Sarana belajar yang memadukan teori akademis dengan pendekatan praktis dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman konseptual dan penerapannya di dunia nyata. Serta memberikan kerangka berpikir yang kuat melalui teori-teori dasar, sementara praktiknya memberikan wawasan tentang bagaimana konsep tersebut digunakan dalam konteks nyata.

Konsep Dasar Manajemen


Pendahuluan

Manajemen merupakan salah satu pilar penting dalam kehidupan organisasi modern. Hampir seluruh aktivitas manusia yang dilakukan secara kolektif, baik dalam lingkup bisnis, pemerintahan, pendidikan, maupun organisasi sosial, tidak dapat dilepaskan dari praktik manajerial. Manajemen hadir sebagai instrumen untuk mengatur, mengoordinasikan, serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Seiring perkembangan zaman, definisi manajemen mengalami dinamika. Perspektif klasik menekankan aspek efisiensi dan struktur organisasi, perspektif modern memberi ruang lebih besar pada manusia sebagai subjek utama, sedangkan perspektif kontemporer melihat manajemen sebagai proses adaptif yang sarat inovasi. Di sisi lain, keberhasilan manajemen tidak terlepas dari keterpaduan unsur-unsur utama yang dikenal dengan konsep 6M: Man (Manusia), Money (Uang), Methods (Metode), Materials (Bahan), Machines (Mesin), dan Market (Pasar).

Selain itu, pentingnya manajemen semakin nyata ketika kita membandingkan penerapannya dalam organisasi bisnis yang berorientasi pada laba dan organisasi non-bisnis yang berorientasi pada pelayanan publik. Keduanya sama-sama menuntut sistem manajemen yang efektif untuk menjamin keberlangsungan organisasi dan tercapainya tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, memahami konsep dasar manajemen menjadi landasan fundamental bagi mahasiswa, praktisi, maupun siapa pun yang ingin mendalami ilmu manajemen secara komprehensif.

 

Definisi Manajemen

Istilah manajemen sering kita dengar dalam berbagai konteks, mulai dari dunia bisnis, pendidikan, pemerintahan, hingga organisasi sosial. Namun, pemahaman mengenai definisi manajemen tidaklah statis, melainkan terus berkembang mengikuti perubahan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan, serta dinamika kebutuhan organisasi. Secara umum, manajemen dapat dipahami sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu melalui serangkaian aktivitas yang melibatkan orang lain serta pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien.

Definisi tersebut menekankan bahwa manajemen bukan hanya kegiatan administratif semata, melainkan melibatkan aspek perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, hingga pengendalian terhadap sumber daya, khususnya manusia. Seiring berjalannya waktu, definisi manajemen dibahas dari berbagai perspektif, yaitu klasik, modern, dan kontemporer.

1. Definisi Manajemen dalam Perspektif Klasik

Pada era klasik, manajemen dipandang terutama sebagai ilmu dan seni mengatur orang lain agar bekerja secara terstruktur untuk mencapai hasil yang diinginkan. Fokus utamanya adalah efisiensi kerja dan struktur organisasi.

  • Frederick Winslow Taylor (1911) melalui teori Scientific Management menekankan pentingnya metode ilmiah dalam mengatur pekerjaan. Baginya, manajemen adalah seni mengetahui secara tepat apa yang harus dilakukan dan memastikan pekerjaan tersebut dilakukan dengan cara yang paling efisien. Taylor menekankan pembagian kerja yang jelas, standarisasi, serta sistem insentif untuk meningkatkan produktivitas.
  • Henri Fayol (1916), tokoh administrasi klasik, mengembangkan pandangan yang lebih luas. Ia merumuskan manajemen sebagai suatu proses yang terdiri dari lima fungsi utama, yaitu:
    1. Planning (perencanaan),
    2. Organizing (pengorganisasian),
    3. Commanding (pengarahan),
    4. Coordinating (pengkoordinasian), dan
    5. Controlling (pengendalian).

Perspektif klasik ini memberikan fondasi dasar yang kuat dalam ilmu manajemen, meskipun sering dikritik karena terlalu menekankan aspek mekanis dan kurang memperhatikan faktor manusia.

2. Definisi Manajemen dalam Perspektif Modern

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, muncul pendekatan modern yang lebih menekankan pada perilaku manusia, dinamika sosial, dan pentingnya koordinasi antarindividu. Pada masa ini, manajemen dipandang tidak hanya sebagai proses teknis, tetapi juga mencakup pemahaman tentang motivasi, komunikasi, serta hubungan antar manusia dalam organisasi.

  • George R. Terry (1960) mendefinisikan manajemen sebagai “proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai tujuan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.”

Definisi ini lebih humanis karena mengakui peran manusia bukan hanya sebagai "alat produksi", melainkan sebagai subjek penting yang menentukan keberhasilan organisasi. Oleh karena itu, manajemen modern tidak hanya berfokus pada struktur dan efisiensi, tetapi juga pada aspek kepemimpinan, motivasi, serta budaya organisasi.

3. Definisi Manajemen dalam Perspektif Kontemporer

Dalam era kontemporer, manajemen didefinisikan dengan lebih luas dan kompleks, mengingat organisasi beroperasi di tengah lingkungan global yang penuh perubahan, kompetisi, dan ketidakpastian. Fokus utamanya adalah inovasi, adaptasi, dan penciptaan nilai.

  • Peter Drucker (1999), yang dikenal sebagai bapak manajemen modern, menekankan bahwa manajemen adalah “proses membuat orang mampu bekerja sama, memberi arah bagi organisasi, serta menjadikan kelemahan manusia produktif dan kekuatan manusia efektif.”

Dalam perspektif kontemporer, manajemen tidak hanya dipandang sebagai proses internal organisasi, tetapi juga terkait dengan bagaimana organisasi merespons perubahan eksternal, seperti globalisasi, teknologi digital, isu keberlanjutan, serta tuntutan etika dan tanggung jawab sosial. Dengan demikian, manajemen kontemporer bersifat lebih fleksibel, adaptif, dan menekankan kolaborasi serta kreativitas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi manajemen bersifat dinamis. Pada awalnya, manajemen dipahami sebagai seni mengatur pekerjaan secara efisien (perspektif klasik), kemudian berkembang menjadi proses yang menekankan peran manusia dan dinamika sosial (perspektif modern), hingga akhirnya menjadi upaya yang lebih komprehensif dalam mengelola perubahan, inovasi, serta penciptaan nilai di era global (perspektif kontemporer).

Pemahaman akan dinamika definisi manajemen ini sangat penting bagi mahasiswa dan praktisi agar mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Hal ini juga memperlihatkan bahwa manajemen bukan hanya ilmu statis, melainkan bidang yang terus berkembang mengikuti kompleksitas lingkungan organisasi.

 

Unsur-Unsur Manajemen (6M)

Manajemen tidak hanya berfungsi sebagai proses mengatur dan mengendalikan jalannya organisasi, tetapi juga membutuhkan berbagai unsur pendukung agar fungsi-fungsi manajemen dapat dijalankan secara efektif. Unsur-unsur inilah yang menjadi bahan baku utama bagi para manajer untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan jalannya organisasi.

Salah satu kerangka yang banyak digunakan untuk memahami komponen penting dalam manajemen adalah 6M, yaitu Man (Manusia), Money (Uang), Methods (Metode), Materials (Bahan), Machines (Mesin), dan Market (Pasar). Keenam unsur ini saling berkaitan erat dan harus dikelola secara harmonis agar organisasi dapat berjalan dengan efektif, efisien, serta berorientasi pada pencapaian tujuan.

1. Man (Manusia)

Unsur manusia merupakan inti dari seluruh aktivitas manajerial. Manusia berperan sebagai perencana, pelaksana, pengendali, sekaligus penentu arah perkembangan organisasi. Tanpa adanya manusia, unsur lain seperti uang, mesin, atau metode tidak akan dapat digunakan secara optimal.

Peran manusia dalam manajemen bukan hanya sebagai tenaga kerja, tetapi juga sebagai pemikir strategis, pengambil keputusan, serta inovator yang mendorong perubahan. Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat menentukan keberhasilan organisasi.

Contoh:
Perusahaan teknologi seperti Google menempatkan karyawan sebagai aset utama melalui program talent management, budaya kerja yang inklusif, dan pengembangan kreativitas. Hal ini membuktikan bahwa tanpa SDM yang unggul, teknologi secanggih apa pun tidak akan memberikan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

2. Money (Uang)

Uang merupakan unsur vital yang berfungsi sebagai sarana pembiayaan seluruh kegiatan organisasi, mulai dari membayar gaji karyawan, membeli bahan baku, investasi dalam mesin, hingga mendanai riset dan pengembangan. Uang juga menjadi indikator kesehatan keuangan organisasi sekaligus penggerak dalam proses pengambilan keputusan.

Manajemen keuangan yang baik akan menentukan sejauh mana organisasi dapat bertahan dan berkembang. Kekurangan dana dapat menghambat kegiatan operasional, sementara pengelolaan dana yang tidak efektif bisa menimbulkan kerugian.

Contoh:
Sebuah usaha kecil menengah (UKM) bisa gagal bertahan bukan karena produk yang buruk, melainkan karena lemahnya pengelolaan keuangan, misalnya tidak adanya pemisahan antara keuangan pribadi dengan keuangan usaha.

3. Methods (Metode)

Metode adalah prosedur, teknik, atau cara tertentu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan agar lebih efisien dan efektif. Metode berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan organisasi sehingga dapat mengurangi kesalahan, mempercepat proses, serta meningkatkan kualitas hasil.

Pemilihan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan manajemen. Metode yang kurang sesuai bisa menimbulkan pemborosan, rendahnya produktivitas, bahkan konflik dalam organisasi.

Contoh:
Dalam dunia manufaktur, metode Lean Manufacturing digunakan untuk meminimalisasi pemborosan dan meningkatkan efisiensi produksi. Sementara itu, di bidang jasa, metode Six Sigma sering digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan.

4. Materials (Bahan/Material)

Material merupakan bahan baku atau sumber daya fisik yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa. Tanpa material yang memadai, organisasi tidak dapat menjalankan aktivitas produksi. Kualitas, kuantitas, serta ketersediaan material sangat memengaruhi mutu hasil akhir.

Manajemen material mencakup kegiatan pengadaan, penyimpanan, hingga distribusi bahan baku agar tersedia tepat waktu, dengan kualitas yang sesuai, dan biaya yang efisien.

Contoh:
Industri otomotif seperti Toyota sangat memperhatikan manajemen material melalui konsep Just in Time (JIT), di mana bahan baku didatangkan sesuai kebutuhan untuk mengurangi biaya penyimpanan dan risiko kerusakan barang.

5. Machines (Mesin/Peralatan)

Mesin atau peralatan merupakan sarana fisik yang membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan. Peran mesin semakin penting seiring perkembangan teknologi, terutama dalam meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kecepatan proses produksi.

Di era modern, pengertian mesin tidak terbatas pada peralatan fisik, tetapi juga mencakup teknologi informasi, perangkat lunak, serta sistem digital yang mendukung pengelolaan organisasi.

Contoh:
Perusahaan ritel seperti Indomaret dan Alfamart menggunakan mesin kasir modern yang terhubung dengan sistem database pusat untuk memantau stok barang secara real-time. Hal ini meningkatkan akurasi data dan mempercepat pengambilan keputusan.

6. Market (Pasar)

Pasar merupakan unsur yang menjadi tujuan akhir dari seluruh aktivitas manajemen. Produk atau jasa yang dihasilkan tidak akan bernilai tanpa adanya konsumen atau pasar yang bersedia membeli dan menggunakannya. Oleh karena itu, organisasi harus mampu memahami kebutuhan, keinginan, serta tren pasar agar produk atau jasa yang ditawarkan relevan dan kompetitif.

Manajemen pasar juga mencakup strategi pemasaran, penentuan harga, distribusi, hingga komunikasi dengan pelanggan. Pasar yang terus berubah menuntut organisasi untuk selalu berinovasi dan adaptif.

Contoh:
Shopee berhasil meraih pangsa pasar besar di Indonesia dengan memahami kebutuhan konsumen lokal, seperti program gratis ongkir dan metode pembayaran cash on delivery (COD), yang sangat sesuai dengan karakteristik pasar Indonesia.

Keterkaitan Antar Unsur (6M)

Enam unsur manajemen ini bukanlah entitas yang berdiri sendiri, melainkan saling terkait dan saling memengaruhi. Kelemahan pada satu unsur dapat memengaruhi kinerja unsur lainnya. Misalnya:

  • Manusia yang terampil (Man) membutuhkan dukungan mesin modern (Machines) agar lebih produktif.
  • Material yang berkualitas (Materials) memerlukan pembiayaan yang memadai (Money) untuk pengadaannya.
  • Pasar yang potensial (Market) hanya bisa digarap jika organisasi memiliki metode yang tepat (Methods) untuk melayani konsumen.

Dengan demikian, keberhasilan manajemen sangat bergantung pada kemampuan untuk menyeimbangkan dan mengintegrasikan keenam unsur tersebut secara harmonis.

Unsur-unsur manajemen yang dikenal sebagai 6M (Man, Money, Methods, Materials, Machines, Market) merupakan fondasi penting dalam pengelolaan organisasi. Manusia menjadi penggerak utama, uang berfungsi sebagai sumber daya vital, metode memastikan efisiensi kerja, material menyediakan bahan baku, mesin mendukung produktivitas, dan pasar menjadi tujuan akhir yang menentukan keberhasilan organisasi.

Keenam unsur ini saling melengkapi dan harus dikelola secara seimbang. Apabila salah satu unsur diabaikan, maka efektivitas manajemen akan terganggu. Oleh karena itu, pemahaman dan pengelolaan 6M menjadi kompetensi dasar yang wajib dimiliki oleh setiap calon manajer maupun pemimpin organisasi.

 

Pentingnya Manajemen dalam Organisasi Bisnis dan Non-Bisnis

Manajemen merupakan fondasi utama bagi keberlangsungan organisasi, baik yang berorientasi pada keuntungan (profit-oriented) maupun yang berorientasi pada pelayanan masyarakat (non-profit-oriented). Tanpa manajemen yang baik, organisasi akan sulit mencapai tujuan, mengalami pemborosan sumber daya, bahkan berpotensi kehilangan arah. Oleh karena itu, pentingnya manajemen dapat dipahami dari perannya dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, serta mengendalikan seluruh aktivitas organisasi agar selaras dengan visi dan misi yang telah ditetapkan.

1. Pentingnya Manajemen dalam Organisasi Bisnis

Organisasi bisnis beroperasi di tengah persaingan yang semakin ketat, perubahan teknologi yang cepat, serta tuntutan konsumen yang dinamis. Dalam konteks ini, manajemen berfungsi sebagai sarana untuk menjaga daya saing dan keberlanjutan usaha.

a. Menyusun Perencanaan Strategis

Manajemen membantu perusahaan merumuskan visi, misi, serta strategi jangka panjang agar mampu menghadapi persaingan pasar. Perencanaan strategis memungkinkan perusahaan untuk memetakan peluang, mengantisipasi ancaman, serta menetapkan prioritas tindakan yang tepat.

b. Mengoptimalkan Penggunaan Sumber Daya

Dengan manajemen yang baik, perusahaan dapat mengalokasikan sumber daya—baik manusia, modal, maupun teknologi—secara efisien. Hal ini berdampak pada peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya.

c. Dasar dalam Pengambilan Keputusan

Manajemen menyediakan kerangka berpikir yang sistematis bagi pengambilan keputusan penting, seperti ekspansi pasar, diversifikasi produk, atau inovasi layanan. Keputusan yang terukur dan berbasis data akan meningkatkan peluang keberhasilan bisnis.

d. Contoh Implementasi

Perusahaan ritel modern seperti Indomaret dan Alfamart merupakan contoh nyata organisasi yang sangat bergantung pada manajemen. Mereka menerapkan sistem manajemen stok yang ketat, pengelolaan karyawan yang profesional, serta distribusi barang yang efisien. Tanpa manajemen yang terstruktur, ribuan gerai yang tersebar di berbagai daerah tidak akan mampu beroperasi secara konsisten dan terkendali.

2. Pentingnya Manajemen dalam Organisasi Non-Bisnis

Berbeda dengan organisasi bisnis yang berorientasi pada keuntungan, organisasi non-bisnis lebih menekankan pada pelayanan publik, kesejahteraan masyarakat, dan pencapaian misi sosial. Meski demikian, kebutuhan akan manajemen tetap sama pentingnya, bahkan sering kali lebih kompleks karena menyangkut dana publik atau donasi.

a. Mencapai Tujuan Pelayanan Masyarakat

Lembaga pendidikan, lembaga sosial, maupun instansi pemerintahan membutuhkan manajemen untuk memastikan bahwa program dan kegiatan yang dijalankan sesuai dengan tujuan awalnya, yakni memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

b. Menjamin Efektivitas Pelaksanaan Program

Manajemen memastikan bahwa setiap kegiatan berjalan sesuai rencana, tepat sasaran, serta memberikan dampak yang terukur. Efektivitas program menjadi kunci penting karena biasanya organisasi non-bisnis bekerja dengan keterbatasan dana dan sumber daya.

c. Membangun Kepercayaan Publik

Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana serta pelaksanaan program hanya dapat diwujudkan melalui sistem manajemen yang baik. Kepercayaan publik menjadi modal utama keberlangsungan organisasi non-bisnis.

d. Contoh Implementasi

Organisasi kemanusiaan seperti Palang Merah Indonesia (PMI) menunjukkan pentingnya manajemen dalam mengoordinasikan ribuan relawan, mengelola bantuan dana, serta menyalurkan logistik secara cepat dan tepat kepada korban bencana. Tanpa prinsip manajemen, koordinasi skala besar ini akan kacau dan tidak efektif.

Baik organisasi bisnis maupun non-bisnis sama-sama membutuhkan manajemen sebagai instrumen vital untuk mencapai tujuan, mempertahankan keberlanjutan, dan memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan.

·         Dalam organisasi bisnis, manajemen berperan dalam menjaga daya saing, meningkatkan efisiensi, serta mendukung pengambilan keputusan strategis.

·         Dalam organisasi non-bisnis, manajemen membantu memastikan efektivitas program, membangun kepercayaan publik, dan memperkuat akuntabilitas.

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa manajemen adalah jantung dari organisasi. Tanpa manajemen yang efektif, baik organisasi bisnis maupun non-bisnis berisiko kehilangan arah, gagal mencapai tujuan, serta tidak mampu memberikan kontribusi optimal bagi masyarakat.

 

Contoh Penerapan Manajemen dalam Koperasi Mahasiswa dan Organisasi UKM Kampus

Manajemen tidak hanya berlaku dalam skala besar seperti perusahaan multinasional atau lembaga pemerintahan, tetapi juga sangat relevan diterapkan pada organisasi kecil, termasuk koperasi mahasiswa maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampus. Penerapan prinsip manajemen membantu organisasi mahasiswa mengatur sumber daya yang terbatas, menyusun program kerja, hingga mencapai tujuan bersama secara lebih efektif.

1. Koperasi Mahasiswa

Koperasi mahasiswa biasanya bergerak dalam bidang usaha seperti toko kebutuhan harian, fotokopi, percetakan, hingga kantin. Agar dapat berjalan dengan baik, koperasi mahasiswa membutuhkan penerapan fungsi-fungsi manajemen:

·         Perencanaan (Planning): Menyusun rencana usaha, seperti menentukan produk apa yang dijual, harga yang kompetitif, dan strategi pelayanan untuk menarik mahasiswa sebagai konsumen.

·         Pengorganisasian (Organizing): Membagi tugas pengurus koperasi, misalnya ada yang bertanggung jawab pada keuangan, persediaan barang, dan pelayanan anggota.

·         Pengarahan (Leading): Ketua koperasi memberikan arahan dan motivasi agar semua pengurus bekerja sama, menjaga integritas, serta mengutamakan kepentingan anggota.

·         Pengendalian (Controlling): Melakukan audit internal sederhana, misalnya memeriksa laporan keuangan dan stok barang agar tidak terjadi kebocoran atau kerugian.

Contoh konkret: koperasi mahasiswa di sebuah universitas menerapkan sistem pencatatan digital untuk transaksi, sehingga keuangan lebih transparan dan mudah dipertanggungjawabkan kepada anggota.

2. Organisasi UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)

UKM di kampus biasanya bergerak di bidang minat dan bakat, seperti seni, olahraga, penelitian, kewirausahaan, atau kegiatan sosial. Walaupun tidak berorientasi pada keuntungan, UKM tetap membutuhkan manajemen agar dapat menjalankan kegiatan secara teratur.

·         Perencanaan (Planning): UKM olahraga merencanakan jadwal latihan rutin, program turnamen, serta target prestasi tahunan.

·         Pengorganisasian (Organizing): Pembagian struktur kepengurusan, misalnya ada ketua, sekretaris, bendahara, dan divisi-divisi (divisi pelatihan, divisi acara, divisi publikasi).

·         Pengarahan (Leading): Pemimpin UKM memberikan motivasi kepada anggota untuk aktif berpartisipasi, menjaga semangat kekeluargaan, dan menjunjung tinggi nilai sportivitas.

·         Pengendalian (Controlling): Mengevaluasi kegiatan setiap akhir periode, apakah program yang direncanakan berjalan sesuai target, serta menyusun laporan pertanggungjawaban kepada pihak kampus.

Contoh konkret: UKM musik mengadakan konser tahunan. Agar sukses, manajemen digunakan dalam mengatur anggaran acara, menyusun jadwal latihan, membagi peran panitia, serta memastikan publikasi berjalan efektif untuk menarik penonton.

Dari kedua contoh di atas, terlihat bahwa prinsip-prinsip manajemen tetap relevan meskipun diterapkan pada organisasi kecil seperti koperasi mahasiswa dan UKM kampus. Dengan manajemen yang baik, organisasi mahasiswa dapat berjalan lebih teratur, transparan, dan berkelanjutan, sehingga mampu memberikan manfaat maksimal bagi anggotanya maupun komunitas kampus secara keseluruhan.


Kesimpulan

Konsep dasar manajemen mencerminkan dinamika ilmu yang senantiasa berkembang mengikuti tuntutan zaman. Dari perspektif klasik hingga kontemporer, manajemen selalu berfungsi sebagai proses untuk mencapai tujuan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya. Unsur-unsur 6M menjadi komponen vital yang harus dikelola secara harmonis, sementara penerapan manajemen dalam organisasi bisnis maupun non-bisnis menunjukkan perannya yang universal.

Dalam organisasi bisnis, manajemen membantu perusahaan menjaga daya saing, mengoptimalkan sumber daya, serta mendukung pengambilan keputusan strategis. Sedangkan dalam organisasi non-bisnis, manajemen menjamin efektivitas program, membangun kepercayaan publik, serta memperkuat akuntabilitas.

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa manajemen adalah jantung dari organisasi. Tanpa manajemen yang baik, tujuan organisasi tidak akan tercapai, sumber daya akan terbuang sia-sia, dan keberlanjutan organisasi akan terancam. Pemahaman mendalam mengenai konsep dasar manajemen tidak hanya penting bagi mahasiswa, tetapi juga menjadi bekal berharga bagi para pemimpin, pengusaha, dan pengelola organisasi dalam menghadapi tantangan masa depan.

 

Daftar Pustaka

1.      Drucker, P. (1999). Management Challenges for the 21st Century. New York: HarperBusiness.

2.      Fayol, H. (1916). Administration Industrielle et Générale. Paris: Dunod.

3.      Griffin, R. W. (2017). Fundamentals of Management. Boston: Cengage Learning.

4.      Hasibuan, M. S. P. (2016). Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara.

5.      Siagian, S. P. (2014). Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara.

6.      Taylor, F. W. (1911). The Principles of Scientific Management. New York: Harper & Brothers.

7.      Terry, G. R. (1960). Principles of Management. Homewood: Richard D. Irwin.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Konsep Dasar Manajemen"

Posting Komentar