Sarana belajar yang memadukan teori akademis dengan pendekatan praktis dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman konseptual dan penerapannya di dunia nyata. Serta memberikan kerangka berpikir yang kuat melalui teori-teori dasar, sementara praktiknya memberikan wawasan tentang bagaimana konsep tersebut digunakan dalam konteks nyata.

Persepsi Dan Komunikasi Dalam Organisasi

 


Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, persepsi dan komunikasi merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Keduanya saling melengkapi dalam menciptakan pemahaman yang lebih baik, khususnya dalam konteks perilaku organisasi. Persepsi membantu individu untuk memahami lingkungan dan informasi yang diterima, sementara komunikasi menjadi sarana utama untuk menyampaikan informasi tersebut kepada orang lain. Kedua aspek ini memainkan peran penting dalam membangun hubungan yang harmonis dan produktif dalam organisasi.

Persepsi, sebagai proses kognitif, melibatkan kemampuan seseorang untuk menafsirkan dan memahami informasi yang diterima dari lingkungan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor internal seperti motivasi, kepribadian, dan proses belajar, serta faktor eksternal seperti lingkungan dan stimulus yang ada. Di sisi lain, komunikasi adalah proses penyampaian informasi yang melibatkan simbol, perasaan, dan sikap dari pengirim informasi. Dalam organisasi, komunikasi yang efektif adalah kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan bersama.

Namun, dalam praktiknya, komunikasi sering kali menghadapi berbagai hambatan. Hambatan-hambatan ini sebagian besar disebabkan oleh perbedaan persepsi antara pihak-pihak yang terlibat. Perbedaan latar belakang, pengalaman, dan cara pandang dapat menyebabkan informasi yang disampaikan tidak diterima sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, penting untuk memahami hubungan antara persepsi dan komunikasi agar dapat menciptakan lingkungan organisasi yang lebih kondusif.

Dalam pembahasan ini, topik persepsi dan komunikasi akan dijelaskan secara mendalam dengan fokus pada hubungan keduanya dalam konteks perilaku organisasi. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang persepsi dan komunikasi, diharapkan organisasi dapat mengelola interaksi antarindividu secara lebih efektif dan produktif.

Persepsi dan Pemilihan Persepsi

Persepsi adalah proses kognitif yang memungkinkan individu untuk memahami informasi dari lingkungan melalui berbagai pancaindera, seperti penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penciuman. Sebagaimana dijelaskan oleh Krech, persepsi bukanlah pencatatan fakta yang obyektif, melainkan interpretasi subjektif terhadap situasi. Hal ini menciptakan gambaran unik tentang kenyataan yang mungkin berbeda dari kenyataan itu sendiri.

Proses persepsi melibatkan beberapa tahap penting, yaitu pemilihan, penerimaan, pengorganisasian, dan interpretasi informasi. Namun, tidak semua stimulus dari lingkungan akan diperhatikan. Pemilihan persepsi terjadi ketika individu memilih informasi tertentu untuk diperhatikan, sementara informasi lainnya diabaikan. Faktor eksternal seperti ukuran, intensitas, dan kontras stimulus memengaruhi proses ini, sedangkan faktor internal seperti motivasi, kepribadian, dan pengalaman belajar juga turut berperan.

Sebagai contoh, seorang manajer yang memiliki pengalaman buruk dengan laporan keuangan sebelumnya mungkin akan lebih memperhatikan angka-angka tertentu dalam laporan baru. Faktor internal, yaitu pengalaman masa lalu, memengaruhi bagaimana informasi tersebut dipersepsikan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memahami proses pemilihan persepsi untuk menghindari bias yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan.

Organisasi Persepsi

Setelah proses pemilihan, informasi yang diterima akan diorganisasikan menjadi suatu pengertian yang dapat dipahami. Organisasi persepsi melibatkan pengelompokan informasi berdasarkan kesamaan, kedekatan dalam ruang, atau kedekatan dalam waktu. Sebagai contoh, dalam sebuah rapat tim, anggota yang memiliki pendapat serupa sering kali dikelompokkan sebagai pihak yang sejalan, meskipun mungkin ada perbedaan dalam detail pemikiran mereka.

Pengorganisasian persepsi ini juga dipengaruhi oleh situasi yang sudah diketahui sebelumnya. Informasi dari situasi yang familiar akan lebih mudah diintegrasikan ke dalam kerangka berpikir individu. Sebagai contoh, seorang karyawan yang sudah terbiasa dengan budaya kerja tim mungkin akan lebih cepat memahami dinamika kerja dalam tim baru dibandingkan dengan karyawan yang sebelumnya bekerja secara individu.

Pemahaman tentang organisasi persepsi penting untuk mengelola interaksi dalam organisasi. Dengan memahami bagaimana individu mengorganisasikan informasi, pemimpin dapat mengidentifikasi potensi kesalahpahaman dan mengambil langkah untuk memperbaikinya.

Persepsi Sosial

Persepsi sosial mengacu pada bagaimana individu melihat dan memahami orang lain dalam konteks sosial. Proses ini melibatkan penilaian terhadap karakteristik dan perilaku individu lain berdasarkan faktor-faktor seperti kebutuhan, pengalaman, norma, dan sikap. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin mempersepsikan seorang karyawan sebagai pekerja keras berdasarkan sikap rajin yang ditunjukkan, meskipun mungkin ada faktor lain yang memengaruhi perilaku tersebut.

Selain itu, persepsi sosial juga dipengaruhi oleh karakteristik orang yang dipersepsikan, seperti perilaku dan penampilan, serta konteks situasi di mana interaksi terjadi. Sebagai contoh, dalam situasi formal seperti presentasi di depan klien, penampilan profesional seorang karyawan akan lebih diperhatikan daripada perilaku santainya di luar kantor.

Kesalahan Persepsi

Dalam proses persepsi, kesalahan sering kali tidak dapat dihindari. Beberapa kesalahan persepsi yang umum terjadi antara lain stereotyping, halo effect, dan projection. Stereotyping terjadi ketika individu menilai orang lain berdasarkan sifat-sifat kelompok tertentu, seperti gender atau usia. Misalnya, menganggap semua karyawan muda kurang berpengalaman adalah bentuk stereotyping yang dapat merugikan organisasi.

Halo effect adalah kecenderungan menilai seseorang hanya berdasarkan satu sifat yang menonjol. Sebagai contoh, seorang pewawancara yang terkesan dengan kemampuan berbicara seorang kandidat mungkin mengabaikan kekurangan lainnya. Projection terjadi ketika seseorang menilai orang lain berdasarkan perasaan atau sifatnya sendiri. Sebagai contoh, seorang manajer yang merasa tidak nyaman dengan kritik mungkin akan mempersepsikan bawahannya sebagai terlalu kritis, meskipun sebenarnya tidak demikian.

Kesimpulan

Persepsi dan komunikasi adalah dua aspek yang saling terkait dan memainkan peran penting dalam perilaku organisasi. Persepsi membantu individu untuk memahami informasi, sementara komunikasi menjadi sarana untuk menyampaikan informasi tersebut. Namun, perbedaan persepsi dapat menyebabkan hambatan dalam komunikasi yang berpotensi mengganggu kerjasama dalam organisasi. Dengan memahami proses persepsi dan faktor-faktor yang memengaruhinya, organisasi dapat meningkatkan efektivitas komunikasi dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis.

Daftar Pustaka

  1. Krech, D. (1974). Individual and Society: A Psychological Analysis.
  2. Duncan, W. J. (1989). Organizational Behavior. Boston: Houghton Mifflin.
  3. Luthans, F. (2011). Organizational Behavior: An Evidence-Based Approach. New York: McGraw-Hill.
  4. Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2019). Organizational Behavior. Pearson Education.
  5. Hicks, H. G., & Gullett, C. R. (1975). Organizations: Theory and Behavior. New York: McGraw-Hill.
  6. Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donnelly, J. H. (2012). Organizations: Behavior, Structure, Processes. McGraw-Hill.
  7. Schermerhorn, J. R. (2020). Management. Wiley.
  8.  Argyle, M. (1972). The Psychology of Interpersonal Behaviour. London: Penguin Books.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Persepsi Dan Komunikasi Dalam Organisasi"

Posting Komentar