KEPEMIMPINAN DALAM KONTEKS BUDAYA ORGANISASI
PENDAHULUAN
Dalam dunia bisnis yang dinamis dan kompetitif, kepemimpinan memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk, mempertahankan, dan mengembangkan budaya organisasi. Seorang pemimpin tidak hanya bertanggung jawab atas pencapaian tujuan organisasi, tetapi juga memiliki peran strategis dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat, produktif, dan inovatif.
Budaya organisasi adalah seperangkat
nilai, keyakinan, norma, dan praktik yang membentuk pola perilaku di dalam
suatu organisasi. Budaya ini berkembang seiring waktu dan sangat dipengaruhi
oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi tersebut. Pemimpin yang
efektif dapat memperkuat budaya organisasi yang positif, sementara kepemimpinan
yang lemah atau tidak selaras dengan budaya organisasi dapat menyebabkan
ketidakstabilan dan menurunnya kinerja organisasi.
Dalam pembahasan ini, kita akan
menguraikan bagaimana kepemimpinan memengaruhi budaya organisasi, berbagai
jenis kepemimpinan dalam konteks budaya organisasi, serta strategi untuk
memastikan bahwa kepemimpinan yang diterapkan selaras dengan nilai-nilai
organisasi.
PENGERTIAN
KEPEMIMPINAN DALAM KONTEKS BUDAYA ORGANISASI
1. Definisi
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi, memotivasi, dan mengarahkan individu atau kelompok guna
mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks organisasi, kepemimpinan tidak hanya
berkaitan dengan otoritas formal, tetapi juga dengan kemampuan seorang pemimpin
dalam menggerakkan anggota tim secara efektif untuk mencapai visi dan misi
organisasi.
Menurut John C. Maxwell (2011),
kepemimpinan adalah tentang pengaruh, di mana pemimpin yang efektif dapat
menginspirasi orang lain untuk bertindak dan mencapai hasil yang lebih baik.
Kepemimpinan bukan sekadar posisi atau jabatan, tetapi tentang bagaimana
seorang individu dapat membawa perubahan yang signifikan dalam organisasi.
Beberapa teori kepemimpinan yang umum
digunakan dalam studi kepemimpinan meliputi:
- Teori
Kepemimpinan Sifat (Trait Theory) – Menganggap bahwa pemimpin
dilahirkan dengan karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih efektif
dalam memimpin.
- Teori
Kepemimpinan Perilaku (Behavioral Theory)
– Memfokuskan pada bagaimana pemimpin bertindak dalam memimpin, baik dalam
hubungan dengan bawahan maupun dalam pengambilan keputusan.
- Teori
Kepemimpinan Situasional (Situational Theory)
– Mengusulkan bahwa kepemimpinan yang efektif bergantung pada situasi dan
karakteristik individu yang dipimpin.
- Teori
Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership)
– Menekankan pada bagaimana pemimpin dapat menginspirasi dan mengubah
bawahannya untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi.
2. Definisi Budaya
Organisasi
Budaya organisasi adalah seperangkat
nilai, norma, keyakinan, dan praktik yang menjadi pedoman dalam berperilaku di
dalam suatu organisasi. Budaya organisasi mencerminkan identitas perusahaan dan
membentuk bagaimana karyawan berinteraksi serta mengambil keputusan dalam
lingkungan kerja mereka.
Menurut Edgar Schein (2010), budaya
organisasi terdiri dari tiga lapisan utama:
- Artefak
– Elemen budaya yang dapat diamati, seperti simbol, struktur organisasi,
kebijakan perusahaan, ritual, dan tata cara kerja.
- Nilai
dan Keyakinan
– Prinsip-prinsip yang dianut oleh organisasi dalam menjalankan
operasionalnya, yang sering kali tercermin dalam misi dan visi perusahaan.
- Asumsi
Dasar
– Keyakinan mendalam yang tidak disadari tetapi membentuk cara berpikir
dan bertindak anggota organisasi.
Budaya organisasi mempengaruhi
bagaimana karyawan bekerja dan berinteraksi satu sama lain. Sebuah organisasi
dengan budaya yang kuat dapat meningkatkan keterlibatan karyawan, meningkatkan
loyalitas, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif. Sebaliknya, budaya
yang lemah dapat menyebabkan ketidakjelasan peran, rendahnya motivasi, dan
konflik di tempat kerja.
3. Hubungan
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
Kepemimpinan dan budaya organisasi
memiliki hubungan yang bersifat timbal balik:
- Pemimpin
membentuk budaya organisasi: Pemimpin menetapkan nilai-nilai
inti, mengembangkan norma kerja, dan memastikan bahwa budaya organisasi
sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Gaya kepemimpinan yang diterapkan
oleh seorang pemimpin akan sangat memengaruhi bagaimana budaya organisasi
berkembang. Misalnya, seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan
transformasional akan lebih mendorong inovasi dan keterbukaan dalam
organisasi.
- Budaya
organisasi mempengaruhi gaya kepemimpinan:
Budaya yang telah terbentuk dalam suatu organisasi juga dapat membentuk
pola kepemimpinan yang ada. Misalnya, organisasi dengan budaya birokratis
cenderung melahirkan pemimpin yang formal dan struktural, sementara
organisasi dengan budaya inovatif lebih mungkin memiliki pemimpin yang
fleksibel dan visioner.
4. Implikasi
Kepemimpinan dalam Budaya Organisasi
Pemimpin yang efektif memahami
bagaimana budaya organisasi dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan strategis.
Beberapa implikasi penting dari kepemimpinan dalam budaya organisasi antara
lain:
- Menciptakan
Visi dan Misi yang Kuat – Pemimpin harus mampu menyusun
visi yang jelas dan menyelaraskannya dengan budaya organisasi yang ingin
dibangun.
- Membangun
Budaya yang Mendukung Kinerja – Pemimpin harus memastikan bahwa
budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai yang mendorong produktivitas,
kreativitas, dan kerja sama tim.
- Mengelola
Perubahan Budaya
– Dalam situasi perubahan, pemimpin berperan penting dalam mengelola
transisi budaya agar tetap sesuai dengan tujuan strategis perusahaan.
- Memotivasi
dan Meningkatkan Keterlibatan Karyawan – Budaya
organisasi yang positif akan meningkatkan motivasi kerja karyawan, dan
peran pemimpin sangat penting dalam membangun lingkungan yang mendukung
keterlibatan tersebut.
Kepemimpinan dalam konteks budaya
organisasi memiliki peran krusial dalam menentukan keberhasilan suatu
organisasi. Pemimpin yang efektif mampu mengembangkan budaya organisasi yang
positif dan memberdayakan karyawan untuk mencapai tujuan bersama. Sebaliknya,
tanpa kepemimpinan yang tepat, budaya organisasi dapat menjadi hambatan dalam
mencapai kesuksesan. Oleh karena itu, pemimpin harus memiliki pemahaman yang
mendalam tentang budaya organisasi dan bagaimana mereka dapat memanfaatkannya
untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan harmonis.
PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MEMBANGUN DAN
MEMPERTAHANKAN BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi merupakan fondasi
yang menentukan bagaimana anggota organisasi berinteraksi dan bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin memiliki peran krusial dalam membentuk,
mengarahkan, dan mempertahankan budaya organisasi yang positif. Pemimpin tidak
hanya menetapkan aturan dan kebijakan, tetapi juga menjadi panutan dalam
menerapkan nilai-nilai organisasi. Berikut ini adalah beberapa peran utama
kepemimpinan dalam membangun dan mempertahankan budaya organisasi:
1. Menjadi Role Model
dalam Budaya Organisasi
Pemimpin harus menjadi contoh nyata
dalam menerapkan nilai-nilai dan norma yang ingin ditanamkan dalam budaya
organisasi. Setiap tindakan, keputusan, dan sikap pemimpin akan menjadi acuan
bagi karyawan dalam menjalankan tugas mereka. Keteladanan ini membentuk budaya
kerja yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Contoh Kasus:
- Satya
Nadella (CEO Microsoft) berhasil mengubah budaya
Microsoft dari yang sebelumnya kompetitif menjadi lebih kolaboratif. Ia
menanamkan nilai empati dan inovasi dengan mendorong komunikasi terbuka
serta mendukung kerja sama tim.
- Howard
Schultz (Pendiri Starbucks) menanamkan budaya pelayanan
pelanggan yang kuat dengan menunjukkan perhatian besar terhadap
kesejahteraan karyawan dan kepuasan pelanggan. Dengan kepemimpinan yang
inklusif, Schultz menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif.
2. Menyampaikan Visi
dan Misi Organisasi
Visi dan misi yang jelas sangat penting
dalam membangun budaya organisasi yang kuat. Pemimpin bertanggung jawab untuk
mengomunikasikan visi dan misi organisasi kepada seluruh anggota perusahaan
agar mereka memiliki arah yang jelas dalam bekerja. Pemimpin yang efektif mampu
menginspirasi karyawan untuk bekerja dengan semangat dan dedikasi tinggi guna
mencapai tujuan bersama.
Contoh Kasus:
- Elon
Musk (CEO Tesla & SpaceX) menanamkan budaya inovasi dengan
terus menantang batasan teknologi. Ia mendorong karyawan untuk berpikir
kreatif dan mencari solusi revolusioner dalam industri otomotif dan
eksplorasi luar angkasa.
- Jeff
Bezos (Pendiri Amazon) menanamkan budaya obsesif
terhadap pelanggan dengan memastikan setiap kebijakan dan keputusan
berpusat pada kepuasan pelanggan.
3. Menciptakan
Lingkungan Kerja yang Positif
Budaya organisasi yang sehat
membutuhkan lingkungan kerja yang mendukung keterlibatan karyawan,
kesejahteraan, dan produktivitas. Pemimpin harus menciptakan suasana kerja yang
mendorong komunikasi terbuka, menghargai kontribusi karyawan, dan memberikan
peluang pengembangan karier.
Cara Pemimpin Membangun Lingkungan
Kerja yang Positif:
- Mendorong
komunikasi terbuka agar karyawan merasa didengar dan
dihargai.
- Menghargai
kontribusi karyawan dengan memberikan penghargaan
atas pencapaian mereka.
- Menyediakan
peluang pengembangan melalui pelatihan dan kesempatan
promosi.
4. Mendorong
Perubahan dan Adaptasi
Dunia bisnis terus berkembang, sehingga
organisasi harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan. Pemimpin
yang inovatif dan fleksibel dapat membantu organisasi menyesuaikan budaya kerja
mereka agar tetap relevan dengan perkembangan industri.
Contoh Kasus:
- Netflix
berhasil bertransformasi dari bisnis penyewaan DVD menjadi platform
streaming digital dengan mengubah budaya organisasinya menjadi lebih
dinamis dan berbasis data. Keputusan ini diambil melalui kepemimpinan yang
berani dalam menghadapi perubahan teknologi dan perilaku konsumen.
- Google
menumbuhkan budaya inovasi dengan mendorong karyawan untuk bereksperimen
dengan ide-ide baru melalui program seperti "20% time" yang
memungkinkan mereka mengalokasikan sebagian waktu kerja untuk
mengembangkan proyek pribadi yang berpotensi besar bagi perusahaan.
Kepemimpinan memainkan peran sentral
dalam membangun dan mempertahankan budaya organisasi yang sehat dan adaptif.
Dengan menjadi role model, mengomunikasikan visi dan misi dengan jelas,
menciptakan lingkungan kerja yang positif, serta mendorong perubahan dan
inovasi, pemimpin dapat memastikan bahwa budaya organisasi tidak hanya bertahan
tetapi juga berkembang untuk menghadapi tantangan masa depan. Budaya yang kuat
dan positif akan berkontribusi pada kinerja organisasi yang lebih baik dan
meningkatkan keterlibatan serta kepuasan karyawan.
JENIS-JENIS KEPEMIMPINAN DALAM KONTEKS
BUDAYA ORGANISASI
Kepemimpinan dalam suatu organisasi
memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk budaya organisasi. Budaya
organisasi mencerminkan nilai-nilai, norma, dan praktik yang dianut oleh
anggota organisasi dalam menjalankan tugasnya. Kepemimpinan yang efektif dapat
membantu membangun budaya yang sehat, meningkatkan kinerja karyawan, serta
memastikan keberlanjutan organisasi. Berikut ini adalah beberapa jenis
kepemimpinan dalam konteks budaya organisasi:
1. Kepemimpinan
Transformasional
Pemimpin transformasional berfokus pada
perubahan dan inovasi dalam organisasi. Mereka menginspirasi dan memotivasi
karyawan untuk mencapai hasil yang lebih baik dengan menanamkan nilai-nilai
baru dalam budaya organisasi. Pemimpin ini cenderung memiliki visi yang kuat
dan mampu menggerakkan organisasi menuju perubahan yang positif.
Ciri-ciri Kepemimpinan
Transformasional:
- Memiliki
visi yang jelas dan inspiratif
- Mendorong
inovasi dan kreativitas
- Memberikan
motivasi yang tinggi kepada karyawan
- Menjadi
teladan dalam perubahan organisasi
Contoh:
- Jeff
Bezos (Amazon):
Bezos menanamkan budaya kerja yang berorientasi pada pelanggan dan
inovasi. Ia menekankan pentingnya eksperimen dan inovasi berkelanjutan
untuk menciptakan pengalaman terbaik bagi pelanggan.
2. Kepemimpinan
Transaksional
Pemimpin transaksional lebih berfokus
pada struktur, aturan, dan sistem penghargaan untuk memastikan kepatuhan dalam
organisasi. Kepemimpinan ini sering kali berbasis pada hubungan kerja yang
bersifat transaksional, di mana kinerja yang baik diberikan penghargaan,
sementara kesalahan dikenakan sanksi.
Ciri-ciri Kepemimpinan Transaksional:
- Berorientasi
pada aturan dan prosedur
- Menggunakan
sistem penghargaan dan hukuman
- Menekankan
efisiensi dan kepatuhan
- Berfokus
pada pencapaian target yang telah ditetapkan
Contoh:
- Jack
Welch (GE):
Jack Welch menerapkan sistem evaluasi kinerja berbasis target di General
Electric (GE) untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Ia menggunakan
sistem "rank and yank" untuk menilai kinerja karyawan dan
memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi tinggi.
3. Kepemimpinan
Karismatik
Pemimpin karismatik memiliki daya tarik
pribadi yang kuat dan mampu menginspirasi karyawan melalui visi yang besar dan
keyakinan yang kuat. Kepemimpinan ini sering kali bergantung pada kemampuan
pemimpin dalam memengaruhi dan membangkitkan semangat karyawan.
Ciri-ciri Kepemimpinan Karismatik:
- Memiliki
daya tarik dan kharisma yang kuat
- Mampu
membangun visi yang besar
- Menjalin
hubungan emosional yang erat dengan pengikutnya
- Menjadi
simbol perubahan dan inspirasi
Contoh:
- Steve
Jobs (Apple):
Steve Jobs membangun budaya inovasi di Apple dengan pendekatan
kepemimpinan yang visioner dan inspiratif. Ia menanamkan semangat untuk
menciptakan produk-produk revolusioner yang mengubah industri teknologi.
4. Kepemimpinan
Demokratis
Pemimpin demokratis melibatkan karyawan
dalam pengambilan keputusan dan memberikan ruang bagi kreativitas serta inovasi
dalam organisasi. Pemimpin ini percaya bahwa kolaborasi adalah kunci untuk
mencapai kesuksesan organisasi.
Ciri-ciri Kepemimpinan Demokratis:
- Mengutamakan
partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan
- Mendorong
komunikasi yang terbuka dan transparan
- Memberikan
kebebasan bagi karyawan untuk berinovasi
- Memfasilitasi
kerja tim yang harmonis
Contoh:
- Sundar
Pichai (Google):
Sundar Pichai menekankan pada budaya kerja kolaboratif dan inklusif di
Google. Ia mendorong inovasi dengan memberikan ruang bagi karyawan untuk
bereksperimen dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan.
Setiap jenis kepemimpinan memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing, serta dapat memberikan dampak yang
berbeda terhadap budaya organisasi. Pemimpin transformasional dapat menciptakan
perubahan yang besar, sementara pemimpin transaksional lebih fokus pada
efisiensi dan kepatuhan. Kepemimpinan karismatik dapat memberikan inspirasi
yang kuat, sedangkan kepemimpinan demokratis menekankan pada keterlibatan dan
partisipasi karyawan.
Pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat
harus disesuaikan dengan visi, misi, serta kebutuhan organisasi agar dapat menciptakan
budaya organisasi yang sehat dan produktif.
STRATEGI MENYESUAIKAN KEPEMIMPINAN
DENGAN BUDAYA ORGANISASI
Dalam dunia bisnis yang dinamis,
pemimpin harus mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka dengan budaya
organisasi yang ada. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai, norma, dan
keyakinan yang mengarahkan perilaku anggota organisasi dalam mencapai tujuan
bersama. Oleh karena itu, strategi kepemimpinan yang efektif harus
mempertimbangkan budaya organisasi agar dapat menciptakan lingkungan kerja yang
harmonis dan produktif. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan
untuk menyesuaikan kepemimpinan dengan budaya organisasi.
1. Memahami
Karakteristik Budaya Organisasi
Sebelum menerapkan kebijakan baru atau
mengubah arah kepemimpinan, pemimpin harus memahami karakteristik budaya
organisasi yang berlaku. Hal ini mencakup:
- Nilai
dan Norma:
Setiap organisasi memiliki nilai-nilai inti yang membentuk cara berpikir
dan bertindak anggota organisasi.
- Struktur
Organisasi:
Apakah organisasi memiliki struktur yang hierarkis atau fleksibel?
- Gaya
Komunikasi:
Apakah komunikasi bersifat terbuka dan kolaboratif, atau lebih formal dan
birokratis?
- Orientasi
Kinerja:
Apakah organisasi lebih menekankan pada inovasi, efisiensi, atau
kesejahteraan karyawan?
Dengan memahami budaya organisasi,
pemimpin dapat mengambil keputusan yang lebih selaras dengan ekspektasi dan
kebiasaan yang telah terbentuk di dalam organisasi.
2. Menyesuaikan Gaya
Kepemimpinan dengan Budaya yang Ada
Gaya kepemimpinan yang efektif adalah
yang mampu beradaptasi dengan budaya organisasi yang telah berkembang. Beberapa
contoh penyesuaian gaya kepemimpinan adalah:
- Budaya
Organisasi yang Menekankan Inovasi: Pemimpin harus mendukung ide-ide
kreatif, mendorong eksperimen, dan bersedia mengambil risiko yang telah
diperhitungkan.
- Budaya
Organisasi yang Berorientasi pada Hasil: Pemimpin harus
fokus pada pencapaian target, memberikan arahan yang jelas, dan menerapkan
standar kinerja yang tinggi.
- Budaya
Organisasi yang Mengutamakan Kolaborasi: Pemimpin harus
bersikap terbuka, mendorong diskusi, serta membangun hubungan yang kuat
antara tim dan departemen.
- Budaya
Organisasi yang Formal dan Hierarkis: Pemimpin perlu
menunjukkan kepatuhan terhadap prosedur, menghormati struktur organisasi,
dan mengambil keputusan dengan perhitungan matang.
Dengan menyesuaikan gaya kepemimpinan
dengan budaya yang ada, pemimpin dapat mengoptimalkan kinerja organisasi tanpa
menimbulkan resistensi dari anggota tim.
3. Mendorong
Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang jelas dan terbuka
merupakan faktor penting dalam keberhasilan kepemimpinan. Pemimpin harus
memastikan bahwa visi, misi, dan tujuan organisasi dapat dipahami oleh seluruh
anggota organisasi. Beberapa strategi komunikasi yang efektif meliputi:
- Menyampaikan
Visi dan Misi secara Jelas: Pemimpin harus sering
mengingatkan anggota organisasi tentang tujuan jangka panjang dan
bagaimana peran masing-masing individu dalam mencapainya.
- Membuka
Ruang untuk Umpan Balik: Pemimpin harus menciptakan
budaya di mana karyawan merasa nyaman untuk menyampaikan pendapat, saran,
dan kekhawatiran mereka.
- Menggunakan
Berbagai Media Komunikasi: Baik dalam bentuk pertemuan
langsung, email, laporan internal, atau platform digital, pemimpin harus
memastikan bahwa informasi tersampaikan dengan efektif.
- Membangun
Hubungan Interpersonal yang Kuat: Pemimpin harus mengembangkan
kedekatan dengan tim melalui komunikasi yang bersifat personal dan empati.
Komunikasi yang efektif akan
menciptakan keterbukaan, kepercayaan, dan rasa memiliki di dalam organisasi,
sehingga memperkuat budaya kerja yang sehat.
4. Memberikan
Penghargaan terhadap Kinerja yang Selaras dengan Budaya
Salah satu cara untuk memperkuat budaya
organisasi adalah dengan memberikan penghargaan kepada karyawan yang
menunjukkan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai organisasi. Bentuk
penghargaan ini dapat berupa:
- Penghargaan
Finansial:
Bonus, insentif, atau kenaikan gaji bagi karyawan yang menunjukkan kinerja
luar biasa.
- Pengakuan
Non-Finansial:
Sertifikat penghargaan, promosi jabatan, atau pengakuan dalam forum
perusahaan.
- Fasilitas
Tambahan:
Fleksibilitas jam kerja, pelatihan tambahan, atau kesempatan untuk
mengikuti proyek-proyek strategis.
- Budaya
Apresiasi:
Pemimpin harus secara konsisten mengapresiasi kontribusi karyawan melalui
kata-kata motivasi dan dukungan dalam setiap kesempatan.
Penghargaan yang diberikan harus
mencerminkan nilai-nilai organisasi agar karyawan semakin termotivasi untuk
mempertahankan budaya kerja yang positif.
Strategi kepemimpinan yang efektif
harus selalu disesuaikan dengan budaya organisasi yang ada. Dengan memahami
karakteristik budaya organisasi, menyesuaikan gaya kepemimpinan, mendorong
komunikasi yang efektif, dan memberikan penghargaan yang sesuai, pemimpin dapat
menciptakan lingkungan kerja yang harmonis, produktif, dan inovatif.
Kepemimpinan yang selaras dengan budaya organisasi akan memastikan
keberlanjutan bisnis dan meningkatkan kepuasan serta keterlibatan karyawan
dalam mencapai tujuan bersama.
KESIMPULAN
Kepemimpinan dan budaya organisasi
memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Pemimpin memainkan peran kunci
dalam membangun, mempertahankan, dan mengembangkan budaya organisasi.
Kepemimpinan yang efektif dapat menciptakan budaya yang mendukung inovasi,
kolaborasi, dan pertumbuhan organisasi. Sebaliknya, kepemimpinan yang tidak
sesuai dapat melemahkan budaya organisasi dan menghambat kinerja perusahaan.
Oleh karena itu, organisasi perlu
memastikan bahwa kepemimpinan yang diterapkan selaras dengan nilai-nilai inti
organisasi dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
- Maxwell,
J. C. (2011). The 5 Levels of Leadership: Proven Steps to Maximize Your
Potential. New York: Center Street.
- Schein,
E. H. (2010). Organizational Culture and Leadership. San Francisco:
Jossey-Bass.
- Nadella,
S. (2017). Hit Refresh: The Quest to Rediscover Microsoft’s Soul and
Imagine a Better Future for Everyone. New York: Harper Business.
- Welch,
J. (2005). Winning. New York: Harper Business.
- Jobs,
S. (2011). Steve Jobs: The Exclusive Biography (Walter Isaacson,
Ed.). New York: Simon & Schuster.
- Musk,
E. (2021). Elon Musk: Tesla, SpaceX, and the Quest for a Fantastic
Future (Ashlee Vance, Ed.). New York: HarperCollins.
- Bezos,
J. (2021). Invent & Wander: The Collected Writings of Jeff Bezos.
Harvard Business Review Press.
- Pichai,
S. (2020). The Innovators: How a Group of Hackers, Geniuses, and Geeks
Created the Digital Revolution. New York: Simon & Schuster.
- Netflix,
Inc. (2020). No Rules Rules: Netflix and the Culture of Reinvention
(Reed Hastings & Erin Meyer). New York: Penguin Press.
- Google
LLC. (2021). Work Rules! Insights from Inside Google That Will
Transform How You Live and Lead (Laszlo Bock). New York: Twelve.
0 Response to "KEPEMIMPINAN DALAM KONTEKS BUDAYA ORGANISASI"
Posting Komentar