Sarana belajar yang memadukan teori akademis dengan pendekatan praktis dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman konseptual dan penerapannya di dunia nyata. Serta memberikan kerangka berpikir yang kuat melalui teori-teori dasar, sementara praktiknya memberikan wawasan tentang bagaimana konsep tersebut digunakan dalam konteks nyata.

Bejana kehidupan

 

Dalam perjalanan hidup yang penuh liku, kita adalah bejana yang ditempa oleh waktu. Waktu yang tak pernah bertanya, hanya memberi dan mengambil dengan caranya sendiri. Ada saat angin bertiup lembut, menyusupkan harapan di sela-sela hari yang bersinar cerah. Namun ada pula saat badai mengguncang tanpa ampun, hampir memecahkan bejana yang telah kita isi dengan mimpi dan doa.

Namun, hidup selalu memberi pilihan: apakah kita akan menjadi bejana yang retak dan menyerah, atau tetap berdiri meski penuh tambalan luka? Setiap manusia membawa takdirnya sendiri untuk mengisi bejana kehidupannya—dengan cinta yang tulus, kesabaran yang tak berbatas, dan kebijaksanaan yang tumbuh dari pengalaman pahit maupun manis.

Bila mengasihi terasa terlalu berat, jangan biarkan kebencian menjadi tamu abadi di hati. Kebencian hanyalah bara api yang diam-diam melahap kedamaian jiwa. Sebaliknya, jika cinta terasa sulit, biarkan diam menjadi doa dan belas kasih yang tak bersuara. Sebab dunia tak butuh lebih banyak hujatan, hanya lebih banyak keheningan yang penuh pengertian.

Kesempurnaan bukanlah piala yang mesti direbut. Ia bukan berlian yang bersinar tanpa cela. Kesempurnaan adalah luka yang telah sembuh, adalah tangis yang telah berubah menjadi senyum, adalah tangan yang tetap terulur meski pernah terluka. Karena sejatinya, sempurna ada dalam cara kita menerima hidup dengan ikhlas dan mensyukuri apa yang telah Tuhan titipkan.

Jadilah pemahat kehidupan yang bersyukur atas setiap retakan dan keindahan sekaligus. Sebab dari retakan itulah cahaya bisa masuk, menerangi ruang-ruang hati yang mungkin telah lama redup. Jangan takut pada retakan, sebab ia adalah bukti bahwa kita pernah bertahan.

Bejana kehidupan tak perlu gemerlap, tak perlu indah di mata dunia. Cukup penuh dengan cinta yang bersahaja dan ketulusan yang tak mengenal pamrih. Sebab pada akhirnya, hidup bukan tentang mencari kesempurnaan yang tak pernah ada, melainkan tentang menyempurnakan cinta, harapan, dan kebahagiaan yang telah Tuhan titipkan di tangan kita.

Copyrigh Nono Sugiono

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bejana kehidupan"

Posting Komentar