"Harapan di Ujung Senja: Nyanyian Jiwa yang Pernah Jatuh"
Jika langkahmu tersandung dalam perjalanan, jangan biarkan kejatuhan menjadi akhir dari segalanya. Sebab dalam setiap jatuh, ada pelukan bumi yang tak menghakimi. Ia menerima, tak pernah mencela, sebab ia tahu bahwa manusia adalah peziarah abadi dalam lorong-lorong kehidupan, dan setiap luka adalah doa yang mengalir dalam diam.
Lihatlah
langit saat fajar masih malu-malu mengusir malam; adakah pagi yang tak diawali
dari gelap? Demikian pula hatimu yang kadang hancur, kadang retak, kadang
nyaris tak bersisa akan pulih seperti langit yang tak pernah gagal menyambut
mentari, walau semalam hujan mengguyur tanpa belas kasihan.
Sebab
di setiap kesalahan, tersembunyi pelajaran yang tak ternilai: bukan sekadar
nasihat, tapi panggilan lembut dari semesta yang sedang membentukmu dalam
proses yang tak kasat mata. Kesalahan bukanlah noda, bukan cacat, melainkan
ukiran halus dalam lukisan perjalananmu. Dan bukankah lukisan yang paling indah
adalah yang penuh warna? Termasuk warna luka, warna air mata, warna kecewa yang
kelak berubah menjadi cahaya?
Jika
kegagalan mengetuk pintumu, jangan engkau menutup pintu itu rapat-rapat seakan
ia musuh. Sambutlah ia dengan tatapan teduh, seperti engkau menyambut senja
yang datang membawa sejuk setelah panas yang menyesakkan. Sebab kegagalan bukan
akhir. Ia hanyalah jalan memutar menuju takdir yang telah disulam oleh waktu
dan harapan. Ia bukan batu penghalang, tapi jembatan yang menguji keberanianmu
untuk terus melangkah meski hati remuk dan jiwa lelah.
Setiap
tetes keringat yang engkau curahkan, setiap malam yang engkau habiskan dalam
doa yang tak bersuara, adalah benih-benih keajaiban yang tengah tumbuh perlahan
dalam tanah sabar. Dan semesta, dengan caranya yang tak terduga, akan menjawab
semuanya. Bukan selalu hari ini, bukan selalu esok, tapi tepat ketika kau
benar-benar siap, ketika jiwamu telah cukup dewasa untuk menerima cahaya
kemenangan.
Namun,
jika engkau memilih untuk menyerah, maka semua harapan yang pernah kau anyam
dengan benang luka dan ketabahan, akan luruh menjadi debu. Bunga yang hampir
mekar akan gugur sebelum sempat berdansa bersama angin. Dan betapa pilu melihat
cahaya yang padam sebelum sempat menerangi jalan yang gelap. Sebab menyerah
adalah membunuh kemungkinan, membungkam harapan, dan menolak kesempatan untuk
diselamatkan.
Adakah
yang lebih menyedihkan dari harapan yang mati sebelum sempat hidup? Adakah yang
lebih sunyi daripada jiwa yang berhenti bermimpi?
Maka,
saat badai datang, dan angin memporak-porandakan semua yang telah kau bangun,
ingatlah: bahkan laut pun tak selamanya bergelora. Dan malam tak peduli sekelam
apa pun pasti akan menyerah pada cahaya pagi.
Jika
salah, perbaiki. Jika gagal, coba lagi. Jika hatimu patah, jangan buang
serpihannya, karena di dalamnya masih ada cahaya kecil yang bisa menyala
kembali. Sebab selama kau masih berani melangkah, meski dengan langkah
tertatih, kau masih memiliki harapan. Dan harapan adalah cahaya kecil yang
cukup kuat untuk menuntunmu keluar dari lembah tergelap sekalipun.
Berjalanlah,
meski perlahan. Menangislah, jika memang harus. Tapi jangan pernah berhenti.
Karena hidup ini bukan tentang siapa yang tak pernah jatuh, melainkan siapa
yang tak pernah menyerah untuk bangkit.
Copyrigh Nono Sugiono
0 Response to ""Harapan di Ujung Senja: Nyanyian Jiwa yang Pernah Jatuh""
Posting Komentar