Sarana belajar yang memadukan teori akademis dengan pendekatan praktis dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman konseptual dan penerapannya di dunia nyata. Serta memberikan kerangka berpikir yang kuat melalui teori-teori dasar, sementara praktiknya memberikan wawasan tentang bagaimana konsep tersebut digunakan dalam konteks nyata.

Merasa Lebih Baik dari Orang Lain

 


Dalam lorong waktu yang tak bertepi, perjalanan hidup sering kali membawa kita pada persimpangan: antara rasa syukur yang tulus dan kesombongan yang diam-diam tumbuh di hati. Ada saat ketika kita merasa telah berdiri lebih tinggi dari yang lain, seolah dunia hanya sebuah panggung yang memuliakan kehadiran kita. Namun sadarkah kita bahwa pohon tertinggi sekalipun takkan luput dari angin yang mengguncang? Bahwa ombak yang menghantam batu karang sama setianya menghampiri pasir yang terhampar rendah?

Kesombongan adalah fatamorgana yang menyilaukan mata hati. Ia menawarkan keangkuhan sebagai mahkota, tetapi dengan harga kehilangan empati. Laksana berdiri di puncak menara yang megah, kita terkadang lupa bahwa pijakan di bawah kaki adalah fondasi yang mudah goyah. Padahal, setiap manusia yang kita pandang dari ketinggian memiliki cerita yang tak pernah kita baca sepenuhnya. Ada luka yang disembunyikan dalam diam, ada perjuangan yang tak terlihat oleh mata, dan ada kekuatan yang lahir dari rasa sakit yang mereka pendam seorang diri.

Bukankah langit yang menaungi para raja adalah langit yang sama yang melindungi mereka yang merangkai hidup dalam kesederhanaan? Bukankah hujan yang menyuburkan ladang-ladang luas juga menetes di atap rumah yang reot? Maka mengapa kita merasa berhak berdiri lebih tinggi dari sesama hanya karena perjalanan hidup kita terlihat lebih mulus?

Keagungan sejati tidak terletak pada tinggi menara yang kita bangun, tetapi pada seberapa rendah hati kita mampu merunduk tanpa kehilangan harga diri. Ada keindahan yang tak kasat mata dalam merendahkan hati—keindahan yang memancarkan kekuatan tanpa perlu menginjak orang lain, pemahaman tanpa menghakimi, dan cinta tanpa meminta balasan.

Jika dunia adalah sebuah danau yang tenang, maka biarkan hati kita menjadi perahu kecil yang mengarunginya dengan damai, tanpa meninggalkan riak kesombongan di belakang. Belajarlah untuk menghargai setiap perjalanan, karena yang terpenting bukanlah siapa yang berdiri paling tinggi di akhir hidup ini, tetapi siapa yang telah menaburkan cinta dan pengertian di sepanjang jalan.

Kehidupan bukanlah panggung untuk unjuk kehebatan, melainkan taman yang hanya akan indah jika kita tumbuh bersama, dalam kasih dan kesadaran akan kerendahan hati. Semakin kita mampu memahami sesama, semakin kita mendekati makna sejati dari menjadi manusia.

Copyrigh Nono Sugiono

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Merasa Lebih Baik dari Orang Lain"

Posting Komentar