengidentifikasi Penyimpangan dari Rencana
Pengendalian
membantu organisasi untuk mendeteksi adanya penyimpangan atau deviasi dari
rencana yang telah ditetapkan. Penyimpangan ini dapat berupa penurunan
produktivitas, peningkatan biaya operasional, atau masalah kualitas produk.
Contoh:
Di sebuah perusahaan retail, penurunan penjualan selama tiga bulan
berturut-turut dibandingkan target yang telah ditetapkan menunjukkan adanya
penyimpangan yang perlu segera diidentifikasi dan diatasi.
c. Mengambil Tindakan Korektif untuk Perbaikan
Tindakan
korektif dilakukan untuk mengembalikan aktivitas organisasi agar sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Tindakan ini dapat berupa perubahan strategi,
pelatihan ulang karyawan, atau perbaikan sistem operasional.
Contoh:
Jika tim pemasaran sebuah perusahaan tidak mencapai target penjualan, tindakan
korektif yang dapat diambil adalah meningkatkan promosi digital atau memberikan
pelatihan tambahan kepada tim penjualan.
Proses Pengendalian dalam Manajemen
Proses
pengendalian dalam manajemen biasanya melibatkan empat langkah utama:
- Penetapan Standar Kinerja:
Standar kinerja adalah patokan yang digunakan untuk
mengevaluasi kinerja aktual. Standar ini dapat berupa target penjualan,
efisiensi produksi, atau tingkat kepuasan pelanggan.
- Pengukuran Kinerja:
Kinerja aktual organisasi diukur dan dicatat untuk
dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
- Perbandingan Kinerja dengan
Standar:
Hasil pengukuran kinerja dibandingkan dengan standar untuk
mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi.
- Tindakan Korektif:
Jika terdapat penyimpangan, manajemen perlu mengambil
tindakan korektif untuk memperbaiki situasi dan mencegah penyimpangan di masa
depan.
Contoh dan Studi Kasus
Contoh:
Dalam sebuah perusahaan jasa logistik, pengendalian dilakukan dengan memantau
waktu pengiriman paket. Jika terdapat keterlambatan, manajemen segera
mengevaluasi proses distribusi dan mengambil langkah perbaikan, seperti
menambah armada kendaraan atau memperbaiki rute pengiriman.
Studi
Kasus:
PT
XYZ adalah perusahaan manufaktur yang menghadapi masalah efisiensi produksi.
Setelah melakukan evaluasi pengendalian, ditemukan bahwa banyak mesin produksi
yang mengalami downtime akibat kurangnya pemeliharaan rutin. Dengan menerapkan
sistem pengendalian yang lebih ketat, termasuk jadwal pemeliharaan yang
terstruktur, perusahaan berhasil meningkatkan efisiensi produksi sebesar 15%
dalam waktu satu tahun.
Pengendalian
adalah alat yang penting untuk menjaga organisasi tetap berada pada jalur yang
telah direncanakan. Dengan pengendalian yang efektif, organisasi dapat
memastikan pencapaian tujuan, mengidentifikasi penyimpangan, dan mengambil
tindakan korektif yang diperlukan. Tanpa pengendalian yang memadai, organisasi
akan rentan terhadap ketidakpastian dan penyimpangan yang dapat menghambat
pencapaian tujuan strategisnya. Oleh karena itu, setiap manajer perlu memahami
dan mengimplementasikan fungsi pengendalian secara konsisten dalam proses
manajemen.
Tahapan Proses Pengendalian dalam Manajemen
Pengendalian
dalam manajemen tidak dapat dilakukan secara instan, tetapi harus melalui
tahapan yang terstruktur dan sistematis. Proses ini membantu manajer dalam
memantau, mengevaluasi, serta mengambil langkah perbaikan untuk memastikan
pencapaian tujuan organisasi. Dengan mengikuti tahapan yang terencana,
organisasi dapat menjaga kualitas aktivitas mereka, mengidentifikasi
penyimpangan lebih awal, serta memastikan efektivitas dan efisiensi
operasional.
Berikut
adalah tahapan-tahapan penting dalam proses pengendalian beserta penjelasan dan
contohnya:
1. Penetapan Standar Kinerja
Tahap
pertama dalam proses pengendalian adalah menetapkan standar kinerja. Standar
kinerja adalah patokan yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu
aktivitas dalam organisasi. Standar ini dapat berupa target kuantitatif maupun
kualitatif, tergantung pada jenis aktivitas yang diawasi.
Jenis Standar Kinerja:
- Kuantitatif: Target penjualan, efisiensi biaya, jumlah produksi.
- Kualitatif: Tingkat kepuasan pelanggan, kualitas layanan, dan
kecepatan penyelesaian proses kerja.
Karakteristik Standar yang Baik:
- Spesifik: Standar harus jelas dan tidak ambigu.
- Dapat Diukur: Standar harus memungkinkan evaluasi yang objektif.
- Realistis: Standar harus dapat dicapai dengan sumber daya yang
ada.
- Relevan: Standar harus selaras dengan tujuan organisasi.
Contoh:
Dalam sebuah perusahaan ritel, standar kinerja ditetapkan berupa target penjualan
bulanan sebesar Rp 500 juta dan waktu pelayanan pelanggan maksimal 5 menit per
transaksi.
2. Pengukuran Kinerja
Setelah
standar kinerja ditetapkan, langkah selanjutnya adalah mengukur kinerja aktual.
Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas yang
dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Metode Pengukuran Kinerja:
- Observasi Langsung: Mengamati proses kerja secara langsung.
- Laporan Kinerja: Menganalisis laporan keuangan, laporan produksi, atau
laporan penjualan.
- Survei dan Kuesioner: Mengukur tingkat kepuasan pelanggan atau karyawan.
Contoh:
Perusahaan manufaktur melakukan pengukuran kinerja dengan menghitung jumlah
barang cacat yang dihasilkan dalam proses produksi. Jika jumlah barang cacat
melebihi 2% dari total produksi, maka kinerja dianggap tidak sesuai standar.
3. Evaluasi Kinerja
Evaluasi
kinerja dilakukan dengan membandingkan hasil aktual dengan standar yang telah
ditetapkan. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan atau
deviasi yang memerlukan perhatian manajemen.
Klasifikasi Hasil Evaluasi:
- Kinerja Sesuai Standar: Tidak memerlukan tindakan korektif.
- Kinerja Melebihi Standar: Perlu mempertahankan atau meningkatkan strategi yang
ada.
- Kinerja di Bawah Standar: Memerlukan tindakan perbaikan segera.
Contoh:
Jika target penjualan bulanan sebuah toko adalah Rp 500 juta, namun realisasi
hanya mencapai Rp 400 juta, manajer harus mengevaluasi penyebab penurunan
penjualan tersebut, seperti kurangnya promosi atau masalah pada tim penjualan.
4. Tindakan Korektif
Jika
terdapat penyimpangan antara kinerja aktual dan standar yang telah ditetapkan,
maka tindakan korektif harus dilakukan. Tindakan ini bertujuan untuk
mengembalikan aktivitas organisasi pada jalur yang benar dan mencegah
terulangnya penyimpangan di masa depan.
Jenis Tindakan Korektif:
- Perbaikan Proses Operasional: Mengubah metode kerja atau alur produksi.
- Pelatihan Karyawan: Memberikan pelatihan tambahan untuk meningkatkan
kompetensi.
- Perubahan Kebijakan: Mengubah kebijakan yang tidak efektif.
Contoh:
Jika evaluasi menunjukkan bahwa banyak pelanggan meninggalkan toko karena waktu
pelayanan yang terlalu lama, tindakan korektif yang dapat diambil adalah
meningkatkan jumlah kasir atau memberikan pelatihan kepada staf agar bekerja
lebih cepat.
Contoh dan Studi Kasus
Contoh:
Perusahaan jasa logistik menerapkan tahapan proses pengendalian yang ketat
untuk memastikan pengiriman tepat waktu. Setelah melakukan evaluasi kinerja,
ditemukan bahwa waktu pengiriman terlambat karena rute distribusi yang kurang
efisien. Tindakan korektif yang diambil adalah memperbaiki rute pengiriman dan
menambah armada kendaraan.
Studi
Kasus:
PT
ABC adalah perusahaan manufaktur yang menghadapi masalah kualitas produk.
Setelah melakukan evaluasi kinerja, ditemukan bahwa banyak produk cacat akibat
mesin produksi yang jarang dipelihara. Dengan menerapkan tahapan proses
pengendalian yang ketat, termasuk penetapan standar kinerja untuk pemeliharaan
mesin dan evaluasi berkala, perusahaan berhasil mengurangi jumlah produk cacat
sebesar 20% dalam waktu enam bulan.
Tahapan
proses pengendalian merupakan fondasi penting dalam manajemen yang membantu
organisasi menjaga konsistensi dan kualitas aktivitas mereka. Dengan proses
yang terstruktur, manajer dapat dengan mudah mengidentifikasi masalah,
mengevaluasi kinerja, dan melakukan perbaikan yang diperlukan. Penerapan
tahapan ini secara konsisten akan mendukung organisasi dalam mencapai tujuan
strategisnya serta meningkatkan daya saing di pasar yang semakin dinamis.
Jenis-Jenis Pengendalian dalam Manajemen
Pengendalian
merupakan salah satu fungsi penting dalam manajemen yang bertujuan untuk
memastikan bahwa seluruh aktivitas organisasi berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Dalam praktiknya, pengendalian tidak hanya dilakukan
pada satu waktu tertentu, tetapi dapat berlangsung sebelum, selama, atau
setelah aktivitas dilakukan. Oleh karena itu, pengendalian dapat dikategorikan
menjadi tiga jenis utama, yaitu pengendalian preventif, detektif, dan korektif.
Pemahaman
yang baik mengenai jenis-jenis pengendalian ini memungkinkan organisasi untuk
memilih metode pengendalian yang paling sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik aktivitas mereka. Berikut penjelasan masing-masing jenis
pengendalian:
1. Pengendalian Preventif (Preventive Control)
Pengendalian
preventif adalah pengendalian yang dilakukan sebelum aktivitas dilaksanakan
dengan tujuan mencegah terjadinya penyimpangan. Pengendalian ini berfokus pada
perencanaan yang matang dan pelaksanaan langkah-langkah yang dapat meminimalkan
risiko kegagalan atau kesalahan.
Tujuan Pengendalian Preventif:
- Mencegah terjadinya kesalahan
dalam proses kerja.
- Mengurangi potensi risiko yang
dapat merugikan organisasi.
- Memastikan kesiapan sumber daya
sebelum aktivitas dilakukan.
Contoh Pengendalian Preventif:
- Pelatihan Karyawan: Memberikan pelatihan kepada karyawan baru untuk
memastikan mereka memahami prosedur kerja dengan benar.
- Prosedur Standar Operasional
(SOP): Menyusun SOP yang jelas untuk
setiap aktivitas organisasi.
- Pemeriksaan Peralatan: Melakukan pemeriksaan rutin terhadap peralatan
produksi sebelum digunakan.
Studi
Kasus:
Sebuah
perusahaan manufaktur melakukan pelatihan keselamatan kerja kepada karyawan
baru sebelum mereka diizinkan bekerja di lantai produksi. Langkah ini berhasil
mengurangi angka kecelakaan kerja sebesar 30% dalam satu tahun.
2. Pengendalian Detektif (Detective Control)
Pengendalian
detektif adalah pengendalian yang dilakukan selama aktivitas berlangsung dengan
tujuan mendeteksi dan mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi. Pengendalian
ini berfungsi sebagai alat pemantauan yang memungkinkan organisasi mengambil
tindakan segera untuk mengatasi masalah.
Tujuan Pengendalian Detektif:
- Mengidentifikasi penyimpangan
atau masalah yang terjadi secara real-time.
- Memberikan peringatan dini
kepada manajer terkait potensi masalah.
- Mengurangi dampak negatif dari
penyimpangan yang terdeteksi.
Contoh Pengendalian Detektif:
- Audit Internal: Melakukan audit secara berkala untuk memeriksa
kesesuaian aktivitas dengan prosedur yang ditetapkan.
- Pengawasan Langsung: Supervisor memantau langsung aktivitas produksi untuk
memastikan kualitas produk.
- Sistem Alarm: Menggunakan sistem alarm pada mesin produksi untuk
mendeteksi kerusakan atau malfungsi.
Studi
Kasus:
Perusahaan
PT XYZ menggunakan sistem sensor otomatis pada lini produksi untuk mendeteksi
adanya cacat produk. Jika sensor mendeteksi kesalahan, proses produksi akan
berhenti secara otomatis. Dengan pengendalian ini, perusahaan berhasil
mengurangi jumlah produk cacat sebesar 20%.
3. Pengendalian Korektif (Corrective Control)
Pengendalian
korektif adalah pengendalian yang dilakukan setelah aktivitas selesai untuk
memperbaiki penyimpangan yang telah terjadi. Pengendalian ini tidak hanya
berfokus pada perbaikan masalah yang ada, tetapi juga pada upaya pencegahan
agar masalah serupa tidak terulang di masa depan.
Tujuan Pengendalian Korektif:
- Mengembalikan aktivitas
organisasi ke jalur yang benar.
- Mengidentifikasi akar penyebab
masalah.
- Mencegah terulangnya
penyimpangan yang sama di masa mendatang.
Contoh Pengendalian Korektif:
- Tindakan Perbaikan: Mengganti komponen mesin yang rusak setelah terjadi
kerusakan.
- Evaluasi Kinerja: Melakukan evaluasi kinerja karyawan dan memberikan
umpan balik untuk perbaikan.
- Revisi Prosedur: Mengubah SOP yang terbukti tidak efektif.
Studi
Kasus:
Setelah
mengalami penurunan penjualan selama tiga bulan berturut-turut, sebuah
perusahaan ritel melakukan evaluasi mendalam dan menemukan bahwa strategi
pemasarannya kurang efektif. Perusahaan kemudian mengubah strategi pemasaran
dengan fokus pada digital marketing dan berhasil meningkatkan penjualan sebesar
25% dalam waktu enam bulan.
Jenis-jenis
pengendalian dalam manajemen memberikan fleksibilitas bagi organisasi untuk
menjaga aktivitas mereka tetap sesuai dengan rencana. Pengendalian preventif
membantu mencegah terjadinya masalah, pengendalian detektif memungkinkan
deteksi dini terhadap penyimpangan, dan pengendalian korektif memastikan bahwa
masalah yang telah terjadi dapat diperbaiki dengan cepat dan efektif.
Pemilihan
jenis pengendalian yang tepat sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi.
Dengan penerapan pengendalian yang efektif, organisasi dapat meningkatkan
efisiensi operasional, mengurangi risiko, dan menjaga daya saing di pasar yang
semakin dinamis.
Kesimpulan
Fungsi
pengendalian dalam manajemen sangat penting untuk memastikan bahwa aktivitas organisasi
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dengan memahami konsep
dasar pengendalian, tahapan proses pengendalian, dan jenis-jenis pengendalian,
manajer dapat mengembangkan strategi pengendalian yang efektif dan responsif
terhadap perubahan lingkungan.
Daftar Pustaka
- Robbins, S. P., & Coulter,
M. (2018). Management. Pearson.
- Daft, R. L. (2019). Management.
Cengage Learning.
- Wheelen, T. L., & Hunger,
J. D. (2020). Strategic Management and Business Policy. Pearson.
- Griffin, R. W. (2019). Fundamentals
of Management. Cengage Learning.
- Hill, C. W., & Jones, G. R.
(2019). Strategic Management Theory: An Integrated Approach.
Cengage Learning.
- Anthony, R. N., &
Govindarajan, V. (2019). Management Control Systems. McGraw-Hill
Education.
- Schermerhorn, J. R. (2021). Management.
Wiley.
- Bateman, T. S., & Snell, S.
A. (2020). Management: Leading & Collaborating in a Competitive
World. McGraw-Hill Education.
0 Response to " Fungsi Manajemen Pengendalian"
Posting Komentar