Indikator Etika Bisnis
Pendahuluan
Kehidupan bisnis modern menurut banyak pengamat
cenderung mementing-kan keberhasilan material. Menempatkan material pada urutan
prioritas utama, dapat mendorong para pelaku bisnis dan masyarakat umum melirik
dan menggunakan paradigma dangkal tentang makna dunia bisnis itu sendiri.
Sesungguhnya dunia bisnis tidak sesadis yang dibayangkan orang dan material
bukanlah harga mati yang harus diupayakan dengan cara apa dan bagaimanapun.
Dengan paradigma sempit dapat berkonotasi bahwa bisnis hanya dipandang sebagai
sarana meraih pendapatan dan keuntungan uang semata, dengan mengabaikan
kepentingan yang lainnya. Organisasi bisnis dan perusahaan dipandang hanya
sekedar mesin dan sarana untuk memaksi-malkan keuntungannya dan dengan demikian
bisnis semata berperan sebagai jalan untuk menumpuk kekayaan dan bisnis telah
menjadi jati diri tidak lebih dari mesin pengganda modal atau kapitalis.
Untuk itu diperlukan pemahaman yang ideal tentang
bisnis dalam nuansa paradigma baru dan kata ideal itu tentunya mengacu kepada
nilai-nilai filosofis dari bisnis itu sendiri. Paradigma baru dalam bisnis
penuh dengan nilai-nilai positif, didukung oleh nilai-nilai moralitas yang
tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan kini dan akan datang. Pertanggungjawaban
itu tidak saja bagi sesama manusia selama hidup di dunia, tetapi juga kepada
Yang Menciptakan Manusia Allah Azza Wajalla.
Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang
baru, bahkan secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima.
Karena pertama, secara moral keuntungan memungkinkan organisasi/ perusahaan
untuk bertahan (survive) dalam
kegiatan bisnisnya. Kedua, tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal
(investor) yang bersedia menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan
terjadi aktivitas yang produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Ketiga,
keuntungan tidak hanya memungkinkan perusahaan survive melainkan dapat
menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang lebih baik. Keuntungan dapat
dipergunakan sebagai pengembangan (ekspansi) perusahaan sehingga hal ini akan
membuka lapangan kerja baru (Eldine, 2008).
Nilai-nilai etika yang positif hams menjadi referensi
bagi pelaku usaha dan partisipannya dalam penyelenggaraan bisnisnya. Pelaku
bisnis seyogianya menempatkan etika pada kedudukan yang pantas dalam kegiatan
bisnis yang digelutinya. Sementara itu tugas pelaku bisnis adalah berorientasi
pada norma-norma dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari sehingga pekerjaannya
tetap berada dalam sebutan etis dan tidak merugikan siapapun secara moral.
Penerapan dan penyampaian nilai moral dalam etika
bisnis adalah suatu kewaj iban. Dalam arti bahwa pebisnis mengemban misi untuk
menyampaikan informasi moral, baik secara formal maupun informal dalam
lingkungan perusahaannya. Disadari atau tidak, prosesi penyampaian informasi
moral ini sebenarnya telah berlangsung lama di luar kemauan dan hajat suatu
organisasi/perusahaan. Prosesi penyampaian informasi tersebut berasal dari
berbagai sumber dan sebagian perusahaan dan pelaku bisnis telah memperlakukan
atau menyeleggarakannya dengan baik.
Sumber inier'nasi moral adalah orang tua, kerabat,
lingkungan setempat, tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat, baik dengan lisan
maupun tertulis, yang berintikan ajaran moral. Bentuk-bentuk informasi moral
tersebut dapat berupa nasehat (advis), lagu-lagu, permainan, tarian, pantun,
pepatah, dongeng (mitos) dan sebagainya.
Ditilik dari dimensi waktu, prosesi penyampaian dan
sosialisasi informasi nilai moral itu ternyata telah berlangsung lama dan terus
menerus. Walaupun demikian tidak semua nilai moral yang ada diterima dan
dipraktikkan oleh pengelola organisasi/perusahaan. Keterbatasan manusia sebagai
pelaku bisnis memiliki nurani dan moral, maka nilai kebajikan dan kebenaran itu
akan diterima dengan tulus, tentu setelah melalui suatu proses yang panjang dan
berbagai upaya melalui berpikir.
Moral agama sangat penting kedudukan dan peranannya
dalam pembentukan perilaku seseorang. Ada pengaruh signifikan antara pengajaran
moral agama semasa kecil dengan perilaku seseorang tatkala dia dewasa, sehingga
berpengaruh pula terhadap tindakan atau kebijakan bisnis yang dikelolanya.
Membentuk atau menanam moral bukanlah persoalan mudah. Prosesi itu memerlukan
pengorbanan waktu, metode yang tepat dan dilakukan dengan penuh kearifan dan
kesabaran. Untuk keefektifan prosesi pembentukan moral atau akhlak diperlukan
pemahaman watak dan karakter manusianya. Hal ini merupakan persoalan berat dan
membutuhkan perjuang-an panjang. Nabi saja di utus Allah untuk kepentingan
perbaikan akhlak manusia. Tuhan Pencipta manusia mengutus Nabi Muhammad SAW
untuk memperbaiki etika (bahasa Arab: identik dengan akhlak) manusia (Innama Buistu Liutammima makarimal Akhlaq).
Implementasi etika dalam penyelenggaraan bisnis
mengikat setiap personal menurut bidang tugas yang diembannya. Dengan kata lain
mengikat manajer, pimpinan unit kerja dan kelembagaan perusahaan. Semua anggota
organisasi/ perusahaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi harus menjabarkan
dan melaksanakan etika bisnis secara konsekuen dan penuh tanggung jawab. Dalam
pandangan sempit suatu perusahaan dianggap sudah melaksanakan etika bisnis
bilamana perusahaan yang bersangkutan telah melaksanakan tanggung jawab
sosialnya. Tanggung jawab sosial itu timbul sebagai akibat adanya eksternalitas
yang negatif dan perusahaan harus membayar biaya sosialnya (social cost).
Dari berbagai pandangan tentang etika bisnis, beberapa
indikator yang dapat dipakai untuk menyatakan apakah seseorang dan suatu
perusahaan telah melaksanakan etika bisnis dalam kegiatan usahanya antara lain
adalah: Indikator ekonomi; indikator peraturan khusus yang berlaku; indikator
hukum; indikator ajaran agama; indikator budaya dan indikator etik dari
masing-masing pelaku bisnis.
Indikator Etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila
perusahaan atau pebisnis telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan
sumber daya alam secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain. Indikator
etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator ini
seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila
masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati
sebelumnya.
- Indikator etika bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hokum seseorang atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
- Indikator etika berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.
- Indikator etika berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
- Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.
Kepustakaan :
- Keraf, A. Sonny. 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanius
- Borrong, Robert P.. 1999. Etika Bumi Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- Unti Ludigdo, 2007, Paradoks Etika Akuntan, Cet Pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
- Ernawan, Eni. 2007. Business Ethics. Bandung: Penerbit Alfabeta.
- Sukrisno Agoes & I Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya, Salemba Empat, 2009.
- Daft .Richard L 2010, Era Baru Manajemen Stiven Robin, Salemba empat.Jakarta,
- Brooks, Leonard J. & Paul Dunn. 2011.Etika Bisnis dan Profesi: Untuk Direktur, Eksekutif, dan Akuntan. Edisi Kelima. Buku Satu. Terjemahan oleh Kanti Pertiwi Jakarta: Salemba Empat.
- Ronald Duska, Brenda Shay Duska, Julie Anne Ragatz, 2011, Accounting Ethic, Willey Blackwel.
- Djakfar, Muhammad. 2012. Etika Bisnis: Menangkap Spirit Ajaran Langit Dan Pesan Moral Ajaran Bumi. .Jakarta: Penebar Plus imprit dari Penebar Swadaya
- Untung, Budi. 2012. “Hukum dan Etika Bisnis”. Yogyakarta : Andi
0 Response to "Indikator Etika Bisnis"
Posting Komentar