Catatan Kuliah Manajemen & Bisnis

Catatan Kuliah Manajemen  &  Bisnis

Sejarah dan Perkembangan Kewirausahaan

 

Evolusi Kewirausahaan di Dunia dan Indonesia

Kewirausahaan merupakan salah satu aspek penting dalam perjalanan peradaban manusia. Aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia sejak ribuan tahun lalu telah membentuk dasar-dasar kewirausahaan, mulai dari perdagangan sederhana di pasar lokal hingga bisnis global yang dikelola dengan teknologi canggih. Seiring perkembangan zaman, kewirausahaan mengalami transformasi signifikan, dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan, perubahan sosial, perkembangan teknologi, serta dinamika politik dan budaya.

Kajian tentang evolusi kewirausahaan, baik di dunia maupun di Indonesia, memberikan gambaran bagaimana pola aktivitas ekonomi berkembang dan memengaruhi kehidupan masyarakat. Dengan menelusuri perjalanan sejarah kewirausahaan, kita dapat memahami peran pentingnya sebagai motor penggerak perekonomian dan pembangunan bangsa.

Kewirausahaan di Dunia

1. Kewirausahaan di Masa Peradaban Kuno

Praktik kewirausahaan sudah ada sejak peradaban kuno seperti Mesopotamia, Mesir, Yunani, dan Romawi. Pada masa itu, pedagang menjadi aktor penting yang menghubungkan berbagai wilayah melalui kegiatan barter dan perdagangan jarak jauh. Mereka berani menanggung risiko, seperti bahaya perjalanan laut atau ancaman perampokan di darat, demi memperoleh keuntungan dan memperluas jaringan dagang.

Sebagai contoh, pedagang Mesopotamia menjalin hubungan dagang dengan India dan Mesir untuk memperdagangkan kain, logam, dan hasil pertanian. Sementara itu, bangsa Yunani dikenal dengan pasar (agora) yang menjadi pusat pertukaran barang dan ide, sehingga menciptakan fondasi penting bagi lahirnya kewirausahaan modern.

2. Kewirausahaan pada Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan, kegiatan kewirausahaan berkembang pesat melalui perdagangan antarbangsa. Jalur perdagangan internasional yang terkenal adalah Silk Road atau Jalur Sutra, yang menghubungkan Asia Timur, Asia Tengah, Timur Tengah, hingga Eropa. Jalur ini tidak hanya mempertemukan komoditas seperti sutra, rempah-rempah, dan logam mulia, tetapi juga ide, teknologi, dan budaya.

Di Eropa, lahirnya serikat pedagang dan pengrajin (guild) menjadi cikal bakal organisasi bisnis yang melindungi kepentingan para pelaku usaha. Pada masa ini, kewirausahaan masih identik dengan perdagangan dan kerajinan tangan, tetapi sudah mulai menunjukkan peran pentingnya dalam pembangunan ekonomi regional.

3. Kewirausahaan pada Era Revolusi Industri

Transformasi besar terjadi pada abad ke-18 dan ke-19 dengan dimulainya revolusi industri di Inggris. Inovasi dalam bidang teknologi, seperti mesin uap James Watt, serta penerapan produksi massal oleh Henry Ford, mengubah wajah dunia usaha. Kewirausahaan tidak lagi hanya berkutat pada perdagangan, tetapi juga berkembang ke arah industri manufaktur dengan skala produksi besar.

Era ini ditandai dengan lahirnya pabrik-pabrik, pertumbuhan kota industri, serta munculnya kelas wirausaha yang mampu mengelola sumber daya dalam jumlah besar. Revolusi industri juga memperkenalkan sistem kerja modern, perbankan, dan pasar modal sebagai pendukung tumbuhnya dunia usaha.

4. Kewirausahaan di Era Modern dan Globalisasi

Pada abad ke-20 hingga abad ke-21, kewirausahaan semakin berkembang dengan hadirnya sektor jasa, keuangan, dan teknologi informasi. Perusahaan teknologi raksasa seperti Apple, Microsoft, Google, dan Amazon menjadi simbol kewirausahaan modern yang berbasis pada inovasi, kreativitas, dan teknologi digital.

Di era globalisasi, kewirausahaan tidak hanya berorientasi pada keuntungan finansial, tetapi juga mencakup inovasi sosial, kewirausahaan hijau (green entrepreneurship), dan kewirausahaan digital yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat global. Dengan teknologi internet, bisnis dapat dijalankan tanpa batas geografis, memungkinkan munculnya perusahaan rintisan (startup) dengan skala internasional.

 

Kewirausahaan di Indonesia

1. Kewirausahaan pada Masa Kerajaan Nusantara

Sejarah kewirausahaan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari posisi strategis Nusantara sebagai jalur perdagangan internasional. Pada masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, aktivitas perdagangan maritim berkembang pesat. Komoditas unggulan seperti rempah-rempah, kain, emas, dan hasil bumi lainnya diperdagangkan ke berbagai penjuru dunia, termasuk India, Cina, dan Timur Tengah.

Perdagangan ini tidak hanya memperkuat ekonomi kerajaan, tetapi juga menjadikan Nusantara sebagai pusat pertukaran budaya dan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa sejak masa lalu, masyarakat Indonesia telah memiliki tradisi kewirausahaan yang kuat, terutama dalam sektor perdagangan.

2. Kewirausahaan pada Masa Kolonial Belanda

Pada masa penjajahan Belanda, kegiatan kewirausahaan masyarakat pribumi mengalami banyak hambatan akibat kebijakan kolonial yang diskriminatif. Meskipun demikian, semangat kewirausahaan tetap tumbuh di kalangan rakyat melalui perdagangan lokal, pertanian, dan kerajinan.

Tokoh penting pada masa ini adalah Haji Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI). Organisasi ini awalnya bertujuan untuk melindungi pedagang pribumi dari dominasi pedagang asing, namun kemudian berkembang menjadi organisasi sosial dan politik. SDI menjadi tonggak penting lahirnya gerakan kewirausahaan pribumi yang berorientasi pada kemandirian ekonomi.

3. Kewirausahaan Pasca Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mendorong kewirausahaan melalui pengembangan koperasi. Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama Indonesia yang dikenal sebagai “Bapak Koperasi,” memandang koperasi sebagai sarana demokratis untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pada masa ini, kewirausahaan juga menjadi bagian dari upaya membangun ekonomi nasional yang mandiri, lepas dari ketergantungan pada pihak asing. Program-program pemerintah mulai diarahkan untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah sebagai basis perekonomian rakyat.

4. Kewirausahaan pada Era Orde Baru hingga Reformasi

Pada masa Orde Baru, pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama. Pemerintah memberikan dukungan terhadap pertumbuhan usaha kecil, menengah, dan besar, meskipun praktik ekonomi kala itu cenderung terpusat dan dikendalikan oleh negara. Namun, UMKM tetap berkembang sebagai tulang punggung perekonomian.

Memasuki era Reformasi, kewirausahaan semakin tumbuh dengan adanya kebebasan berusaha, berkembangnya sektor swasta, serta semakin terbukanya akses pasar global. UMKM menjadi sektor yang sangat penting karena terbukti mampu bertahan menghadapi krisis ekonomi 1998, saat banyak perusahaan besar kolaps.

5. Kewirausahaan di Indonesia Masa Kini

Hingga kini, UMKM menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional. Data Kementerian Koperasi dan UKM (2022) mencatat bahwa UMKM menyumbang lebih dari 60% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menyerap lebih dari 97% tenaga kerja. Selain itu, era digital mendorong munculnya gelombang baru kewirausahaan berbasis teknologi, seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka, yang berhasil menjadi startup unicorn dan bahkan decacorn.

Evolusi kewirausahaan di dunia dan Indonesia menunjukkan bahwa kewirausahaan bukan hanya sekadar kegiatan ekonomi, tetapi juga fenomena sosial dan budaya yang terus berkembang seiring waktu. Dari perdagangan di peradaban kuno hingga munculnya startup digital di era modern, kewirausahaan selalu menjadi motor penggerak perubahan.

Di dunia, kewirausahaan berkembang melalui berbagai fase, mulai dari perdagangan kuno, jalur sutra, revolusi industri, hingga era digital. Sementara itu, di Indonesia, kewirausahaan memiliki akar kuat sejak masa kerajaan, bertahan melalui masa kolonial, berkembang pasca kemerdekaan dengan koperasi, hingga kini menjadi pilar utama pembangunan ekonomi nasional melalui UMKM dan teknologi digital.

Memahami evolusi kewirausahaan penting bagi generasi muda agar dapat mengambil inspirasi dari sejarah, menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan inovasi modern, serta menjadi wirausaha yang mampu bersaing di tingkat global.

 

Perbedaan Wirausaha Tradisional vs Modern

Kewirausahaan merupakan fenomena dinamis yang terus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Perkembangan teknologi, perubahan pola konsumsi masyarakat, serta globalisasi telah melahirkan bentuk-bentuk wirausaha yang berbeda. Dalam konteks ini, wirausaha dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk utama, yaitu wirausaha tradisional dan wirausaha modern.

Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mencari keuntungan dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat, namun terdapat perbedaan mendasar dalam orientasi, metode, sumber permodalan, serta cara mengelola usaha. Dengan memahami perbedaan tersebut, kita dapat melihat bagaimana kedua jenis wirausaha ini saling melengkapi dalam membangun perekonomian, baik pada level lokal maupun global.

Wirausaha Tradisional

Ciri-ciri Wirausaha Tradisional

Wirausaha tradisional biasanya berkembang dalam konteks lokal dengan karakteristik sebagai berikut:

  1. Orientasi Lokal – pasar usaha cenderung terbatas pada wilayah sekitar, misalnya desa, kota kecil, atau komunitas tertentu.
  2. Metode Konvensional – penggunaan teknologi sederhana, sistem manajemen berbasis keluarga, dan strategi pemasaran dari mulut ke mulut.
  3. Modal Terbatas – mayoritas mengandalkan dana pribadi, tabungan, atau pinjaman informal dari kerabat.
  4. Nilai Budaya dan Kebiasaan – usaha sering diwariskan antar generasi dan berakar pada tradisi lokal.

Contoh Wirausaha Tradisional

Di Indonesia, contoh nyata wirausaha tradisional adalah pedagang di pasar tradisional, pengrajin batik rumahan, atau petani yang menjual hasil panennya langsung. Misalnya, para pengrajin batik di Solo dan Pekalongan yang mengandalkan teknik membatik manual dan memasarkan produknya melalui jaringan lokal.

Selain itu, usaha kuliner khas daerah seperti warung sate Madura atau penjual gudeg Jogja juga mencerminkan wirausaha tradisional. Keberadaan mereka bukan hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga berperan dalam melestarikan budaya kuliner Nusantara.

Wirausaha Modern

Ciri-ciri Wirausaha Modern

Wirausaha modern berkembang dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, akses pasar global, serta pola manajemen yang lebih profesional. Ciri-cirinya meliputi:

  1. Orientasi Global – pasar tidak lagi terbatas secara geografis, melainkan dapat menjangkau seluruh dunia berkat teknologi digital.
  2. Penggunaan Teknologi – inovasi dalam produksi, distribusi, hingga pemasaran berbasis internet dan aplikasi.
  3. Pendanaan Beragam – akses luas terhadap perbankan, investor, venture capital, hingga platform crowdfunding.
  4. Manajemen Profesional – melibatkan riset pasar, strategi pemasaran digital, hingga sistem organisasi modern.

Contoh Wirausaha Modern

Contoh nyata wirausaha modern di Indonesia adalah bisnis startup seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka. Keempat perusahaan ini berhasil memanfaatkan teknologi digital untuk menciptakan solusi praktis bagi masyarakat.

Sebagai ilustrasi, Gojek berawal dari layanan transportasi daring yang memanfaatkan aplikasi mobile untuk menghubungkan pengemudi ojek dan penumpang. Kini, Gojek berkembang menjadi super-app dengan layanan pembayaran digital, logistik, hingga pesan-antar makanan.

Tokopedia dan Bukalapak, sebagai marketplace digital, telah membuka peluang bagi jutaan pelaku UMKM untuk memasarkan produknya secara online, sehingga dapat menjangkau konsumen di seluruh Indonesia bahkan hingga mancanegara.

Peran Kedua Jenis Wirausaha

Meskipun terdapat perbedaan yang mencolok, wirausaha tradisional dan modern memiliki peran penting yang saling melengkapi:

  1. Wirausaha Tradisional menjaga stabilitas ekonomi lokal, melestarikan budaya, dan menciptakan basis identitas ekonomi masyarakat.
  2. Wirausaha Modern mendorong inovasi, memperluas pasar, dan meningkatkan daya saing bangsa dalam kancah global.

Dengan kata lain, keberadaan wirausaha tradisional memberikan fondasi yang kuat berupa nilai-nilai budaya dan kemandirian lokal, sementara wirausaha modern membawa semangat transformasi dan keberanian untuk bersaing di tingkat internasional.

Perbedaan wirausaha tradisional dan modern dapat dilihat dari orientasi pasar, metode yang digunakan, sumber permodalan, serta sistem manajemen. Wirausaha tradisional lebih mengakar pada nilai budaya lokal dengan modal terbatas dan metode sederhana, sedangkan wirausaha modern lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi, berorientasi global, serta dikelola secara profesional.

Keduanya tidak dapat dipandang sebagai bentuk yang saling meniadakan, melainkan saling melengkapi. Wirausaha tradisional menjadi penjaga kearifan lokal dan stabilitas ekonomi rakyat, sedangkan wirausaha modern menjadi motor penggerak inovasi dan daya saing global. Oleh karena itu, integrasi keduanya menjadi penting bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia.

Konteks Kewirausahaan dalam Era Digital

Perkembangan teknologi digital dalam dua dekade terakhir telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk cara berwirausaha. Internet, media sosial, perangkat seluler pintar, dan teknologi berbasis data menghadirkan peluang baru yang sebelumnya tidak terpikirkan. Jika pada masa lalu seorang wirausaha harus memiliki toko fisik untuk menjual produknya, kini cukup dengan aplikasi atau situs web, produk dapat dipasarkan ke konsumen di seluruh dunia.

Era digital menghadirkan dua wajah bagi dunia kewirausahaan: di satu sisi membuka peluang tanpa batas, namun di sisi lain menciptakan tantangan baru yang harus dihadapi dengan kesiapan dan strategi. Oleh karena itu, memahami konteks kewirausahaan dalam era digital menjadi penting, terutama bagi generasi muda yang ingin menjadi pelaku usaha yang tangguh, inovatif, dan berdaya saing.

1.     Transformasi Model Bisnis

Salah satu dampak paling nyata dari era digital adalah transformasi model bisnis. Kehadiran teknologi digital melahirkan berbagai sektor usaha baru seperti e-commerce (perdagangan elektronik), fintech (teknologi finansial), edutech (teknologi pendidikan), healthtech (teknologi kesehatan), dan agritech (teknologi pertanian).

Model bisnis konvensional yang mengandalkan toko fisik kini banyak beralih ke platform daring. Contohnya, e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee memungkinkan penjual dari berbagai pelosok Indonesia untuk menjangkau konsumen nasional bahkan internasional tanpa harus memiliki toko fisik. Hal ini memberikan keuntungan besar berupa efisiensi biaya operasional sekaligus memperluas pasar.

Selain itu, transformasi juga tampak pada sektor jasa. Gojek dan Grab misalnya, berhasil memanfaatkan aplikasi digital untuk menyediakan layanan transportasi, logistik, hingga pembayaran elektronik. Dengan kata lain, digitalisasi tidak hanya mengubah cara berjualan, tetapi juga melahirkan ekosistem bisnis baru yang sepenuhnya berbasis teknologi.

2.     Pemasaran Digital

Era digital juga membawa revolusi dalam pemasaran. Jika dahulu promosi dilakukan melalui iklan cetak, televisi, atau radio, kini media sosial menjadi senjata utama untuk menjangkau konsumen. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube memungkinkan pelaku usaha membangun merek, menampilkan produk secara kreatif, dan berinteraksi langsung dengan konsumen.

Sebagai contoh, banyak UMKM di bidang kuliner yang berhasil melesat berkat pemasaran kreatif di media sosial. Produk makanan ringan lokal yang awalnya hanya dikenal di daerah, kini bisa viral dan dipesan oleh konsumen dari berbagai kota karena strategi konten menarik. Dengan biaya relatif kecil, pelaku usaha dapat menghasilkan engagement tinggi melalui video singkat, ulasan pelanggan, atau kerja sama dengan influencer.

Pemasaran digital juga memungkinkan pengusaha untuk menargetkan konsumen secara lebih spesifik dengan memanfaatkan data perilaku pengguna internet. Misalnya, iklan di Facebook Ads atau Google Ads dapat diarahkan hanya kepada pengguna dengan minat tertentu, sehingga lebih efektif dibandingkan iklan konvensional.

3.     Akses Permodalan Lebih Luas

Salah satu hambatan utama kewirausahaan tradisional adalah keterbatasan modal. Namun, era digital menghadirkan solusi baru dengan berbagai bentuk akses permodalan. Generasi muda kini dapat mengajukan pendanaan melalui venture capital, angel investor, hingga crowdfunding di platform daring.

Sebagai contoh, banyak startup di Indonesia yang mendapat suntikan dana dari investor internasional. Tokopedia dan Gojek berhasil mendapatkan pendanaan miliaran dolar dari investor global seperti SoftBank dan Sequoia Capital. Di level UMKM, platform crowdfunding lokal seperti Kitabisa juga menjadi sarana untuk menghimpun modal sosial dalam mendukung usaha kreatif maupun bisnis sosial.

Hal ini menunjukkan bahwa inovasi dan ide kreatif kini bisa menjadi aset utama yang menarik perhatian investor. Artinya, keterbatasan modal tidak lagi menjadi penghalang mutlak bagi calon wirausaha di era digital.

4.     Persaingan dan Tantangan Baru

Meski peluang terbuka lebar, era digital juga menghadirkan tantangan baru yang tidak bisa diabaikan. Pertama, persaingan bisnis menjadi semakin ketat karena pasar bersifat global. Produk lokal tidak hanya bersaing dengan sesama pelaku usaha di Indonesia, tetapi juga dengan produk dari luar negeri.

Kedua, isu keamanan data dan privasi konsumen menjadi perhatian penting. Banyak kasus kebocoran data pengguna yang menimbulkan kerugian finansial maupun reputasi bagi perusahaan. Oleh karena itu, wirausaha modern harus memastikan sistem teknologi yang mereka gunakan memiliki standar keamanan tinggi.

Ketiga, tuntutan inovasi berkelanjutan menjadi sangat besar. Dalam dunia digital, tren berubah sangat cepat. Apa yang populer hari ini bisa dengan cepat ditinggalkan besok. Contoh nyata dapat dilihat pada industri aplikasi dan media sosial, di mana hanya platform yang mampu beradaptasi dengan kebutuhan pengguna yang bertahan lama.

Untuk itu, seorang wirausaha di era digital dituntut memiliki entrepreneurial mindset yang kuat: berani mengambil risiko, adaptif terhadap perubahan, dan selalu mencari peluang dalam setiap tantangan.

Contoh Kasus: Gojek sebagai Ekosistem Digital

Gojek adalah salah satu contoh nyata bagaimana kewirausahaan digital dapat berkembang pesat. Awalnya, Gojek hanya menyediakan layanan pemesanan ojek melalui telepon. Namun, dengan memanfaatkan aplikasi digital, Gojek berhasil berkembang menjadi super-app yang menyediakan berbagai layanan seperti transportasi daring, pesan-antar makanan (GoFood), layanan pembayaran digital (GoPay), hingga logistik (GoSend).

Kesuksesan Gojek tidak hanya terletak pada inovasi teknologinya, tetapi juga kemampuannya membaca kebutuhan masyarakat urban yang menginginkan solusi cepat, praktis, dan terjangkau. Hal ini membuktikan bahwa kewirausahaan dalam era digital bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga pemahaman mendalam terhadap perilaku konsumen.

Era digital telah membawa perubahan fundamental dalam dunia kewirausahaan. Transformasi model bisnis, pemasaran digital, akses permodalan yang lebih luas, serta tantangan baru dalam persaingan global menjadi realitas yang harus dihadapi para wirausaha.

Di satu sisi, era ini memberikan peluang besar bagi siapa pun yang berani berinovasi dan memanfaatkan teknologi. Namun di sisi lain, hanya mereka yang adaptif, kreatif, dan memiliki mindset kewirausahaan yang tangguh yang mampu bertahan. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda Indonesia untuk mengembangkan keterampilan digital, memanfaatkan teknologi, dan menanamkan mentalitas growth mindset agar dapat bersaing di tingkat global.

Kewirausahaan merupakan salah satu elemen penting dalam perkembangan ekonomi global maupun nasional. Sejak peradaban kuno, manusia telah melakukan aktivitas ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup, memperluas jaringan perdagangan, serta menciptakan nilai tambah bagi masyarakat. Perjalanan sejarah kewirausahaan memberikan gambaran bagaimana aktivitas ekonomi tidak hanya sekadar kegiatan mencari keuntungan, tetapi juga sebagai penggerak inovasi, pembangunan sosial, dan transformasi budaya.

Di dunia, kewirausahaan telah mengalami evolusi panjang, mulai dari barter di pasar kuno hingga munculnya perusahaan berbasis teknologi di era digital. Sementara itu, di Indonesia, kewirausahaan berakar kuat pada tradisi perdagangan maritim kerajaan-kerajaan Nusantara, bertahan melalui masa kolonial, hingga berkembang menjadi pilar utama ekonomi modern melalui UMKM dan startup digital.

Kajian sejarah dan perkembangan kewirausahaan menjadi penting karena mampu memberikan inspirasi dan pembelajaran bagi generasi muda. Dengan memahami evolusi ini, kita dapat mengintegrasikan nilai-nilai lokal yang berakar pada budaya bangsa dengan inovasi modern yang relevan dengan era globalisasi.

Kesimpulan

Sejarah dan perkembangan kewirausahaan menunjukkan bahwa kewirausahaan bukanlah fenomena statis, melainkan sebuah proses dinamis yang terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Di tingkat global, kewirausahaan telah berkembang dari perdagangan sederhana, revolusi industri, hingga era digital yang ditandai dengan teknologi dan inovasi. Di Indonesia, perjalanan kewirausahaan memiliki kekhasan tersendiri: berakar dari perdagangan maritim, terhambat oleh kolonialisme, bangkit melalui koperasi pasca kemerdekaan, hingga kini menjadi penggerak utama perekonomian nasional melalui UMKM dan perusahaan rintisan berbasis teknologi.

Perbedaan antara wirausaha tradisional dan modern memperlihatkan bagaimana nilai-nilai lokal dan teknologi global dapat saling melengkapi. Era digital kemudian membuka peluang baru yang nyaris tanpa batas, meski juga menghadirkan tantangan besar dalam hal persaingan, keamanan data, dan tuntutan inovasi berkelanjutan.

Dengan demikian, kewirausahaan masa kini menuntut tidak hanya keterampilan teknis, tetapi juga pola pikir kewirausahaan (entrepreneurial mindset) yang adaptif, kreatif, serta berani mengambil risiko. Bagi Indonesia, membangun generasi muda yang memiliki semangat kewirausahaan akan menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing bangsa di kancah global sekaligus menjaga akar budaya lokal yang menjadi identitas ekonomi nasional.

Daftar Pustaka

1.       Alma, B. (2018). Kewirausahaan: Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.

2.       Bygrave, W. D., & Zacharakis, A. (2011). Entrepreneurship. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons.

3.       Drucker, P. F. (2015). Innovation and Entrepreneurship. New York: Harper Business.

4.       Hisrich, R. D., Peters, M. P., & Shepherd, D. A. (2017). Entrepreneurship. New York: McGraw-Hill Education.

5.       Kementerian Koperasi dan UKM RI. (2022). Data Perkembangan UMKM Indonesia. Jakarta: Kemenkop UKM.

6.       Meredith, G. G., et al. (2002). Kewirausahaan: Teori dan Praktik. Jakarta: PPM.

7.       Schumpeter, J. A. (1934). The Theory of Economic Development. Cambridge, MA: Harvard University Press.

8.       Suryana. (2019). Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sejarah dan Perkembangan Kewirausahaan"

Posting Komentar

💖 Donasi