Sarana belajar yang memadukan teori akademis dengan pendekatan praktis dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman konseptual dan penerapannya di dunia nyata. Serta memberikan kerangka berpikir yang kuat melalui teori-teori dasar, sementara praktiknya memberikan wawasan tentang bagaimana konsep tersebut digunakan dalam konteks nyata.

Emosi dan Pengaruhnya terhadap Perilaku Konsumen

 

Pendahuluan

Emosi adalah elemen yang sangat penting dalam pembentukan perilaku manusia, termasuk dalam konteks konsumsi. Dalam dunia pemasaran, emosi sering kali digunakan untuk mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, karena emosi dapat mengubah persepsi dan memberikan dorongan yang kuat untuk membeli suatu produk atau layanan. Keputusan pembelian konsumen tidak hanya didasarkan pada kebutuhan rasional, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor emosional yang dapat membuat seseorang lebih cenderung membeli suatu produk.

Kekuatan emosi dalam keputusan pembelian tercermin dalam berbagai aspek perilaku konsumen, seperti iklan, pengalaman berbelanja, dan pengaruh desain produk. Emosi mempengaruhi cara konsumen merasakan suatu produk atau layanan, serta bagaimana mereka menghubungkan produk tersebut dengan identitas pribadi mereka. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam mengenai peran emosi dalam perilaku konsumen sangat penting bagi para pemasar untuk merancang strategi yang lebih efektif dalam menarik perhatian konsumen dan meningkatkan penjualan.

Pemasar yang cerdas akan memanfaatkan elemen-elemen yang dapat membangkitkan emosi positif atau negatif dalam iklan dan strategi pemasaran mereka. Psikologi warna, desain produk, serta komunikasi visual merupakan alat yang sangat efektif dalam menciptakan respons emosional yang diinginkan. Oleh karena itu, dalam materi kuliah kali ini, kita akan membahas peran emosi dalam keputusan pembelian, pengaruh psikologi warna dan desain dalam pemasaran, serta studi kasus kampanye iklan yang berhasil memanfaatkan emosi konsumen untuk mencapai tujuan pemasaran mereka.

Peran Emosi dalam Keputusan Pembelian

Emosi merupakan faktor penting yang memengaruhi perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Meskipun banyak konsumen yang cenderung percaya bahwa keputusan mereka dibuat berdasarkan pertimbangan rasional, kenyataannya, emosi sering kali memiliki pengaruh yang lebih besar dalam keputusan tersebut daripada yang mereka sadari. Emosi dapat memicu respon yang tidak rasional dalam pengambilan keputusan, yang terkadang tidak didasarkan pada analisis yang mendalam mengenai harga atau fitur produk, namun lebih pada perasaan yang ditimbulkan oleh pengalaman dengan produk tersebut.

Pemasar sering kali memanfaatkan elemen emosional untuk membangun koneksi dengan konsumen. Merek atau produk yang mampu memicu perasaan tertentu, seperti kebahagiaan, kenyamanan, atau kepercayaan diri, memiliki peluang lebih besar untuk memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Sebagai contoh, emosi positif yang timbul akibat asosiasi dengan merek yang telah dikenal dan dipercaya dapat mempengaruhi keputusan pembelian secara signifikan, meskipun produk pesaing dengan kualitas yang setara mungkin menawarkan harga yang lebih murah. Fenomena ini juga dikenal sebagai "loyalitas merek," yang dipicu oleh pengaruh emosi konsumen terhadap hubungan mereka dengan merek tersebut.

1. Emosi sebagai Pemicu Keputusan

Emosi sering kali menjadi pemicu utama dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen. Dalam banyak kasus, keputusan yang dibuat oleh konsumen bukanlah hasil dari pertimbangan rasional semata, tetapi dipengaruhi oleh perasaan yang mereka alami ketika berinteraksi dengan merek atau produk. Contohnya adalah iklan yang memanfaatkan elemen emosional untuk membangun keterikatan dengan konsumen, yang dapat mempercepat proses pembelian. Iklan yang menampilkan gambar atau cerita yang mengaduk-aduk emosi, seperti keluarga bahagia atau momen berkesan, dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli produk tanpa mempertimbangkan alternatif lain atau melakukan perbandingan harga.

Salah satu contoh jelas dari fenomena ini dapat dilihat dalam pemasaran produk kecantikan. Banyak merek kosmetik yang mengedepankan nilai-nilai kebahagiaan, kepercayaan diri, dan kecantikan alami dalam iklan mereka. Ketika konsumen merasa emosi positif terhadap merek tersebut, mereka lebih cenderung untuk melakukan pembelian impulsif tanpa terlalu banyak membandingkan produk serupa dari merek lain. Dengan demikian, emosi yang dipicu oleh iklan atau pengalaman konsumen dengan merek tersebut secara langsung mempengaruhi keputusan pembelian.

2. Emosi Positif dan Loyalitas Merek

Emosi positif yang muncul dari pengalaman konsumen dengan suatu merek atau produk dapat memperkuat loyalitas konsumen terhadap merek tersebut. Ketika konsumen merasa puas atau senang dengan pengalaman mereka, baik itu melalui kualitas produk, layanan pelanggan, atau asosiasi emosional dengan merek, mereka lebih cenderung untuk terus membeli produk tersebut di masa depan. Emosi positif seperti kebahagiaan, kenyamanan, atau rasa percaya diri dapat membentuk ikatan emosional yang kuat antara konsumen dan merek, yang berujung pada pembelian berulang.

Sebagai contoh, merek-merek pakaian atau produk perawatan tubuh sering kali menggunakan iklan yang menampilkan situasi kehidupan yang menyenangkan atau penuh kebahagiaan untuk membangun asosiasi positif dengan konsumen. Ketika konsumen merasa terhubung dengan nilai atau pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut, mereka lebih mungkin untuk memilih produk tersebut lagi di kemudian hari, meskipun ada produk serupa dengan harga yang lebih murah. Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya peran emosi positif dalam membangun loyalitas merek yang berkelanjutan.

3. Emosi Negatif dan Pengaruhnya terhadap Pembelian

Selain emosi positif, emosi negatif juga dapat digunakan oleh pemasar untuk memotivasi keputusan pembelian. Meskipun terdengar kontradiktif, emosi negatif seperti rasa takut, kecemasan, atau kekhawatiran dapat menjadi pendorong yang kuat dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli produk. Banyak perusahaan, khususnya dalam industri asuransi atau kesehatan, menggunakan rasa takut akan kerugian atau penyakit sebagai alat untuk mendorong konsumen membeli produk mereka. Iklan yang menggambarkan potensi bahaya atau kerugian yang dapat terjadi jika konsumen tidak menggunakan produk mereka dapat memicu reaksi emosional yang mendorong pembelian.

Sebagai contoh, iklan asuransi jiwa sering kali menampilkan cerita tentang keluarga yang kehilangan anggota keluarga karena kecelakaan atau penyakit serius. Hal ini menumbuhkan rasa takut dan kecemasan pada konsumen tentang kemungkinan risiko yang dapat terjadi pada mereka atau orang yang mereka cintai. Rasa takut ini bisa memicu konsumen untuk membeli produk asuransi tersebut sebagai bentuk perlindungan. Dengan demikian, meskipun keputusan pembelian didorong oleh emosi negatif, strategi pemasaran ini dapat sangat efektif dalam mendorong konsumen untuk mengambil tindakan.

Emosi memainkan peran yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan pembelian konsumen. Meskipun konsumen sering kali merasa bahwa keputusan mereka didasarkan pada pertimbangan rasional, kenyataannya banyak faktor emosional yang mempengaruhi mereka. Perasaan yang timbul dari interaksi dengan produk atau merek tertentu dapat mempercepat keputusan pembelian dan bahkan mengubah pola pikir konsumen. Baik itu emosi positif yang menciptakan loyalitas atau emosi negatif yang mendorong pembelian berdasarkan ketakutan, emosi dapat mempengaruhi keputusan konsumen dengan cara yang sangat kuat.

Pemasar yang dapat memahami dan memanfaatkan emosi ini dengan tepat memiliki peluang untuk membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen. Penggunaan emosi dalam pemasaran tidak hanya dapat meningkatkan penjualan, tetapi juga dapat menciptakan loyalitas merek yang kuat. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang bagaimana emosi mempengaruhi perilaku konsumen sangat penting bagi keberhasilan strategi pemasaran yang efektif.

Psikologi Warna, Desain, dan Komunikasi Visual dalam Pemasaran

Psikologi warna, desain, dan komunikasi visual adalah alat yang sangat kuat dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Elemen-elemen ini tidak hanya berfungsi untuk menarik perhatian konsumen, tetapi juga untuk mempengaruhi perasaan dan perilaku mereka secara subyektif. Warna, misalnya, memiliki daya untuk menstimulasi emosi tertentu, yang dapat berperan besar dalam membentuk persepsi konsumen terhadap suatu merek atau produk. Begitu juga dengan desain produk dan elemen komunikasi visual lainnya yang dapat membangun kesan pertama yang kuat, memengaruhi kepuasan, dan meningkatkan daya tarik produk.

Pemilihan warna dalam branding, kemasan produk, dan materi promosi dapat menciptakan respons emosional yang diinginkan dari konsumen. Misalnya, warna merah sering digunakan untuk menciptakan perasaan urgensi atau kegembiraan, yang dapat meningkatkan keputusan pembelian impulsif. Sementara itu, warna biru, yang sering diasosiasikan dengan ketenangan, kepercayaan, dan kestabilan, banyak digunakan dalam pemasaran produk-produk yang berhubungan dengan kesehatan atau keuangan. Oleh karena itu, pemasaran yang efektif membutuhkan pemahaman mendalam tentang psikologi warna dan bagaimana elemen desain dapat menciptakan citra merek yang konsisten dan menggugah.

Selain warna, desain produk dan elemen komunikasi visual lainnya juga memainkan peran yang tak kalah penting dalam mempengaruhi persepsi konsumen. Desain produk yang menarik dan fungsional tidak hanya dapat meningkatkan rasa kepuasan konsumen, tetapi juga dapat memperkuat hubungan emosional mereka dengan merek. Produk dengan desain inovatif atau unik, misalnya, dapat menarik perhatian konsumen yang lebih menyukai diferensiasi dan produk yang berbeda dari yang lain. Komunikasi visual yang efektif, seperti penggunaan gambar dan video yang menggugah perasaan dalam iklan, juga dapat mempercepat proses keputusan pembelian dengan menciptakan ikatan emosional yang kuat.

1. Psikologi Warna

Warna tidak hanya memiliki daya tarik visual yang dapat memperindah tampilan, tetapi juga dapat memicu berbagai perasaan dan respons emosional dari konsumen. Setiap warna membawa makna simbolis yang berbeda-beda, yang sering kali dikaitkan dengan pengaruh psikologis tertentu. Sebagai contoh, warna merah biasanya diasosiasikan dengan energi, semangat, dan urgensi. Hal ini sering digunakan dalam iklan yang ingin mendorong keputusan pembelian cepat, seperti pada tombol “Beli Sekarang” atau penawaran diskon yang terbatas.

Di sisi lain, warna biru sering kali menciptakan rasa ketenangan, kepercayaan, dan stabilitas. Inilah alasan mengapa banyak bank dan perusahaan asuransi memilih warna biru dalam branding mereka, untuk memberikan kesan bahwa mereka adalah merek yang dapat dipercaya dan stabil. Warna hijau juga sering dikaitkan dengan alam, kesegaran, dan kesejahteraan, sehingga banyak digunakan oleh produk-produk yang berkaitan dengan kesehatan dan keberlanjutan. Penggunaan warna yang tepat tidak hanya memperindah tampilan, tetapi juga memberikan pengaruh emosional yang kuat pada konsumen yang dapat mendasari keputusan pembelian mereka.

Contoh: Misalnya, pada situs web perusahaan teknologi atau bank, penggunaan warna biru yang dominan dapat menciptakan rasa nyaman dan kepercayaan pada pengunjungnya. Sebaliknya, untuk produk makanan cepat saji, warna merah dan kuning sering digunakan karena dapat membangkitkan rasa lapar dan keinginan untuk segera membeli. Ini adalah contoh bagaimana warna bisa digunakan untuk mempengaruhi perilaku konsumen dengan cara yang subyektif.

2. Desain Produk dan Daya Tarik Visual

Desain produk adalah salah satu elemen terpenting yang memengaruhi keputusan pembelian. Desain yang baik tidak hanya menjadikan produk lebih menarik secara visual, tetapi juga meningkatkan pengalaman pengguna dan meningkatkan kepuasan konsumen. Ketika desain produk menarik dan ergonomis, konsumen merasa lebih puas dengan pilihan mereka dan lebih cenderung untuk merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain. Desain yang inovatif dan estetis juga dapat membedakan produk dari pesaing di pasar yang sangat kompetitif.

Desain yang baik menggabungkan unsur fungsionalitas dengan estetika. Produk yang desainnya memikat secara visual namun tetap fungsional seringkali dianggap lebih bernilai oleh konsumen. Ini penting karena dalam banyak kasus, daya tarik visual dapat menciptakan kesan pertama yang positif yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian lebih cepat daripada produk yang desainnya biasa-biasa saja. Selain itu, desain produk yang unik dapat meningkatkan perasaan eksklusivitas, di mana konsumen merasa mereka memiliki sesuatu yang berbeda dari yang lain, yang memberikan kepuasan tersendiri.

Contoh: Produk seperti smartphone Apple dengan desain minimalis dan elegan tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga menciptakan pengalaman pengguna yang luar biasa, dari kemasan hingga penggunaan sehari-hari. Desain ini bukan hanya soal penampilan, tetapi juga tentang bagaimana produk itu berfungsi dengan mulus dan mudah digunakan, yang meningkatkan rasa puas dan loyalitas konsumen.

3. Komunikasi Visual dalam Iklan

Komunikasi visual dalam pemasaran adalah cara penting untuk menyampaikan pesan dan membangun hubungan emosional dengan konsumen. Iklan yang menggunakan elemen visual yang menarik, seperti gambar yang menggugah perasaan atau video yang menggambarkan situasi yang relevan, dapat meningkatkan daya tarik dan mempercepat keputusan pembelian. Hal ini disebabkan karena visual lebih mudah dipahami dan diingat dibandingkan teks atau kata-kata saja.

Penggunaan gambar atau video yang menggambarkan situasi emosional, seperti kebahagiaan keluarga atau kebanggaan pribadi, dapat menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan audiens. Ketika konsumen merasa terhubung dengan pesan visual yang disampaikan, mereka lebih cenderung untuk memilih produk tersebut daripada produk dari merek lain yang tidak memiliki asosiasi emosional yang kuat. Oleh karena itu, komunikasi visual yang efektif bukan hanya tentang tampilannya yang menarik, tetapi juga tentang bagaimana elemen visual tersebut dapat menggugah perasaan konsumen dan membentuk persepsi yang positif terhadap merek.

Contoh: Kampanye iklan Coca-Cola dengan tema kebahagiaan dan berbagi sering menggunakan gambar keluarga atau teman-teman yang tersenyum dan menikmati momen bersama. Visual seperti ini memicu emosi positif pada konsumen dan memperkuat asosiasi merek Coca-Cola dengan kebahagiaan, kebersamaan, dan kenangan indah, yang mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut.

Psikologi warna, desain, dan komunikasi visual memegang peran yang sangat penting dalam pemasaran, karena dapat mempengaruhi emosi dan persepsi konsumen. Warna yang tepat dapat menciptakan reaksi emosional yang sesuai dengan tujuan pemasaran, seperti menciptakan urgensi atau kepercayaan, sementara desain produk yang menarik dapat meningkatkan daya tarik visual dan memperkuat hubungan emosional konsumen dengan merek. Komunikasi visual yang efektif, baik melalui gambar, video, atau elemen desain lainnya, dapat mempercepat keputusan pembelian dengan cara yang menggugah perasaan konsumen.

Pemasar yang dapat memanfaatkan psikologi warna, desain, dan komunikasi visual dengan tepat memiliki peluang untuk menciptakan merek yang lebih berkesan dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan konsumen. Dengan memahami bagaimana elemen-elemen ini bekerja secara emosional, pemasar dapat merancang pengalaman yang lebih memuaskan dan meningkatkan konversi penjualan. Oleh karena itu, pemilihan warna, desain, dan elemen visual dalam pemasaran harus dilakukan dengan cermat untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan dapat mencapai audiens dengan cara yang paling efektif dan emosional.

Studi Kasus: Kampanye Iklan yang Memanfaatkan Emosi Konsumen

Kampanye iklan yang berhasil sering kali memanfaatkan emosi untuk menciptakan hubungan yang mendalam dengan konsumen. Iklan yang mampu menggugah perasaan audiens dapat menciptakan keterikatan yang kuat, yang tidak hanya meningkatkan kesadaran merek, tetapi juga mendorong loyalitas dan pembelian berulang. Salah satu contoh paling sukses dari kampanye iklan yang memanfaatkan emosi konsumen adalah kampanye "Share a Coke" dari Coca-Cola, yang diluncurkan pertama kali di Australia pada tahun 2011 dan kemudian diperluas ke seluruh dunia.

Kampanye ini mengganti logo Coca-Cola pada botol dengan nama-nama orang yang umum, memungkinkan konsumen untuk membeli botol dengan nama mereka atau nama teman-teman mereka. Ini adalah pendekatan yang sangat emosional karena membuat produk Coca-Cola lebih pribadi dan mengundang rasa keterlibatan langsung dari konsumen. Kampanye ini berhasil menciptakan rasa kebanggaan, kepemilikan, dan kebersamaan yang kuat antara merek dan konsumen, serta mempererat hubungan sosial melalui produk. Dengan cara ini, Coca-Cola berhasil memperkuat identitas merek mereka dan memanfaatkan emosi untuk meningkatkan penjualan serta memperluas jangkauan pasar.

1. Penggunaan Nama dalam Kampanye Iklan

Salah satu elemen utama dalam kampanye "Share a Coke" adalah penggantian logo Coca-Cola dengan nama-nama orang yang umum. Alih-alih menampilkan logo merek yang sudah dikenal, Coca-Cola menciptakan personalisasi yang kuat dengan memungkinkan konsumen merasa lebih terhubung dengan produk. Ini adalah contoh dari teknik pemasaran yang sangat efektif, di mana konsumen merasa bahwa produk tersebut dibuat khusus untuk mereka.

Penggunaan nama juga menciptakan rasa keterlibatan emosional yang mendalam, karena orang cenderung merasa lebih dihargai dan diperhatikan ketika nama mereka muncul di produk yang mereka beli. Kampanye ini tidak hanya memanfaatkan kekuatan branding Coca-Cola yang sudah kuat, tetapi juga memanfaatkan kecenderungan psikologis konsumen untuk merasa lebih terhubung dengan sesuatu yang berhubungan langsung dengan identitas mereka.

Contoh: Ketika seorang konsumen melihat botol Coca-Cola dengan nama mereka di rak toko, mereka merasa bahwa botol itu lebih dari sekadar produk massal. Itu adalah produk yang relevan dengan kehidupan mereka, dan ini meningkatkan rasa keinginan untuk membeli dan memilikinya.

2. Menciptakan Rasa Kepemilikan

Coca-Cola tidak hanya berhasil menciptakan keterlibatan emosional dengan konsumen, tetapi juga berhasil menciptakan rasa kepemilikan terhadap produk tersebut. Ketika konsumen menemukan botol Coca-Cola dengan nama mereka atau nama orang yang mereka cintai, mereka merasa bahwa botol tersebut adalah sesuatu yang lebih dari sekadar minuman ringan. Mereka merasa memiliki suatu produk yang spesial dan berhubungan dengan identitas mereka.

Rasa kepemilikan ini berfungsi sebagai motivator kuat dalam pemasaran karena mendorong konsumen untuk membeli lebih banyak produk dan juga merekomendasikannya kepada teman-teman mereka. Hal ini tercermin dalam meningkatnya pembelian berulang serta pembagian pengalaman dengan orang lain. Ketika konsumen merasa memiliki sesuatu yang eksklusif, mereka cenderung ingin berbagi hal tersebut dengan orang lain, yang dapat memperluas jangkauan kampanye iklan tersebut.

Contoh: Seseorang yang membeli botol Coca-Cola dengan nama teman mereka mungkin akan membelinya lagi sebagai hadiah atau untuk berbagi pengalaman bersama teman tersebut. Dengan cara ini, kampanye "Share a Coke" menciptakan pengalaman yang lebih personal dan mendalam, yang mengarah pada loyalitas merek yang lebih kuat.

3. Emosi Positif dalam Berbagi Pengalaman

Kampanye "Share a Coke" juga mengundang konsumen untuk berbagi produk tersebut dengan teman-teman dan keluarga mereka. Ini bukan hanya sekedar tentang membeli dan mengonsumsi produk, tetapi tentang menciptakan pengalaman emosional bersama orang lain. Kampanye ini mengundang konsumen untuk merasa bahwa produk tersebut adalah bagian dari momen sosial yang lebih besar, yang melibatkan kebahagiaan, kebersamaan, dan berbagi.

Ketika konsumen merasa senang dengan produk dan mengalami ikatan emosional yang positif, mereka lebih cenderung untuk berbagi pengalaman mereka dengan orang lain. Kampanye ini memanfaatkan fenomena sosial di mana orang ingin membagikan kebahagiaan atau pengalaman positif mereka dengan orang lain, yang mengarah pada promosi mulut ke mulut yang sangat efektif. Hal ini juga meningkatkan jangkauan merek, karena orang-orang yang terlibat dalam pengalaman tersebut cenderung mengajak lebih banyak orang untuk ikut serta dalam kampanye.

Contoh: Kampanye ini mendorong konsumen untuk memotret botol Coca-Cola yang mereka beli dengan nama teman mereka dan membagikan foto tersebut di media sosial, yang tidak hanya memperkenalkan produk kepada audiens yang lebih luas, tetapi juga menciptakan keterikatan yang lebih dalam dengan merek. Selain itu, Coca-Cola juga memanfaatkan platform media sosial untuk mempromosikan pengalaman berbagi ini, yang memperkuat emosi positif konsumen dan memperluas dampak kampanye.

Kampanye "Share a Coke" dari Coca-Cola adalah contoh yang sangat baik tentang bagaimana emosi dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan konsumen dengan produk. Dengan memanfaatkan personalisasi melalui penggunaan nama, menciptakan rasa kepemilikan, dan mengundang konsumen untuk berbagi pengalaman, Coca-Cola berhasil membangun hubungan emosional yang kuat dengan audiens mereka. Kampanye ini mengajarkan bahwa pemasaran yang efektif tidak hanya bergantung pada produk itu sendiri, tetapi juga pada bagaimana produk tersebut dapat menciptakan pengalaman emosional yang relevan dengan konsumen.

Kampanye ini menunjukkan bahwa elemen emosional dalam pemasaran, seperti kebanggaan, kebersamaan, dan keterikatan sosial, dapat memperkuat hubungan antara konsumen dan merek, yang akhirnya berdampak pada peningkatan penjualan, loyalitas merek, dan promosi organik melalui berbagi pengalaman. Dengan cara ini, pemasaran yang memanfaatkan emosi dapat menciptakan nilai tambah yang jauh lebih besar bagi merek dibandingkan dengan pendekatan pemasaran yang hanya fokus pada penjualan produk semata.

Kesimpulan

Emosi memegang peran yang sangat penting dalam mempengaruhi perilaku konsumen, baik dalam keputusan pembelian, persepsi terhadap merek, maupun loyalitas terhadap produk. Pemasar yang memahami psikologi konsumen dapat memanfaatkan emosi untuk menciptakan ikatan yang lebih kuat dengan konsumen dan meningkatkan peluang keberhasilan kampanye pemasaran mereka. Dalam hal ini, warna, desain, dan komunikasi visual memainkan peran krusial dalam menciptakan pengalaman emosional yang positif bagi konsumen.

Sebagai tambahan, studi kasus kampanye iklan seperti "Share a Coke" menunjukkan bagaimana emosi dapat digunakan untuk memperkuat hubungan antara konsumen dan merek, meningkatkan rasa keterlibatan, dan mendorong pembelian. Oleh karena itu, penting bagi para pemasar untuk memahami cara kerja emosi dalam keputusan pembelian dan memanfaatkan elemen-elemen emosional dalam setiap tahap pemasaran mereka.

Daftar Pustaka

  1. Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). Marketing Management (15th ed.). Pearson.
  2. Solomon, M. R. (2018). Consumer Behavior: Buying, Having, and Being (12th ed.). Pearson.
  3. Schmitt, B. H. (2012). The Concept of Customer Experience. Journal of Marketing.
  4. Lwin, M. O., Wirtz, J., & Williams, J. D. (2017). Consumer Behavior in the Age of Digital Media. Journal of Consumer Research.
  5. Lindstrom, M. (2018). Buyology: Truth and Lies About Why We Buy. Crown Business.
  6. Lee, H. Y., & Choi, H. S. (2020). The Effect of Color on Consumer Behavior in Marketing. Journal of Consumer Research.
  7. Junaedi, J. (2019). Psikologi Konsumen: Teori dan Praktik. Jakarta: Salemba Empat.
  8. Ginting, E. (2017). Pemasaran Berbasis Emosi: Strategi dalam Memengaruhi Konsumen. Yogyakarta: Andi.

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Emosi dan Pengaruhnya terhadap Perilaku Konsumen"

Posting Komentar