Pengertian Etika Bisnis
Pendahuluan
Bisnis adalah kegiatan manusia dalam mengorganisasikan
sumberdaya untuk menghasilkan dan mcndistribusikan barang dan jasa guna
memenuhi kebu-tuhan dan keinginan masyarakat. Bisnis adalah membuktikan apa
yang dijanjikan (promise) dengan yang diberikan (deliver). Bisnis adalah
kegiatan diantara manusia untuk mendatangkan keuntungan. Dalam bisnis terdapat
persaingan dengan aturan yang berbeda dengan norma-norma yang berada dalam
masyarakat. Pengertian bisnis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
- Kegiatan dengan mengarahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai sesuatu maksud.
- Kegiatan di bidang perdagangan/perbisnisan.
Bisnis dapat pula diartikan berdasarkan konteks
organisasi atau perusahaan, yaitu: usaha yang dilakukan organisasi atau
perusahaan dengan menyediakan produk barang atau jasa dengan tujuan memperoieh
nilai lebih (value added). Karena organisasi (perusahaan) yang menyediakan
produk barang atau jasa tentu dengan tujuan memperoleh laba, tentu saja prospek
mendapatkan laba, selalu memperhitungkan perbedaan penerimaan bisnis dengan
biaya yang dikeluarkan. Maka laba di sini merupakan pemicu (driver) bagi
pebisnis untuk memulai dan mengembangkan bisnis. Bagai-manapun juga pebisnis
mendapatkan laba dari risiko yang diambil ketika mengivestasikan sumber daya
(modal, keahlian/skill, dan waktu) mereka.
Dalam sistem kapitalis bisnis dijalankan untuk
mendapatkan laba bagi pemilik yang juga bebas untuk menjalankannya. Namun
konsumen juga memiliki kebebasan untuk memilih. Dalam memilih cara mengejar
laba, bisnis harus memperhitungkan apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen.
Terlepas dari seberapa efisien bisnis itu dijalankan.
Secara etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani yang dalam bentuk tunggal yaitu ethos dan dalam bentuk jamaknya yaitu ta etha. "Ethos" yang berarti sikap, cara berpikir, watak kesusilaan atau adat. Kata ini identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin "mos" yang dalam bentuk jamaknya Mores yang berarti juga adat atau cara hidup. Kata mores ini mempunyai sinonim; mos, moris, manner mores atau manners, morals. Dalam bahasa Indonesia kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.
Etika dan Moral memiliki arti yang sama, namun dalam pemakaian sehari-harinya ada sedikit perbedaan. Moral biasanya dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai/dikaji (dengan kata lain perbuatan itu dilihat dari dalam diri orang itu sendiri), artinya moral disini merupakan subjek, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada dalam kelompok atau masyarakat tertentu (merupakan aktivitas atau hasil pengkajian).
Menurut Larkin (2000) "Ethics
is concerned with moral obligation, responsibility, and social justice"
Hal ini berarti bahwa etika sangat memperhatikan hal-hal yang berhubungan
dengan kewajiban moral, tanggung jawab, dan keadilan sosial. Etika yang dimiliki individu ini secara lebih luas
mencerminkan karakter organisasi/perusahaan, yang merupakan kumpulan
individu-individu. Etika menjelaskan standar dan norma perilaku baik dan buruk
yang kemudian diimplementasikan oleh masing-masing karyawan dalam organisasi
(Fatt, 1995) dan (Louwers, 1997). Perusahaan pada dasarnya merupakan sekumpulan
individu, sehingga etika yang dianut oleh individu tersebut pada akhirnya akan
tercermin dalam standar dan norma perilaku yang kemudian diimplementasikan oleh
masing-masing karyawan dalam pekerjaan sehari-hari.
Etika menurut Gray (1994) merupakan nilai-nilai tingkah
laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima oleh suatu golongan tertentu
atau individu. Penulis lainnya Magnis Suseno (1989) dan Sony Keraf (1991)
menyatakan bahwa untuk memahami etika perlu dibedakan dengan moralitas.
Moralitas adalah suatu sistem
nilai tertang bagaimana seseorang harus berperilaku sebagai manusia. Sistem
nilai ini terkandung dalam ajaran-ajaran, moralitas memberi manusia aturan atau
petunjuk konkret tentang bagaimana harus
hidup, bagaimana harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik dan
bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik. Sedangkan etika
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam
hidupnya.
Pengertian Etika Bisnis
Istilah etika bisnis (Business
Ethics), jauh lebih muda dari etika itu sendiri. Etika bisnis sudah mulai
muncul sejak tahun 1960an. Pada saat itu ditandai dengan perubahan-perubahan
sudut pandang dalam perilaku komunitas di Amerika Serikat dan juga menghadapi
dunia bisnis. Setelah perang dunia kedua berakhir, perang dingin dengan Uni
Sovyet masih tetap berlanjut, Amerika saat itu melibatkan diri dalam perang
Vietnam, yang mendorong para oposisi untuk mengeluarkan isu-isu kebijakan
publik dan pergerakan-pergerakan hak-hak rakyat sipil mencuat di tengah-tengah
masyarakat.
Ekonomi Amerika kala itu bertumbuh cepat dan
niendorninasi pertumbuhan ekonomi dunia, Amerika merajai bisnis dunia,
perusahaan-perusahaannya beroperasi di banyak negara. Pelaku-pelaku bisnis yang
memiliki harta yang cukup banyak memasuki panggung politik dan berhasil, dan
sebagian pengusaha lainnya menjadi penguasa pemerintahan kala itu.
Bisnis-bisnis besar telah menggeser posisi bisnis-bisnis kecil dan menengah. Di
sektor industri tercatat perkembangan yang cukup tajam dengan meng- hasilkan
banyak inovasi baru yang spektakuler. Tidak semua inovasi dan teknologi yang
ditemukan itu berdampak positif bagi kehidupan manusia dan malah sebagian
menjadi penyebab kerusakan lingkungan yang parah. Sustainability nyaris
terabaikan dalam pemikiran pebisnis saat itu, hingga mereka menuai
protes-protes dari berbagai lapisan masyarakat, terutama pencinta lingkungan baik
dari dalam negeri maupun luar negeri. Kritikan-kritikan dari politisi pun
bermunculan, demikian juga gerakan-gerakan swadaya masyarakat yang mengusung
kepentingan publik. Desakan-desakan
tersebut akhirnya mendorong perusahaan-perusahaan untuk merumuskan berbagai
program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility).
Tidak jelas apakah program tersebut lahir dari nurani atau karena suatu
keterpaksaan. Mulai saat itu etika bisnis mulai diteliti dan dibahas oleh
berbagai kalangan dan lapisan masyarakat dengan etika dalih penyelamatan
komunitas dalam jangka panjang dalam suatu tatanan nilai moralitas.
Etika bisnis yang lahir di Amerika Serikat sekitar
tahun 1970-an dan menjadi isu utama yang mengglobal sejak tahun 1990-an,
selanjutnya menjadi isu yang ramai di bicarakan oleh berbagai kalangan
masyarakat. Pada awalnya hanya kalangan ahli agama dan filsafat saja yang fokus
dengan etika ini, Itu pun masih pada hal-hal yang bersifat makro dan universal.
Dewasa ini isu dan topik etika bisnis menjadi hangat dibicarakan mulai dari
masyarakat awam, pemerintah, praktisi (manajer, konsultan dan investor), para
akademisi dari berbagai disiplin ilmu, lembaga swadaya, sampai kepada para
politisi. Walaupun dibahas oleh banyak kalangan dan diamini oleh para pelaku
bisnis, namun etika juga terlihat masih sangat langka diterapkan secara sepenuh
hati. Bagi pemerintah dan negara Amerika sebagai pelopor etika bisnis, mengakui
bahwa etika bisnis adalah sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang
meliputi dunia bisnis mereka. Ironisnya justru Amerika yang paling gigih
menolak kesepakatan Bali pada pertemuan negara-negara dunia tahun 2007. Ketika
sebagian besar negara-negara peserta mempermasalahkan etika industri
negara-negara maju yang menjadi sumber
penyebab global warning, Amerika menolaknya. (Eldine, Achyar: 2008).
Sebagai cabang dari filsafat etika, maka etika bisnis
tidak lain merupakan penerapan prinsip-prinsip etika dengan pendekatan filsafat
dalam kegiatan dan program bisnis. Karenanya semua teori tentang etika dapat
dimanfaatkan untuk membahas tentang etika bisnis. Aspek yang dominan dari semua
kata etika bisnis
bermuara pada perilaku
bermoral dalam kegiatan bisnis.
Etika dalam arti sebenarnya dianggap sebagai acuan
yang menyatakan apakah tindakan, aktivitas
atau perilaku individu bisa dianggap baik atau tidak. Karenanya etika
bisnis sudah tentu mengacu dan akan berbicara mengenai masalah baik atau tidak
baiknya suatu aktivitas bisnis. Dalam etika bisnis akan diuji peran-peran dan
prinsip etika dalam konteks komersial/bisnis (Rudito dan Famiola, 2007: 4).
Moral selalu berkaitan dengan tindakan manusia yang baik dan yang buruk sesuai
dengan ukuran-ukuran yang diterima umum dalam suatu lingkungan sosial tertentu.
Dalam hal ini ukuran baik dan buruk manusia adalah manusia bukan sebagai pelaku
peran tertentu, dengan menggunakan norma moral, bukan sopan santun atau norma
hukum (Sumodiningrat dan Agustian, 2008: 58)
Moral itas adalah khas manusia dan karenanya moralitas
merupakan dimensi nyata dalam hidup manusia, baik perorangan maupun sosial
(masyarakat).Tanpa moralitas dalam menjalan usaha bisnis maka kehidupan bisnis
menjadi chaos, tiada keteraturan dan ketenteraman dan pada giliran-nya dunia
bisnis menjadi sadis dan saling mematikan.
Mengacu kepada batasan etika dari berbagai pandangan
ahli yang telah dikemukakan, maka peran etika bisnis adalah membahas dan
menunjuk alternatif pemecahan masalah bisnis yang berlandaskan nilai-nilai
moralitas dalam suatu kegiatan bisnis. Landasan yang digunakan dalam hal ini
adalah prinsip-prinsip, nilai dan norma-moral yang terwujud dalam sikap dan
perangai (akhlak) para pelaku bisnis dalam penyelenggaraan usaha bisnisnya
dengan menjunjung tinggi partisipan bisnisnya.
Penelitian yang dilakukan Mauro et al. (1999) tentang
etika bisnis dan pengambilan keputusan perusahaan menggunakan definisi etika
dan etika bisnis yang dikembangkan oleh Walton. Menurut Walton (1977 dalam
Mauro,1999):
Ethics. A critical analysis of human acts to determine
their tightness or wrongness in terms of two major: truth and justice Business
ethics. A range of criteria whereby human actions are judge to include such
things as societal expectations: fair competition; the aesthetics or
advertising and the used public relations; the meaning of social
responsibilities; reconciling corporate
behavior at home
with behavior abroad; the extent of consumer sovereignty; the relevance
of corporate size; the handling communications, and the like
Maksudnya, etika merupakan analisis kritis tentang tindakan manusia untuk menentukan kebenarannya atau kesalahannya dalam kerangka 2 kriteria utama: kebenaran dan keadilan. Sementara etika bisnis merupakan sekumpulan kriteria di mana tindakan manusia di nilai berdasarkan harapan masyarakat. Hasil penelitian Mouro (1999) menemukan bahwa "that personal and business ethics are not separate entities, that they coexist in the behavior of managers within the corporation, is supported in the current literature". Maksudnya adalah etika personal dan etika bisnis merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan keberadaannya saling melengkapi dalam mempengaruhi perilaku manajer.
Banyak
literatur terbaru yang mendukung perayataan dan hasil penelitian Mauro ini.
Bagi mereka yang tidak mempunyai etika dalam berbisnis adalah mereka yang hanya
tergiur dengan keuntungan jangka pendek. Mereka yang menjadikan keuntungan
sebagai satu-satunya tujuan bisa menyebabkan perusahaan menghalalkan segala
macam cara untuk mengejar keuntungannya. Akibatnya merekapun sering mengabaikan
nilai-nilai etika bisnis. Bisnispun dijalankan secara tidak jujur, tidak adil,
melanggar kewajaran, penuh mark-up.
Pada Seminar Manajemen Profetik (Profesional Etik)
yang diselenggarakan Universitas Paramadina Mulya (1999), Nurcholis Madjid
menyimpulkan bahwa etika subjektif seseorang akan terefleksikan dalam aktivitas
bisnisnya. Dengan kata lain etika bisnis seseorang merupakan perpanjangan
moda-moda tingkah lakunya atau tindakan-tindakan konstan, yang membentuk
keseluruhan citra diri atau akhlak orang itu. Hal ini didukung dengan
pernyataan Fritzche (1995) yang mengatakan bahwa:
Tampak tidak ada pemisahan antara etika bisnis dengan
etika sehari-hari. Dengan kata lain kita berketetapan bahwa tidak mungkin kita
etis dalam berbisnis dan tidak etis dalam hal yang lainnya, atau sebaliknya.
Secara sedeerhan etika adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari individu, hal
ini tidak dapat berubah pada setiap kesempatan. Pada tingkat praktis, ini memunculkan tiga pernyataan
dasar. Pertama, orang yang etis harus menghormati orang lain. Kedua, etika itu
dipelajari, tidak muncul secara langsung dari lahir. Ketiga, akar dari semua
hubungan etik yang sebenarnya adalah kehidupan spiritual dari Islam, Kristen,
Budha, Hindu ataupun yang tidak beragama sekalipun.
Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika yang diterapkan dalam dunia bisnis (Lozano, 1996). Istilah etika bisnis mengan-dung pengertian bahwa etika bisnis merupakan sebuah rentang aplikasi etika yang khusus mempelajari tindakan yang diambil oleh bisnis dan pelaku bisnis. Epstein (1989) menyatakan etika bisnis sebagai sebuah perspektif analisis etika di dalam bisnis yang menghasilkan sebuah proses dan sebuah kerangka kerja untuk membatasi dan mengevaluasi tindakan-tindakan individu, organisasi, dan terkadang seluruh masyarakat sosial.
Menurut David (1998), etika bisnis adalah aturan main
prinsip dalam organisasi yang menjadi pedoman membuat keputusan dan tingkah
laku. Etika bisnis adalah etika pelaku bisnis. Pelaku bisnis tersebut bisa saja
manajer, karyawan, konsumen, dan masyarakat.
Etika bisnis merupakan produk pendidikan etika masa kecil, namun tetap dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Sebagian besar pakar psikologi berkeyakinan bahwa penanaman awal nilai-nilai kedisiplinan, moral, etika yang dilakukan pada masa balita akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan persepsi hati nurani seseorang tatkala ia mulai beranjak dewasa (Faisal Afiff, 2003). Lingkungan bisnis dapat merontokkan etika individu dan sebaliknya etika individu dapat mempengaruhi lingkungan bisnis tergantung mana yang kuat.
Terjadinya krisis multi dimensional beberapa tahun terakhir
menjadikan etika bisnis sebagai sorotan dan perhatian dari masyarakat dan para
pengamat. Tuntutan masyarakat akan etika dan tolok ukur etika meningkat, hal
ini disebabkan pula oleh pengungkapan dan publikasi, kepedulian publik,
regulasi pemerintah, kesadaran CEO akan etika dan profesionalisme bisnis
meningkat (Hoesada, 1997). Etika bisnis adalah bisnis setiap orang di setiap
hari, sehingga etika bisnis termasuk semua manajer dan hubungan bisnis mereka
serta tindakan-tindakan mereka. Etika bisnis adalah tuntutan harkat etis
manusia dan tidak bisa ditunda sementara untuk membenarkan tindakan dan sikap
tidak adil, tidak jujur dan tidak bermoral.
Sebagai cabang dari filsafat etika, maka etika dalam
aktivitas bisnis tidak lain merupakan penerapan prinsip-prinsip etika dengan
pendekatan filsafat dalam kegiatan dan program bisnis. Karenanya semua teori
tentang etika dapat dimanfaatkan untuk membahas tentang etika dalam aktivitas
bisnis. Aspek yang dominan dari semua kata etika dalam aktivitas bisnis
bermuara pada perilaku bermoral.
Etika dalam arti sebenarnya dianggap sebagai acuan
yang menyatakan apakah tindakan, aktivitas atau perilaku individu bisa dianggap
baik atau tidak. Karenanya etika bisnis sudah tentu mengacu dan akan berbicara
mengenai masalah baik atau tidak baiknya suatu aktivitas bisnis. Dalam etika
bisnis akan diuji peranperan dan prinsip etika dalam konteks komersial/bisnis.
Moral selalu berkaitan dengan tindakan manusia yang baik dan yang buruk sesuai
dengan ukuran-ukuran yang diterima umum dalam suatu lingkungan sosial tertentu.
Dalam hal ini ukuran baik dan buruk manusia adalah manusia bukan sebagai pelaku
peran tertentu, dengan menggunakan norma moral, bukan sopan santun atau norma
hukum.
Moral (Moralitas) adalah khas manusia dan karenanya
moralitas merupakan dimensi nyata dalam hidup manusia, baik perorangan maupun
sosial (masyarakat).Tanpa moralitas dalam menjalan usaha bisnis maka kehidupan
bisnis menjadi chaos, tiada keteraturan dan ketenteraman dan pada gilirannya
dunia bisnis menjadi sadis dan saling mematikan.
Mengacu kepada batasan etika dari berbagai pandangan
ahli yang telah dikemukakan, maka peran etika adalah membahas dan menunjuk
alternatif pemecahan masalah bisnis yang berlandaskan nilai-nilai moralitas
dalam suatu kegiatan bisnis. Landasan yang digunakan dalam hal ini adalah
prinsip-prinsip, nilai dan norma-moral yang terwujud dalam sikap dan perangai
(akhlak) para pelaku bisnis dalam penyelenggaraan usaha bisnisnya dengan
menjunjung tinggi partisipan bisnisnya.
Pada dasarnya etika bisnis menyoroti moral perilaku
manusia yang mempunyai profesi di bidang bisnis dan dimiliki secara global oleh
perusahaan secara umum, sedangkan perwujudan dari etika bisnis yang ada pada
masing-masing perusahaan akan terbentuk dan terwujud sesuai dengan kebudayaan
perusahaan yang bersangkutan. Etika bisnis ini akan muncul ketika masing-masing
perusahaan berhubungan dan berinteraksi satu sama lain sebagai sebuah satuan
stakeholder. Tujuan etika bisnis disini adalah menggugah kesadaran moral para
pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis dengan "baik dan bersih".
Etika bisnis dapat dibagi ke dalam 2 (dua) pandangan, yaitu:
- Normative ethics: Concerned with supplying and justifying a coherent moral system of thinking and judging. Normative ethics seeks to uncover, develop, and justify basic moral principles that are intended to guide behavior, actions, and decisions.
- Descriptive ethics: Is concerned with describing, characterizing, and studying the morality of a people, a culture, or a society. It also compares and contrasts different moral codes, systems, practices, beliefs, and values.
Banyak
yang mempertanyakan apakah ada bukti bahwa etika dalam berbisnis secara sistematis
berkorelasi dengan keuntungan? Contoh yang paling sederhana coba kita sajikan
disini. Jika bisnis berusaha mengambil keuntungan dari karyawan, pelanggan,
pemasok, dan kreditur melalui perilaku yang sekarang tidak etis, maka
kemungkinan mereka akan menemukan cara untuk membalas dendam kepada kita ketika
bertemu lagi. Balas dendam dapat berbentuk sederhana seperti menolak untuk
membeli, menolak untuk bekerja, menolak berbisnis dengan pihak yang
bersangkutan.
Secara empiris sebuah studi selama 2 tahun yang dilakukan The Performance Group, sebuah konsorsium yang terdiri dari Volvo, Unilever, Monsanto, Imperial Chemical Industries, Deutsche Bank, Electrolux, dan Gerling, menemukan bahwa pengembangan produk yang ramah lingkungan dan peningkatan environmental compliance bisa menaikkan EPS (earning per share) perusahaan, mendongkrak profitability, dan menjamin kemudahan dalam mendapatkan kontrak atau persetujuan investasi.
Di tahun 1999, jurnal Business and Society Review
menulis bahwa 300 perusahaan besar yang terbukti melakukan komitmen dengan
publik yang berlandaskan pada kode etik akan meningkatkan market value added sampai dua-tiga kali dan pada perusahaan lain
yang tidak melakukan hal serupa. Bukti lain, seperti riset yang dilakukan oleh
DePaul University di tahun 1997, menemukan bahwa perusahaan yang merumuskan
komitmen korporat mereka dalam menjalankan prinsip-prinsip etika memiliki
kinerja finansial (berdasar penjualan) yang lebih bagus dari perusahaan lain yang
tidak melakukan hal serupa.
Beberapa pebisnis berpendapat bahwa terdapat hubungan
simbiosis antara etika dan bisnis dimana masalah etik sering dibicarakan pada
bisnis yang berorientasi pada keuntungan. Dalam hal ini terdapat versi yang lemah dan versi yang
kuat mengenai pendekatan ini. Versi yang lemah mengatakan bahwa etika yang baik
dihasilkan dari bisnis yang baik, secara sederhana praktik bisnis yang bermoral
adalah praktik bisnis yang menguntungkan.
Kebutuhan aspek moral dalam bisnis adalah:
Praktik bisnis yang bermoral hanya akan memberikan
keuntungan ekonomis dalam jangka panjang. Bagi bisnis yang didesain untuk
keuntungan jangka pendek hanya akan memberikan insentif yang kecil. Dalam
kompetisi bisnis di pasar yang sama, keuntungan jangka pendek merupakan
keputusan yang diambil oleh kebanyakan perusahaan untuk dapat bertahan.
Beberapa praktik bisnis yang bermoral mungkin tidak
memiliki nilai ekonomis bahkan dalam jangka panjang sekalipun. Sebagai contoh,
bagaimana mengkampanyekan kerugian merokok, sebagai lawan dari promosi rokok
itu sendiri.
Praktik bisnis yang bermoral akan menghasilkan
keuntungan akan sangat tergantung pada saat bisnis tersebut dijalankan. Pada
pasar yang berbeda, praktik yang sama mungkin tidak memberikan nilai ekonomis.
Jadi masalah tumpang tindih antara eksistensi moral dan keuntungan sifatnya
terbatas dan insidental (situasional)
Versi yang kuat mengenai pendekatan keuntungan
mengungkapkan bahwa dalam pasar yang kompetitif dan bebas, motif keuntungan
akan terkait dengan lingkungan yang sesuai dengan isu moral tersebut. Itulah
sebabnya, jika pelanggan menginginkan produk yang aman, atau para pekerja
menginginkan privasi, maka mereka akan memperolehnya dari bisnis yang memenuhi
kebutuhannya tersebut. Bisnis yang tidak memenuhi harapan tersebut maka mereka
tidak akan bertahan. Sejak adanya pandangan bahwa dorongan untuk memperoleh
keuntungan akan menciptakan moralitas, versi yang kuat mengemukakan bahwa
bisnis yang baik dihasilkan dalam etika yang baik.
Dalam etika bisnis, kewajiban moral dalam bisnis dibatasi oleh persyaratan hukum. Aspek yang paling universal dalam moralitas barat telah digunakan pada sistem legal bangsa kita, yaitu hukum yang menegaskan mengenai sangsi bagi pembunuhan, pencurian, penipuan, pelecehan dan perilaku yang membahayakan lainnya. Terlebih lagi jika masalah etika itu sudah berkaitan dengan nilai budaya, politik dan agama. Tuntutan masyarakat internasional terutama berkaitan dengan mutu barang atau jasa yang dijual.
Banyak kasus dimana pengusaha sangat mengabaikan lingkungan, dan masyarakat pun kadangkala miris melihat pemerintah seolah tidak ada upaya yang tegas terhadap perilaku pengusaha yang bandel ini. Kasus yang terjadi beberapa tahun yang lalu yaitu ditolaknya pengiriman kayu kita ke Skotlandia karena dinyatakan tidak berekolabel, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berbisnis, tidak hanya memperhatikan keuntungan saja, namun juga perlu memperhatikan etika dalam pengolahan.
Disini kita melihat bahwa etika bisnis menjadi
suatu hal yang sangat mendesak untuk diterapkan, sebab dengan etika
pertimbangan mengenai baik atau buruk dapat distandardisasi secara tepat dan
benar. Namun perlu juga dicatat bahwa etika bisnis tidak akan berfungsi jika
praktik-praktik bisnis yang curang dilegalkan. Di sinilah diperlukan dua
perangkat utama yaitu moral dan legal politis.
Kepustakaan :
- Keraf, A. Sonny. 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanius
- Borrong, Robert P.. 1999. Etika Bumi Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- Unti Ludigdo, 2007, Paradoks Etika Akuntan, Cet Pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
- Ernawan, Eni. 2007. Business Ethics. Bandung: Penerbit Alfabeta.
- Sukrisno Agoes & I Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya, Salemba Empat, 2009.
- Daft .Richard L 2010, Era Baru Manajemen Stiven Robin, Salemba empat.Jakarta,
- Brooks, Leonard J. & Paul Dunn. 2011.Etika Bisnis dan Profesi: Untuk Direktur, Eksekutif, dan Akuntan. Edisi Kelima. Buku Satu. Terjemahan oleh Kanti Pertiwi Jakarta: Salemba Empat.
- Ronald Duska, Brenda Shay Duska, Julie Anne Ragatz, 2011, Accounting Ethic, Willey Blackwel.
- Djakfar, Muhammad. 2012. Etika Bisnis: Menangkap Spirit Ajaran Langit Dan Pesan Moral Ajaran Bumi. .Jakarta: Penebar Plus imprit dari Penebar Swadaya
- Untung, Budi. 2012. “Hukum dan Etika Bisnis”. Yogyakarta : Andi
0 Response to "Pengertian Etika Bisnis"
Posting Komentar