Segmentasi, Targeting, dan Positioning dalam Perilaku Konsumen
Pendahuluan
Dalam
dunia bisnis yang semakin kompetitif, memahami perilaku konsumen menjadi kunci
keberhasilan dalam memenangkan pasar. Konsumen memiliki kebutuhan, preferensi,
dan perilaku yang beragam, sehingga perusahaan perlu mengembangkan pendekatan
yang terarah untuk melayani segmen tertentu. Segmentasi, targeting, dan
positioning (STP) adalah konsep inti dalam pemasaran modern yang memungkinkan
perusahaan untuk mengidentifikasi peluang pasar, menentukan prioritas target
pasar, dan menciptakan persepsi produk yang sesuai di benak konsumen.
Segmentasi
pasar adalah langkah awal dalam memahami struktur pasar yang kompleks. Dengan
memisahkan pasar menjadi kelompok-kelompok berdasarkan karakteristik tertentu,
perusahaan dapat menciptakan strategi yang lebih fokus dan efektif. Proses ini
bukan hanya membantu perusahaan memahami konsumennya, tetapi juga
mengoptimalkan alokasi sumber daya.
Setelah
segmen pasar diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menentukan segmen mana
yang akan menjadi target. Strategi targeting harus mempertimbangkan potensi
keuntungan, daya tarik segmen, dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan segmen tersebut. Positioning kemudian menjadi langkah terakhir untuk
memastikan bahwa produk atau layanan perusahaan memiliki tempat unik dan relevan
dalam benak konsumen. Melalui pemahaman yang mendalam tentang STP, perusahaan
dapat menciptakan strategi pemasaran yang lebih efektif dan relevan dengan
kebutuhan pasar.
Segmentasi,
Targeting, dan Positioning dalam Perilaku Konsumen
Konsep Dasar Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar
menjadi kelompok-kelompok konsumen yang memiliki karakteristik serupa. Tujuan
utama segmentasi adalah memahami kebutuhan unik dari setiap kelompok untuk
menciptakan strategi pemasaran yang lebih terarah. Dalam pemasaran modern,
segmentasi menjadi fondasi penting untuk memastikan bahwa produk atau layanan
yang ditawarkan benar-benar relevan dengan kebutuhan konsumen.
Segmentasi tidak hanya berlaku pada konsumen
akhir tetapi juga pada pasar bisnis. Dalam pasar bisnis, segmentasi mencakup
faktor seperti ukuran perusahaan, industri, dan lokasi geografis. Segmentasi
pasar yang efektif memungkinkan perusahaan untuk mengenali peluang yang
sebelumnya mungkin terabaikan, sekaligus mengurangi risiko dengan fokus pada
kelompok yang memiliki potensi tinggi.
Jenis-Jenis Segmentasi Pasar
1.
Segmentasi Demografis: Membagi pasar
berdasarkan usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan.
- Contoh:
Perusahaan kosmetik mungkin menargetkan wanita berusia 20-40 tahun dengan
pendapatan menengah ke atas.
2.
Segmentasi Geografis: Membagi pasar
berdasarkan lokasi seperti negara, kota, atau iklim.
- Contoh:
Produk pakaian musim dingin lebih dipasarkan di wilayah beriklim dingin.
3.
Segmentasi Psikografis: Berdasarkan
gaya hidup, nilai, dan kepribadian konsumen.
- Contoh:
Produk ramah lingkungan menargetkan konsumen yang peduli terhadap
keberlanjutan.
4.
Segmentasi Perilaku: Berdasarkan perilaku
konsumen seperti frekuensi pembelian atau loyalitas merek.
- Contoh:
Maskapai penerbangan memberikan program loyalitas bagi pelanggan yang
sering bepergian.
Langkah-Langkah dalam Segmentasi Pasar
1.
Identifikasi Variabel Segmentasi:
Tentukan faktor
yang relevan untuk membagi pasar, seperti demografis, geografis, atau perilaku.
Contoh: Sebuah
perusahaan minuman dapat menggunakan usia dan gaya hidup sebagai variabel
segmentasi.
2.
Analisis Potensi Segmen:
Evaluasi ukuran,
pertumbuhan, dan profitabilitas segmen yang telah diidentifikasi.
Contoh: Segmen
"generasi milenial" mungkin menawarkan potensi besar karena daya beli
mereka yang terus meningkat.
3.
Pilih Segmentasi yang Tepat:
Fokus pada
segmen yang paling sesuai dengan tujuan perusahaan.
Contoh: Sebuah
startup teknologi mungkin memilih untuk menargetkan profesional muda yang akrab
dengan teknologi.
Pentingnya Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar membantu perusahaan memahami
keragaman kebutuhan konsumen. Dengan memilih variabel yang relevan dan
melakukan analisis mendalam, perusahaan dapat menciptakan strategi yang lebih
efektif dan relevan. Segmentasi yang baik juga memungkinkan perusahaan
mengalokasikan sumber daya secara optimal untuk mencapai target pasar.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan makanan cepat
saji dapat menggunakan segmentasi demografis untuk menargetkan keluarga muda
dengan anak-anak. Dengan menawarkan paket keluarga yang terjangkau dan menarik
bagi anak-anak, perusahaan tersebut mampu meningkatkan penjualan dan loyalitas
pelanggan.
Studi Kasus: Segmentasi Pasar di Industri Perbankan
Sebuah bank nasional di Indonesia ingin
meningkatkan basis pelanggannya. Setelah melakukan analisis, mereka membagi
pasar menjadi beberapa segmen:
1.
Profesional Muda:
- Kebutuhan:
Rekening tabungan dengan fitur digital.
- Strategi:
Menawarkan aplikasi mobile banking dengan kemudahan transaksi.
2.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM):
- Kebutuhan:
Pinjaman usaha dengan bunga rendah.
- Strategi:
Program pinjaman khusus dengan syarat fleksibel.
3.
Pensiunan:
- Kebutuhan:
Produk investasi dengan risiko rendah.
- Strategi:
Menyediakan layanan konsultasi keuangan gratis.
Dengan segmentasi ini, bank dapat menawarkan
produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing segmen,
meningkatkan kepuasan pelanggan dan pendapatan perusahaan.
Strategi Targeting Berdasarkan Perilaku Konsumen
Setelah
segmen pasar diidentifikasi melalui segmentasi, langkah selanjutnya adalah
menentukan segmen mana yang akan menjadi target utama. Strategi targeting
adalah proses penting dalam memilih segmen pasar yang menawarkan peluang
terbaik bagi perusahaan, baik dari sisi profitabilitas maupun daya tarik pasar.
Pemahaman mendalam tentang perilaku konsumen dalam setiap segmen menjadi kunci
dalam merumuskan strategi targeting yang efektif dan efisien.
Pengertian
Strategi Targeting
Strategi
targeting adalah proses yang digunakan oleh perusahaan untuk memilih satu atau
lebih segmen pasar yang akan dilayani dengan strategi pemasaran tertentu.
Targeting bertujuan untuk menemukan dan melayani segmen pasar yang paling
menguntungkan dan memiliki potensi terbaik untuk pertumbuhan perusahaan. Tujuan
dari strategi targeting ini adalah untuk meningkatkan daya saing dan
profitabilitas perusahaan dengan menyesuaikan produk atau layanan sesuai dengan
preferensi dan kebutuhan konsumen di segmen yang dipilih.
Langkah-langkah
dalam Menyusun Strategi Targeting:
- Identifikasi dan Analisis
Segmen Pasar: Sebelum memilih segmen pasar,
perusahaan harus melakukan analisis mendalam untuk memahami karakteristik
dan kebutuhan setiap segmen.
- Penilaian Daya Tarik Segmen: Mengukur potensi pasar berdasarkan ukuran,
pertumbuhan, daya beli, dan keuntungan jangka panjang yang dapat
diperoleh.
- Pemilihan Segmen Target: Berdasarkan analisis, perusahaan memilih segmen yang
paling sesuai dengan tujuan dan sumber daya yang dimiliki.
Jenis-Jenis
Strategi Targeting:
- Undifferentiated Targeting
(Targeting Tidak Terbedakan)
Strategi ini menargetkan seluruh pasar dengan satu pendekatan yang sama
untuk semua segmen. Produk atau layanan yang ditawarkan tidak dibedakan
berdasarkan segmen pasar. Strategi ini biasanya digunakan untuk produk
atau layanan yang dibutuhkan oleh hampir semua orang atau bersifat
kebutuhan dasar.
Contoh: Garam,
air minum, atau gula yang digunakan oleh hampir semua orang di berbagai segmen
pasar tanpa perbedaan yang jelas.
Kelebihan:
- Penghematan biaya pemasaran
karena hanya menggunakan satu pesan untuk seluruh pasar.
- Penyederhanaan dalam
pengembangan produk dan distribusi.
Kekurangan:
- Sulit untuk memenuhi kebutuhan
dan preferensi konsumen yang berbeda dalam segmen pasar yang besar.
- Rentan terhadap persaingan
dari produk yang lebih spesifik atau tersegmentasi.
- Differentiated Targeting
(Targeting Terbedakan) Strategi
ini melibatkan penargetan beberapa segmen pasar dengan produk atau layanan
yang disesuaikan untuk masing-masing segmen. Perusahaan merancang produk
atau strategi pemasaran yang berbeda untuk setiap segmen yang ditargetkan.
Strategi ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang lebih beragam
dan memastikan bahwa perusahaan dapat mencapai berbagai segmen dengan
lebih efektif.
Contoh:
Perusahaan otomotif yang menawarkan mobil untuk segmen premium, seperti mobil
mewah untuk kalangan atas dan mobil ekonomi untuk kalangan menengah ke bawah.
Kelebihan:
- Kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan segmen pasar yang lebih luas.
- Potensi meningkatkan pangsa
pasar dengan menyasar berbagai kelompok konsumen.
Kekurangan:
a.
Biaya pemasaran dan pengembangan
produk lebih tinggi karena perusahaan perlu mengembangkan pesan dan produk yang
berbeda untuk setiap segmen.
b.
Risiko pencampuran pesan atau
kebingungan dalam komunikasi dengan konsumen.
- Concentrated Targeting
(Targeting Terpusat)
Strategi ini fokus pada satu segmen pasar tertentu yang dianggap paling
menguntungkan atau memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Perusahaan
mengalihkan seluruh perhatian dan sumber daya untuk melayani segmen pasar
tersebut. Biasanya, strategi ini digunakan oleh perusahaan dengan sumber
daya terbatas yang tidak dapat melayani berbagai segmen besar.
Contoh: Brand
mewah seperti Gucci atau Louis Vuitton yang menargetkan konsumen dengan
penghasilan tinggi dan gaya hidup mewah.
Kelebihan:
- Perusahaan dapat membangun
identitas merek yang kuat dalam segmen pasar yang ditargetkan.
- Fokus yang lebih tajam dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan segmen.
Kekurangan:
- Bergantung pada keberhasilan
segmen pasar yang dipilih. Jika segmen tersebut mengalami penurunan atau
perubahan preferensi, perusahaan bisa terdampak besar.
- Terbatasnya peluang untuk
memperluas ke pasar lainnya.
- Micromarketing (Targeting
Mikro) Strategi ini adalah pendekatan
yang sangat terfokus yang menyesuaikan produk dan pemasaran untuk kelompok
kecil atau bahkan individu. Micromarketing sering digunakan oleh
perusahaan lokal atau bisnis yang ingin melayani segmen pasar yang sangat
spesifik, seperti komunitas tertentu atau konsumen dengan kebutuhan unik.
Contoh: Bisnis
lokal yang melayani kebutuhan komunitas tertentu, seperti restoran dengan menu
khusus untuk pengunjung vegetarian atau aplikasi yang disesuaikan dengan
kebiasaan berbelanja individu.
Kelebihan:
- Dapat memberikan layanan atau
produk yang sangat disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
- Tingkat kepuasan konsumen yang
lebih tinggi karena personalisasi yang lebih mendalam.
Kekurangan:
- Biaya pemasaran yang tinggi
karena menargetkan kelompok yang sangat kecil.
- Tantangan dalam mencapai skala
atau volume yang cukup besar untuk menguntungkan secara finansial.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Strategi Targeting:
- Ukuran dan Pertumbuhan Segmen
Segmen pasar yang lebih besar dan memiliki potensi
pertumbuhan yang cepat akan lebih menarik untuk perusahaan. Perusahaan harus
mempertimbangkan apakah segmen tersebut cukup besar untuk memberikan keuntungan
yang diinginkan dan apakah segmen tersebut akan tumbuh seiring waktu.
- Kompetisi di Segmen Pasar
Segmen yang memiliki tingkat persaingan rendah lebih menarik
karena perusahaan dapat memiliki peluang lebih besar untuk mengambil pangsa
pasar. Sebaliknya, segmen yang sangat kompetitif memerlukan investasi lebih
besar dalam pemasaran dan inovasi untuk membedakan diri dari pesaing.
- Kemampuan dan Sumber Daya
Perusahaan
Pemilihan segmen yang tepat harus disesuaikan dengan
kemampuan sumber daya perusahaan. Perusahaan harus mempertimbangkan apakah
mereka memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan segmen yang
dipilih dan apakah mereka dapat bersaing secara efektif dalam segmen tersebut.
Strategi
Targeting yang Efektif: Strategi
targeting yang berhasil memungkinkan perusahaan untuk memaksimalkan peluang
pasar dan mencapai hasil terbaik. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor
seperti ukuran dan pertumbuhan segmen, tingkat persaingan, serta sumber daya
yang tersedia, perusahaan dapat menggunakan pendekatan yang tepat untuk
memfokuskan upaya pemasaran dan pengembangan produk mereka. Pemilihan segmen
yang tepat akan memastikan bahwa perusahaan dapat mengalokasikan sumber daya
secara efisien dan memperoleh keuntungan maksimal dari pasar yang dipilih.
Positioning Produk yang Relevan dengan Kebutuhan Konsumen
Pengertian
Positioning Produk
Positioning
produk adalah strategi pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan citra
tertentu di benak konsumen mengenai produk atau merek yang ditawarkan. Hal ini
melibatkan penempatan produk di pasar dengan cara yang membedakannya dari
pesaing, serta mengkomunikasikan nilai atau manfaat unik yang relevan dengan
kebutuhan dan preferensi konsumen. Positioning yang efektif akan membuat
konsumen merasa bahwa produk atau merek tersebut adalah solusi terbaik untuk
kebutuhan mereka, yang pada gilirannya membangun loyalitas dan meningkatkan
daya saing.
Tujuan
dan Pentingnya Positioning
Tujuan
utama dari positioning produk adalah untuk memastikan bahwa produk atau merek
dipersepsikan secara positif oleh konsumen dan memenuhi kebutuhan serta harapan
mereka. Dengan positioning yang tepat, perusahaan dapat:
- Membedakan produk dari pesaing: Memberikan alasan mengapa konsumen harus memilih
produk tersebut dibandingkan produk lain yang ada di pasar.
- Meningkatkan loyalitas konsumen: Ketika konsumen merasa produk memenuhi kebutuhannya
dengan cara yang unik, mereka lebih cenderung untuk kembali membeli produk
tersebut.
- Menciptakan nilai tambah: Produk yang diposisikan dengan baik menawarkan
manfaat lebih atau solusi spesifik yang memenuhi kebutuhan tertentu, yang
membuatnya lebih bernilai di mata konsumen.
- Mempermudah komunikasi
pemasaran: Positioning yang jelas akan
memudahkan perusahaan untuk mengkomunikasikan pesan pemasaran yang
konsisten dan tepat sasaran.
Proses
Positioning Produk
Proses
positioning yang efektif melibatkan beberapa langkah penting yang harus
dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa produk mereka relevan dengan
kebutuhan konsumen. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses positioning:
- Analisis Kebutuhan Konsumen Memahami kebutuhan, keinginan, dan masalah yang
dihadapi konsumen adalah langkah pertama dalam menciptakan positioning
yang relevan. Konsumen akan memilih produk yang dapat menyelesaikan
masalah mereka atau memenuhi kebutuhan mereka lebih baik dibandingkan
produk lainnya.
Contoh: Dalam
pasar smartphone, konsumen mungkin membutuhkan perangkat yang memiliki kualitas
kamera terbaik, atau daya tahan baterai yang lebih lama, atau sistem operasi
yang lebih sederhana. Memahami kebutuhan ini akan membantu perusahaan dalam
menentukan aspek mana yang perlu ditekankan dalam positioning produk.
- Penelitian Kompetitor Melakukan analisis kompetitor untuk mengetahui
bagaimana produk mereka diposisikan dan apa keunggulan serta
kekurangannya. Ini akan membantu perusahaan untuk menemukan celah pasar
yang dapat dimanfaatkan dan menyusun strategi positioning yang lebih baik.
Contoh: Jika
pesaing utama dalam pasar sepatu olahraga menekankan kenyamanan, perusahaan
dapat memilih untuk memposisikan produknya sebagai sepatu dengan teknologi
inovatif untuk performa tinggi.
- Menentukan Posisi yang Tepat Berdasarkan analisis kebutuhan konsumen dan pesaing,
perusahaan harus menentukan bagaimana produk mereka akan diposisikan.
Apakah produk akan menonjolkan kualitas, harga, kemudahan penggunaan, atau
fitur inovatif lainnya yang lebih relevan dengan target pasar?
Contoh: Jika
perusahaan menjual produk pembersih rumah tangga, mereka bisa memilih untuk
memposisikan produk mereka sebagai solusi ramah lingkungan yang lebih aman
digunakan oleh keluarga dengan anak kecil, dibandingkan produk pembersih yang
mengandung bahan kimia keras.
- Komunikasi Posisi Produk Setelah menentukan positioning yang tepat, langkah
selanjutnya adalah mengkomunikasikan posisi produk tersebut kepada
konsumen melalui berbagai saluran pemasaran. Pesan yang disampaikan harus
jelas, konsisten, dan mudah dipahami oleh konsumen agar mereka bisa
menangkap nilai produk tersebut.
Contoh:
Perusahaan makanan cepat saji yang memposisikan dirinya sebagai pilihan cepat
dan terjangkau untuk keluarga muda dapat menggunakan iklan dengan pesan yang
menekankan kecepatan layanan dan harga yang ramah di kantong.
Jenis-jenis
Positioning Produk
Berikut
adalah beberapa pendekatan dalam positioning produk yang relevan dengan
kebutuhan konsumen:
- Positioning Berdasarkan
Kualitas atau Keunggulan Produk
Jika produk memiliki keunggulan tertentu dalam hal kualitas, daya tahan,
atau performa, perusahaan dapat memposisikan produk sebagai pilihan utama
bagi konsumen yang menginginkan kualitas terbaik.
Contoh: Mobil
mewah seperti Mercedes-Benz memposisikan dirinya dengan menekankan kualitas
premium, kenyamanan, dan teknologi canggih untuk konsumen berpenghasilan
tinggi.
- Positioning Berdasarkan Harga Produk dapat diposisikan sebagai pilihan yang lebih
terjangkau di pasar atau sebagai produk yang menawarkan nilai lebih dengan
harga yang lebih rendah. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk merek-merek
dengan harga lebih rendah atau yang berusaha menantang merek premium.
Contoh: Rantai
toko pakaian seperti H&M atau Uniqlo memposisikan diri sebagai pilihan
terjangkau dengan kualitas dan desain yang modis, untuk konsumen yang ingin
tampilan modern tanpa merogoh kocek terlalu dalam.
- Positioning Berdasarkan
Penggunaan atau Manfaat
Positioning produk dapat difokuskan pada manfaat tertentu yang akan
diperoleh konsumen dari penggunaan produk tersebut. Manfaat ini bisa
berupa kenyamanan, efisiensi, atau kepraktisan dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Contoh: Sabun
cuci piring yang memposisikan dirinya sebagai produk yang dapat menghemat waktu
dan energi bagi ibu rumah tangga dengan kemampuan pembersihan yang cepat dan
efektif.
- Positioning Berdasarkan Keunikan
atau Diferensiasi
Produk dapat diposisikan sebagai sesuatu yang unik, yang memiliki ciri
khas yang membedakannya dari produk lain. Pendekatan ini sering digunakan
untuk produk inovatif yang menawarkan fitur baru atau berbeda yang belum
ada di pasar.
Contoh:
Perusahaan teknologi seperti Apple memposisikan produk mereka (seperti iPhone)
sebagai perangkat inovatif dengan desain elegan, fitur-fitur canggih, dan
ekosistem yang terpadu.
- Positioning Berdasarkan Target
Pasar Tertentu Positioning juga dapat dilakukan
dengan fokus pada kebutuhan khusus dari segmen pasar tertentu, seperti
kelompok usia, gaya hidup, atau kebutuhan fungsional yang unik. Hal ini
dapat memperkuat hubungan emosional antara merek dan konsumen.
Contoh: Produk
perawatan kulit yang diformulasikan khusus untuk remaja dengan masalah kulit
berjerawat memposisikan dirinya sebagai solusi bagi remaja yang mencari produk
yang aman dan efektif.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Positioning Produk:
- Kebutuhan dan Keinginan
Konsumen Positioning yang baik selalu
dimulai dengan pemahaman yang mendalam mengenai apa yang dibutuhkan dan
diinginkan konsumen. Tanpa pemahaman ini, produk mungkin tidak akan
relevan atau efektif dalam menarik perhatian pasar yang dituju.
- Tren Pasar dan Perubahan
Kebutuhan Konsumen sering mengalami
perubahan dalam preferensi mereka seiring waktu. Oleh karena itu,
perusahaan perlu menyesuaikan positioning produk dengan tren terbaru dan
perubahan dalam gaya hidup atau kebiasaan konsumen.
- Citra Merek dan Diferensiasi Positioning yang efektif sangat bergantung pada citra
merek yang sudah ada. Diferensiasi yang jelas dari pesaing juga akan
mempengaruhi bagaimana produk diposisikan di pasar.
Positioning
produk yang relevan dengan kebutuhan konsumen sangat penting dalam menciptakan
hubungan yang kuat antara merek dan konsumen. Dengan memahami kebutuhan
konsumen dan menganalisis persaingan di pasar, perusahaan dapat menyusun
strategi positioning yang efektif yang akan membedakan produk mereka, menawarkan
nilai lebih, dan mengkomunikasikan manfaat yang tepat kepada konsumen. Strategi
ini tidak hanya membantu dalam menarik konsumen tetapi juga membangun loyalitas
dan mempertahankan pangsa pasar dalam jangka panjang.
Studi Kasus Segmentasi Perilaku
Konsumen di Berbagai Industri
Segmentasi perilaku konsumen
merupakan salah satu metode segmentasi pasar yang didasarkan pada perilaku
konsumen, seperti pola pembelian, penggunaan produk, serta respons terhadap
produk atau layanan tertentu. Segmentasi ini penting karena memungkinkan
perusahaan untuk lebih memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih
efektif. Dalam studi ini, kita akan melihat beberapa contoh studi kasus
segmentasi perilaku konsumen di berbagai industri, untuk menggambarkan bagaimana
perusahaan mengaplikasikan strategi ini dalam dunia nyata.
1.
Industri Makanan dan Minuman: McDonald's
Segmentasi Perilaku: McDonald's menggunakan segmentasi perilaku konsumen
berdasarkan kebiasaan makan, frekuensi kunjungan, dan preferensi makanan. Perusahaan
ini menganalisis perilaku konsumen yang sering makan cepat saji dan kebiasaan
mereka dalam memilih produk berdasarkan waktu, kebutuhan, dan selera.
Pendekatan:
- Segmentasi Berdasarkan Waktu Kunjungan: McDonald's menawarkan menu sarapan khusus yang berbeda
dari menu siang dan malam hari, yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumsi
pada waktu tertentu. Misalnya, menu sarapan ditujukan bagi konsumen yang
membutuhkan makanan cepat dan praktis di pagi hari.
- Segmentasi Berdasarkan Keinginan: McDonald's juga menawarkan berbagai pilihan menu yang
dapat disesuaikan dengan gaya hidup konsumen, seperti menu vegetarian,
rendah kalori, atau tanpa gluten untuk konsumen yang lebih memperhatikan
kesehatan.
- Frekuensi Kunjungan:
McDonald's menawarkan program loyalitas dan promosi untuk meningkatkan
frekuensi kunjungan pelanggan yang sudah ada, misalnya dengan memberikan
diskon bagi mereka yang sering datang.
Contoh Praktik: McDonald's meluncurkan produk seperti McCafé untuk menarik
segmen konsumen yang menginginkan pilihan kopi premium dengan pengalaman yang
lebih santai, berlawanan dengan konsumsi cepat saji biasa. Hal ini menunjukkan
pemahaman mereka tentang preferensi perilaku konsumen yang lebih memilih
suasana santai sambil menikmati kopi, bukan hanya sekadar makan cepat.
2.
Industri Pakaian: Nike
Segmentasi Perilaku: Nike memanfaatkan segmentasi perilaku berdasarkan aktivitas
olahraga yang dilakukan oleh konsumen serta seberapa sering mereka berolahraga.
Perusahaan ini juga membagi pasar berdasarkan seberapa besar keterlibatan
konsumen dengan olahraga atau gaya hidup aktif.
Pendekatan:
- Segmentasi Berdasarkan Aktivitas Olahraga: Nike mengembangkan produk untuk segmen-segmen
tertentu seperti pelari, pesepeda, atau penggemar olahraga tim. Setiap
kategori produk didesain untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari para atlet
atau penggemar olahraga tertentu.
- Segmentasi Berdasarkan Gaya Hidup dan Frekuensi
Olahraga: Nike membedakan segmen pasar
berdasarkan seberapa sering mereka berolahraga, dengan menawarkan produk
yang berbeda untuk atlet profesional, atlet amatir, serta mereka yang
sekadar ingin bergaya aktif (casual athletes).
- Segmentasi Berdasarkan Sikap terhadap Olahraga: Nike juga memperhatikan perilaku konsumen yang peduli
pada kualitas dan inovasi, seperti mereka yang mencari sepatu lari dengan
teknologi canggih, seperti Air Max atau Flyknit.
Contoh Praktik: Nike memasarkan sepatu lari dengan teknologi yang mendukung
kinerja atlet profesional, tetapi juga menyediakan pilihan yang lebih modis dan
terjangkau untuk konsumen yang menginginkan gaya hidup aktif tetapi tidak
terlibat dalam olahraga secara intens. Kampanye "Just Do It" adalah
contoh positioning yang menghubungkan produk dengan semangat motivasi dan
peningkatan diri, yang mempengaruhi konsumen dengan perilaku berorientasi pada
pencapaian.
3.
Industri Teknologi: Apple
Segmentasi Perilaku: Apple mengklasifikasikan konsumennya berdasarkan kebiasaan
teknologi, perilaku pembelian, serta loyalitas terhadap merek. Konsumen Apple
sering kali memilih produk berdasarkan kemudahan penggunaan, inovasi, serta
nilai emosional yang mereka rasakan dengan produk Apple.
Pendekatan:
- Segmentasi Berdasarkan Teknologi dan Inovasi: Apple memposisikan produk-produknya untuk konsumen
yang menginginkan perangkat yang inovatif dan mudah digunakan. Mereka juga
menargetkan konsumen yang memiliki keterlibatan tinggi dengan teknologi, seperti
penggemar gadget atau profesional kreatif yang memerlukan perangkat dengan
performa tinggi.
- Segmentasi Berdasarkan Loyalitas terhadap Merek: Banyak konsumen Apple yang memiliki loyalitas tinggi
terhadap merek, memilih untuk terus membeli produk Apple karena kepuasan
mereka terhadap kualitas dan pengalaman pengguna. Apple memanfaatkan
loyalitas ini dengan menawarkan ekosistem produk yang saling terhubung,
seperti iPhone, MacBook, dan Apple Watch.
- Segmentasi Berdasarkan Perilaku Pembelian: Apple mengetahui bahwa sebagian besar konsumennya
membeli produk dengan frekuensi tertentu, dan mereka menggunakan ini untuk
merencanakan peluncuran produk baru serta menawarkan pembaruan perangkat
keras dan perangkat lunak.
Contoh Praktik: Apple mengembangkan produk seperti iPhone dan MacBook
dengan berbagai varian untuk memenuhi kebutuhan konsumen dari berbagai segmen,
mulai dari mereka yang membutuhkan perangkat untuk pekerjaan profesional hingga
mereka yang hanya ingin menggunakan perangkat untuk hiburan dan media sosial.
Kampanye iklan dan peluncuran produk juga dirancang untuk memicu perilaku
pembelian berdasarkan kebutuhan emosional dan inovasi.
4.
Industri Kendaraan: Toyota
Segmentasi Perilaku: Toyota mengadopsi segmentasi perilaku berdasarkan kebiasaan
penggunaan mobil, seperti apakah konsumen menggunakan kendaraan untuk
perjalanan jauh, untuk kebutuhan sehari-hari, atau untuk keluarga. Selain itu,
Toyota juga mengklasifikasikan konsumen berdasarkan preferensi terhadap
efisiensi bahan bakar, desain, dan teknologi.
Pendekatan:
- Segmentasi Berdasarkan Penggunaan Kendaraan: Toyota membagi pasar berdasarkan tujuan konsumen
dalam menggunakan kendaraan. Misalnya, mereka memiliki model kendaraan
yang lebih kecil dan efisien bahan bakar seperti Toyota Yaris untuk
konsumen perkotaan, sementara untuk keluarga besar mereka memiliki model
SUV seperti Toyota Fortuner.
- Segmentasi Berdasarkan Efisiensi dan Keamanan: Toyota memasarkan model yang lebih hemat bahan bakar
dan ramah lingkungan, seperti Toyota Prius, untuk konsumen yang peduli
pada lingkungan dan ingin mengurangi pengeluaran bahan bakar. Selain itu,
mereka juga menonjolkan fitur keselamatan pada mobilnya, seperti sistem
Toyota Safety Sense untuk konsumen yang mengutamakan keamanan.
Contoh Praktik: Toyota memasarkan Prius sebagai mobil yang ramah lingkungan
dan hemat bahan bakar, menarik konsumen yang memiliki kesadaran lingkungan
tinggi. Di sisi lain, model seperti Toyota Hilux diposisikan untuk konsumen
yang membutuhkan kendaraan tangguh untuk keperluan bisnis atau off-road.
5.
Industri Pariwisata: Airbnb
Segmentasi Perilaku: Airbnb mengklasifikasikan konsumennya berdasarkan perilaku
perjalanan, seperti jenis perjalanan (bisnis atau liburan), lama tinggal, serta
jenis akomodasi yang dicari. Mereka juga memanfaatkan data tentang pengeluaran
dan kebiasaan pemesanan untuk mempersonalisasi tawaran.
Pendekatan:
- Segmentasi Berdasarkan Tujuan Perjalanan: Airbnb menawarkan berbagai jenis akomodasi yang
disesuaikan dengan tujuan perjalanan, baik untuk wisatawan yang mencari
pengalaman lokal dan unik, maupun untuk mereka yang bepergian untuk tujuan
bisnis dan menginginkan kenyamanan serta akses mudah ke fasilitas kerja.
- Segmentasi Berdasarkan Pengalaman dan Frekuensi
Perjalanan: Airbnb menawarkan pilihan
akomodasi dengan berbagai tingkat harga dan fasilitas untuk konsumen yang
sering bepergian dan membutuhkan kenyamanan, serta untuk konsumen yang
bepergian sesekali dan mencari pengalaman lebih terjangkau.
Contoh Praktik: Airbnb menawarkan berbagai kategori akomodasi seperti
"Superhost" bagi mereka yang mencari pengalaman menginap dengan
standar layanan tinggi, dan "Experiences" yang memungkinkan konsumen
untuk mendapatkan pengalaman lokal seperti tur atau kelas memasak.
Segmentasi perilaku konsumen
memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan produk, layanan, dan pemasaran
mereka dengan lebih tepat sesuai dengan kebiasaan dan kebutuhan konsumen. Dari
industri makanan hingga teknologi, pemahaman yang mendalam tentang perilaku
konsumen dapat menciptakan strategi pemasaran yang lebih terfokus dan efektif.
Melalui contoh-contoh di atas, kita dapat melihat bagaimana berbagai industri
mengadopsi segmentasi perilaku untuk memaksimalkan pengalaman konsumen dan
mencapai tujuan bisnis mereka.
Kesimpulan
Segmentasi,
targeting, dan positioning adalah kerangka kerja yang saling terkait dalam
memahami dan melayani pasar. Dengan pendekatan yang terstruktur, perusahaan
dapat menciptakan strategi pemasaran yang tidak hanya relevan tetapi juga
memberikan nilai tambah bagi konsumen.
Daftar Pustaka
- Kotler, P., & Keller, K. L.
(2021). Marketing Management. Pearson.
- Lamb, C. W., Hair, J. F., &
McDaniel, C. (2020). MKTG. Cengage Learning.
- Solomon, M. R. (2019). Consumer
Behavior: Buying, Having, and Being. Pearson.
- Schiffman, L. G., &
Wisenblit, J. (2019). Consumer Behavior. Pearson.
- Jobber, D., &
Ellis-Chadwick, F. (2019). Principles and Practice of Marketing.
McGraw-Hill Education.
- Chaffey, D., &
Ellis-Chadwick, F. (2020). Digital Marketing: Strategy, Implementation,
and Practice. Pearson.
- Hawkins, D. I., &
Mothersbaugh, D. L. (2020). Consumer Behavior: Building Marketing
Strategy. McGraw-Hill Education.
- Malhotra, N. K., & Dash, S.
(2019). Marketing Research: An Applied Orientation. Pearson.
0 Response to "Segmentasi, Targeting, dan Positioning dalam Perilaku Konsumen"
Posting Komentar