Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Inovasi
Pendahuluan
Inovasi merupakan kunci utama bagi
perusahaan untuk tetap bertahan dan bersaing di pasar yang semakin dinamis.
Tanpa adanya inovasi, sebuah perusahaan akan kesulitan untuk berkembang dan
memenuhi tuntutan pasar yang terus berubah. Oleh karena itu, sangat penting
bagi perusahaan untuk memahami faktor-faktor yang mendorong dan menghambat
inovasi dalam organisasi. Faktor-faktor ini tidak hanya berkaitan dengan
teknologi, tetapi juga aspek budaya, struktural, dan sosial yang ada dalam
perusahaan.
Perusahaan yang mampu mendorong
inovasi biasanya memiliki budaya organisasi yang mendukung kreativitas dan
eksperimen. Hal ini sangat penting karena inovasi tidak bisa berjalan dengan
efektif tanpa adanya dukungan dari seluruh elemen organisasi. Budaya yang
terbuka dan menghargai ide baru akan menciptakan lingkungan yang mendukung
lahirnya inovasi. Namun, dalam prakteknya, banyak perusahaan yang menghadapi
hambatan struktural dan budaya yang menghalangi proses inovasi ini.
Selain faktor budaya, teknologi dan
globalisasi juga berperan besar dalam mendorong inovasi. Perkembangan teknologi
yang pesat memberikan peluang bagi perusahaan untuk menciptakan produk dan
layanan baru yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih efisien.
Globalisasi membuka pasar yang lebih luas dan memungkinkan perusahaan untuk
memanfaatkan sumber daya yang lebih banyak, baik dalam hal pengetahuan,
teknologi, maupun tenaga kerja. Namun, meskipun ada banyak pendorong,
perusahaan sering kali menghadapi resistensi terhadap inovasi yang dapat memperlambat
proses perubahan.
Hambatan struktural dan budaya dalam
organisasi juga dapat menghambat proses inovasi. Struktur organisasi yang
terlalu hierarkis atau birokratis dapat membuat alur komunikasi dan pengambilan
keputusan menjadi lambat, sehingga menghambat aliran ide-ide baru. Selain itu,
budaya organisasi yang terlalu kaku atau tidak terbuka terhadap perubahan juga
dapat menjadi penghalang besar dalam mendorong inovasi.
Untuk itu, dalam topik ini akan
dibahas berbagai faktor pendorong dan penghambat inovasi yang terdapat dalam
organisasi, serta bagaimana cara untuk mengatasi resistensi terhadap inovasi
yang muncul. Pembahasan ini penting bagi perusahaan yang ingin menciptakan
lingkungan yang mendukung inovasi dan keberlanjutan di masa depan.
Peran
Budaya Organisasi dalam Mendorong Inovasi
Budaya organisasi adalah kumpulan
nilai, norma, dan kebiasaan yang berkembang dalam sebuah perusahaan yang
memengaruhi bagaimana karyawan bekerja dan berinteraksi. Budaya yang mendukung
inovasi dapat mendorong karyawan untuk berpikir kreatif dan terbuka terhadap
ide-ide baru. Sebaliknya, budaya yang kaku atau terlalu hierarkis dapat
membatasi potensi inovasi dalam perusahaan.
Budaya organisasi yang mendukung
inovasi memiliki beberapa karakteristik utama. Pertama, perusahaan harus
menciptakan lingkungan yang terbuka untuk ide baru, baik dari karyawan maupun
dari pihak eksternal. Kedua, budaya organisasi harus mendorong eksperimen dan
penerimaan terhadap kegagalan. Inovasi sering kali melibatkan proses percobaan
yang gagal, dan perusahaan yang mengakui ini sebagai bagian dari proses kreatif
akan lebih mudah beradaptasi dengan perubahan.
Dalam lingkungan yang terus berubah ini, inovasi menjadi alat penting untuk
mempertahankan relevansi produk, meningkatkan efisiensi operasional, dan
memenuhi kebutuhan pasar yang dinamis. Salah satu faktor yang memengaruhi
kemampuan perusahaan dalam berinovasi adalah budaya organisasi. Budaya
organisasi merujuk pada kumpulan nilai, norma, dan kebiasaan yang berkembang
dalam perusahaan, yang mempengaruhi bagaimana karyawan berinteraksi dan
bekerja. Budaya yang mendukung inovasi sangat penting untuk mendorong
kreativitas karyawan dan memfasilitasi penciptaan ide-ide baru yang dapat
mengarah pada pengembangan produk dan layanan yang lebih baik.
Namun, tidak semua perusahaan memiliki budaya yang mendukung inovasi.
Sebagian perusahaan masih terjebak dalam struktur organisasi yang kaku dan
hirarkis, yang justru menghambat aliran ide dan kreativitas. Budaya yang
terlalu fokus pada prosedur dan stabilitas cenderung mengekang perubahan dan
mengurangi kemungkinan terjadinya inovasi. Sebaliknya, budaya organisasi yang
terbuka dan fleksibel memberikan ruang bagi karyawan untuk berpikir kreatif,
mencoba hal-hal baru, dan belajar dari kegagalan tanpa rasa takut akan
konsekuensi negatif. Oleh karena itu, memahami bagaimana budaya organisasi
dapat mendorong atau menghambat inovasi adalah hal yang sangat penting bagi
perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang di era yang serba cepat ini.
Budaya organisasi yang mendukung inovasi tidak hanya mendorong karyawan
untuk menghasilkan ide-ide baru, tetapi juga membentuk pola pikir yang menerima
ketidakpastian dan risiko. Inovasi sering kali melibatkan eksperimen yang
mungkin tidak selalu berhasil, dan perusahaan yang mampu menerima kegagalan
sebagai bagian dari proses akan lebih siap untuk beradaptasi dan berkembang.
Dalam konteks ini, peran pemimpin organisasi sangat besar, karena mereka harus
mampu menciptakan lingkungan yang mendukung eksperimen, mendorong kolaborasi,
dan memberi karyawan kebebasan untuk berinovasi. Dengan memberikan dukungan
yang tepat, pemimpin organisasi dapat menciptakan ekosistem yang mendorong
penciptaan ide-ide baru yang dapat mengubah cara perusahaan beroperasi.
Selain itu, budaya organisasi yang mendukung inovasi juga harus mampu
mengintegrasikan ide-ide baru dengan strategi dan tujuan perusahaan. Inovasi
yang tidak terarah atau tidak selaras dengan visi perusahaan dapat menghasilkan
produk atau solusi yang tidak relevan dengan pasar atau bahkan mengarah pada
pemborosan sumber daya. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memiliki
mekanisme yang dapat menyaring dan mengevaluasi ide-ide inovatif, sehingga
hanya ide yang paling relevan dan berpotensi memberikan dampak yang besar yang
akan dijalankan.
Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas lebih lanjut mengenai bagaimana
budaya organisasi yang mendukung inovasi dapat diwujudkan, dengan melihat
beberapa karakteristik utama yang perlu dimiliki oleh perusahaan. Selain itu,
kita juga akan membahas contoh-contoh perusahaan yang berhasil menciptakan
budaya inovasi yang kuat dan dampaknya terhadap kesuksesan mereka.
Karakteristik Budaya Organisasi yang Mendukung Inovasi
Budaya organisasi yang mendukung inovasi memiliki beberapa karakteristik
utama yang membedakannya dari budaya organisasi yang lebih konservatif atau
kaku. Salah satu karakteristik yang paling menonjol adalah adanya lingkungan
yang terbuka terhadap ide baru. Di perusahaan yang memiliki budaya
inovatif, karyawan didorong untuk berbagi ide-ide mereka tanpa takut dihukum
atau diabaikan. Semua ide, baik besar maupun kecil, dihargai dan
dipertimbangkan sebagai kontribusi yang berharga untuk kemajuan perusahaan.
Dalam budaya seperti ini, komunikasi antara berbagai tingkat organisasi menjadi
sangat penting, karena inovasi tidak hanya dapat datang dari tingkat manajemen,
tetapi juga dari karyawan di level operasional.
Selain itu, budaya yang mendukung inovasi juga mendorong eksperimen
dan penerimaan terhadap kegagalan. Inovasi sering kali melibatkan
percakapan dengan ketidakpastian, dan banyak ide yang mungkin gagal pada tahap
pertama atau kedua. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki budaya inovatif
cenderung tidak menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang buruk, melainkan
sebagai bagian dari proses belajar. Budaya yang menerima kegagalan sebagai
peluang untuk memperbaiki diri ini memungkinkan karyawan untuk terus mencoba
tanpa rasa takut akan konsekuensi negatif.
Contoh nyata dari perusahaan yang menerapkan karakteristik budaya organisasi
yang mendukung inovasi adalah Google. Google dikenal dengan
kebijakan perusahaan yang sangat mendukung kreativitas karyawan. Salah satu
cara perusahaan ini menciptakan lingkungan yang terbuka untuk ide baru adalah
dengan memberikan waktu kepada karyawan untuk mengerjakan proyek sampingan yang
tidak terkait langsung dengan pekerjaan utama mereka. Ini memungkinkan karyawan
untuk mengeksplorasi ide-ide baru yang dapat membawa manfaat besar bagi
perusahaan. Salah satu contoh sukses dari program ini adalah pengembangan Gmail,
yang awalnya dimulai sebagai proyek sampingan oleh karyawan Google.
Keberhasilan Gmail menunjukkan bagaimana kebebasan untuk bereksperimen dan
berinovasi dapat menghasilkan produk yang mengubah industri.
Di Indonesia, contoh serupa dapat dilihat pada perusahaan Gojek.
Gojek, yang bermula sebagai layanan ojek online, telah berkembang pesat menjadi
platform digital dengan berbagai layanan, mulai dari transportasi, pembayaran,
hingga pengantaran barang. Gojek menciptakan budaya inovasi yang mendalam
dengan mendorong karyawannya untuk terus mencari solusi kreatif untuk masalah
yang dihadapi pengguna. Salah satu hasil inovasi yang signifikan adalah
munculnya layanan GoPay, yang memungkinkan pengguna melakukan
transaksi digital dengan mudah. Gojek memahami pentingnya menciptakan budaya
yang mendukung eksperimen dan kolaborasi, sehingga mampu tumbuh menjadi salah
satu perusahaan teknologi terbesar di Indonesia.
Budaya Organisasi yang Kaku dan Pengaruhnya terhadap Inovasi
Tidak semua perusahaan memiliki budaya yang mendukung inovasi. Banyak
perusahaan, terutama yang telah lama berdiri, cenderung terjebak dalam struktur
yang terlalu hierarkis dan prosedural, yang dapat menghambat aliran
ide kreatif. Dalam organisasi yang memiliki struktur hierarkis yang kaku,
komunikasi cenderung terbatas pada tingkat manajemen yang lebih tinggi,
sementara karyawan di tingkat bawah mungkin merasa tidak diberi kesempatan
untuk menyuarakan ide-ide mereka. Selain itu, budaya organisasi yang terlalu
berfokus pada prosedur dan stabilitas cenderung lebih mengutamakan efisiensi
dan konsistensi daripada perubahan dan eksperimen.
Perusahaan yang memiliki budaya yang kaku mungkin juga tidak mampu menerima
kegagalan sebagai bagian dari proses inovasi. Sebaliknya, kegagalan sering kali
dianggap sebagai suatu masalah besar yang harus dihindari, sehingga karyawan
menjadi enggan untuk mencoba hal-hal baru. Ketakutan terhadap kegagalan ini
dapat menyebabkan stagnasi dalam inovasi dan membuat perusahaan sulit
beradaptasi dengan perubahan pasar atau teknologi.
Contoh dari perusahaan yang menghadapi masalah akibat budaya yang kaku dapat
dilihat pada Kodak, sebuah perusahaan yang dulu menjadi
pemimpin dalam industri fotografi. Kodak gagal beradaptasi dengan cepatnya
perkembangan teknologi digital, karena budaya perusahaan yang terlalu
konservatif dan fokus pada produk analog yang telah ada. Ketika teknologi
digital mulai mengubah industri, Kodak terlambat untuk berinovasi dan
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, yang akhirnya menyebabkan kerugian
besar bagi perusahaan dan mengarah pada kebangkrutan pada akhirnya.
Mengatasi Hambatan dalam Budaya Organisasi
Untuk perusahaan yang ingin mendorong inovasi tetapi terhambat oleh budaya
yang kaku, langkah pertama adalah mengubah mindset dan pendekatan terhadap
kegagalan. Pemimpin perusahaan harus memahami bahwa kegagalan bukanlah akhir
dari segalanya, melainkan bagian dari proses menuju kesuksesan. Perusahaan juga
perlu mengubah struktur organisasi agar lebih terbuka dan kolaboratif,
memberikan ruang bagi karyawan di semua level untuk menyampaikan ide dan
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
Contoh dari perusahaan yang berhasil mengubah budaya mereka untuk mendukung
inovasi adalah IBM. Pada awalnya, IBM adalah perusahaan yang
sangat terstruktur dan berfokus pada efisiensi operasional. Namun, dalam
menghadapi tantangan teknologi baru, IBM mulai mengubah budaya mereka untuk
lebih terbuka terhadap perubahan. Salah satu langkah penting yang diambil
adalah menciptakan laboratorium inovasi di mana karyawan dari
berbagai departemen dapat bekerja sama untuk mengeksplorasi ide-ide baru.
Pendekatan ini membantu IBM bertransformasi menjadi salah satu perusahaan
teknologi paling inovatif di dunia.
Di Indonesia, Telkom Indonesia juga mulai mengubah budaya
organisasinya untuk mendukung inovasi. Dengan mendorong kolaborasi antara
berbagai unit bisnis dan memberikan ruang bagi eksperimen, Telkom berhasil
mengembangkan layanan digital baru yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar.
Salah satu inovasi besar yang muncul dari perubahan budaya ini adalah Indihome,
layanan internet broadband yang kini menjadi salah satu layanan utama Telkom.
Budaya organisasi memainkan peran yang sangat penting dalam mendorong inovasi
dalam perusahaan. Budaya yang mendukung inovasi menciptakan lingkungan yang
terbuka terhadap ide baru, mendorong eksperimen, dan menerima kegagalan sebagai
bagian dari proses belajar. Perusahaan seperti Google dan Gojek menunjukkan
bagaimana budaya inovasi dapat membawa kesuksesan besar dan mengubah industri.
Sebaliknya, perusahaan yang memiliki budaya yang kaku dan hierarkis, seperti
Kodak, menghadapi kesulitan besar dalam beradaptasi dengan perubahan dan
akhirnya mengalami kerugian besar.
Untuk perusahaan yang menghadapi hambatan dalam budaya organisasi, perubahan
struktural dan pengembangan budaya yang lebih inklusif dan kolaboratif sangat
diperlukan. Mengubah pola pikir tentang kegagalan dan memberi kebebasan kepada
karyawan untuk berinovasi dapat membantu perusahaan menghadapi tantangan pasar
dan teknologi yang terus berkembang. Dalam era yang serba cepat ini, inovasi
bukan lagi pilihan, tetapi sebuah kebutuhan untuk bertahan hidup dan berkembang
di pasar global yang semakin kompetitif.
Pengaruh
Teknologi dan Globalisasi terhadap Inovasi
Perkembangan teknologi dan globalisasi telah membawa perubahan yang luar
biasa dalam lanskap dunia bisnis dan ekonomi. Dalam beberapa dekade terakhir,
teknologi telah mengubah cara perusahaan beroperasi, berinteraksi dengan
pelanggan, dan bahkan mengembangkan produk serta layanan mereka. Demikian pula,
globalisasi telah menciptakan peluang baru bagi perusahaan untuk mengakses
pasar internasional, memperluas jangkauan mereka, dan memanfaatkan sumber daya
yang lebih luas, dari teknologi hingga talenta global. Kedua faktor ini,
teknologi dan globalisasi, tidak hanya mengubah cara perusahaan beroperasi,
tetapi juga memaksa mereka untuk beradaptasi dengan cepat melalui inovasi agar
tetap relevan dan kompetitif.
Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, kita menyaksikan banyak inovasi
yang mengubah industri secara mendalam. Teknologi yang semakin canggih
memungkinkan perusahaan untuk menciptakan produk dan layanan baru dengan cara
yang lebih efisien dan sesuai dengan kebutuhan pasar yang terus berkembang.
Globalisasi, di sisi lain, telah membuka pasar yang lebih besar, memperkenalkan
persaingan internasional, dan menciptakan peluang untuk memperluas jaringan
serta mengakses sumber daya yang sebelumnya tidak terjangkau. Kombinasi dari
kedua faktor ini menuntut perusahaan untuk tidak hanya berinovasi dalam produk
atau layanan mereka, tetapi juga dalam model bisnis mereka.
Inovasi yang didorong oleh teknologi dan globalisasi menciptakan peluang
yang lebih besar bagi perusahaan untuk menjangkau konsumen di seluruh dunia,
memperkenalkan produk mereka ke pasar internasional, serta memanfaatkan
pengetahuan dan teknologi dari berbagai belahan dunia. Hal ini mempercepat
siklus hidup produk dan memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan
ide-ide baru menjadi produk yang siap dipasarkan. Dengan adanya kemajuan
teknologi dan globalisasi, perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dan
berinovasi dengan cepat akan tertinggal dalam persaingan yang semakin ketat.
Namun, meskipun teknologi dan globalisasi memberikan peluang besar, tantangan
yang dihadapi oleh perusahaan dalam menerapkan inovasi juga tidak kalah besar.
Tantangan tersebut bisa berupa kesulitan dalam mengelola sumber daya yang
tersebar di berbagai negara, adaptasi terhadap peraturan yang berbeda-beda,
serta kebutuhan untuk terus memantau dan merespons perubahan pasar dengan
cepat. Untuk itu, perusahaan perlu memiliki strategi yang tepat agar dapat
memanfaatkan teknologi dan globalisasi secara efektif dan berkelanjutan.
Dalam materi kuliah ini, kita akan membahas bagaimana teknologi dan
globalisasi berpengaruh terhadap inovasi dalam perusahaan, baik dari segi
produk, layanan, dan model bisnis. Selain itu, kita juga akan melihat contoh
perusahaan yang berhasil mengadopsi teknologi dan globalisasi untuk mendorong
inovasi mereka, serta tantangan yang mereka hadapi dalam proses tersebut.
Pengaruh Teknologi terhadap Inovasi
Teknologi memainkan peran kunci dalam mendorong inovasi di hampir semua
sektor industri. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat,
perusahaan dituntut untuk terus berinovasi agar tetap dapat bersaing. Salah
satu contoh nyata dari penerapan teknologi dalam inovasi adalah penerapan Internet
of Things (IoT) yang menghubungkan perangkat dan sistem untuk
meningkatkan efisiensi operasional serta menciptakan produk yang lebih pintar
dan lebih berguna bagi konsumen.
Sebagai contoh, perusahaan teknologi seperti Apple telah
mengintegrasikan teknologi IoT dalam produk mereka, seperti Apple Watch, yang
tidak hanya berfungsi sebagai jam tangan, tetapi juga sebagai alat kesehatan
yang terhubung dengan perangkat lain. Apple menggunakan data yang dikumpulkan
dari perangkat IoT untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
penggunanya, seperti monitoring kesehatan dan kebugaran. Hal ini menunjukkan
bagaimana teknologi dapat menciptakan produk baru yang tidak hanya memenuhi
kebutuhan konsumen, tetapi juga memperkenalkan layanan tambahan yang menambah
nilai bagi pelanggan.
Selain itu, teknologi juga memungkinkan perusahaan untuk mengotomatisasi
proses produksi, mengurangi biaya, dan meningkatkan kecepatan produksi.
Perusahaan Tesla, yang dikenal dengan inovasi mobil
listriknya, menggunakan teknologi otomatisasi dalam proses manufaktur mereka
untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya. Tesla juga
menggunakan teknologi canggih dalam pengembangan baterai yang lebih efisien dan
ramah lingkungan. Dengan adopsi teknologi yang terus berkembang, Tesla berhasil
mengubah paradigma industri otomotif dan menjadi pemimpin dalam industri mobil
listrik.
Namun, adopsi teknologi dalam inovasi juga tidak tanpa tantangan. Salah satu
tantangan utama adalah biaya yang tinggi untuk penelitian dan pengembangan
teknologi baru, serta kebutuhan untuk memiliki tenaga ahli yang mampu mengelola
teknologi canggih. Selain itu, penerapan teknologi yang buruk atau tidak tepat
sasaran dapat menimbulkan masalah yang berujung pada kegagalan produk atau
layanan. Oleh karena itu, perusahaan perlu memastikan bahwa mereka memiliki
strategi yang matang dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam proses inovasi
mereka.
Pengaruh Globalisasi terhadap Inovasi
Globalisasi telah membuka banyak peluang baru bagi perusahaan, baik dalam
hal pemasaran produk ke pasar internasional maupun dalam pemanfaatan sumber
daya global. Melalui globalisasi, perusahaan dapat mengakses teknologi,
pengetahuan, dan talenta dari berbagai negara. Globalisasi juga memfasilitasi
aliran informasi yang lebih cepat, memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan
wawasan yang lebih dalam mengenai tren pasar dan preferensi konsumen di
berbagai negara.
Salah satu contoh yang mencerminkan pengaruh globalisasi terhadap inovasi
adalah perusahaan Amazon. Amazon tidak hanya mengembangkan
model bisnis e-commerce yang revolusioner, tetapi juga berhasil memperkenalkan
layanan berbasis teknologi, seperti Amazon Web Services (AWS), yang kini
menjadi salah satu layanan cloud terbesar di dunia. Globalisasi memungkinkan
Amazon untuk memperluas pasar mereka ke berbagai negara dan memanfaatkan
teknologi terkini untuk menciptakan layanan yang lebih efisien dan relevan
dengan kebutuhan konsumen global.
Di Indonesia, perusahaan seperti Bukalapak juga
memanfaatkan teknologi dan globalisasi untuk mengembangkan model bisnis
marketplace yang menghubungkan penjual dan pembeli di seluruh negeri. Bukalapak
memanfaatkan kemajuan teknologi internet dan perangkat seluler untuk menciptakan
platform e-commerce yang memungkinkan transaksi bisnis dilakukan dengan lebih
mudah dan cepat. Dengan memperluas jangkauan pasar mereka, Bukalapak mampu
bersaing dengan platform e-commerce internasional seperti Tokopedia dan Shopee,
yang juga memanfaatkan teknologi dan globalisasi untuk memperluas pasar mereka.
Namun, globalisasi juga membawa tantangan tersendiri, terutama dalam hal
persaingan yang semakin ketat. Perusahaan yang ingin bersaing di pasar global
harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar dan regulasi di
berbagai negara. Selain itu, perusahaan juga harus mampu mengelola sumber daya
manusia dan logistik yang tersebar di berbagai belahan dunia. Oleh karena itu,
perusahaan harus memiliki strategi yang jelas dan mampu berinovasi dengan cepat
agar tetap dapat bersaing di pasar global yang sangat kompetitif.
Kasus Perusahaan yang Berhasil Memanfaatkan Teknologi dan Globalisasi
Salah satu contoh perusahaan yang berhasil mengintegrasikan teknologi dan
globalisasi dalam strategi inovasi mereka adalah Tesla. Tesla
tidak hanya menggunakan teknologi terbaru dalam pengembangan mobil listrik,
tetapi juga memperluas pasar mereka ke berbagai negara di seluruh dunia.
Keberhasilan Tesla dalam memperkenalkan mobil listrik yang ramah lingkungan dan
efisien menunjukkan bagaimana teknologi dan globalisasi dapat bekerja
bersama-sama untuk menciptakan produk yang tidak hanya inovatif tetapi juga
relevan dengan kebutuhan pasar global.
Contoh lainnya adalah Uber, perusahaan yang memanfaatkan teknologi
aplikasi mobile untuk menyediakan layanan transportasi yang dapat diakses
secara mudah dan cepat. Dengan memanfaatkan teknologi smartphone, Uber berhasil
menciptakan model bisnis yang efisien dan menghubungkan pengemudi dan penumpang
di seluruh dunia. Globalisasi memungkinkan Uber untuk memperluas jangkauan
mereka ke berbagai negara, menjadikannya salah satu perusahaan dengan valuasi
terbesar di dunia.
Teknologi dan globalisasi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
inovasi dalam dunia bisnis. Teknologi memungkinkan perusahaan untuk menciptakan
produk dan layanan baru yang lebih efisien dan relevan dengan kebutuhan pasar.
Globalisasi, di sisi lain, membuka akses bagi perusahaan untuk menjual produk
mereka ke pasar internasional dan memanfaatkan sumber daya global. Kedua faktor
ini saling melengkapi dalam mendorong inovasi yang berkelanjutan dan memaksa
perusahaan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar.
Perusahaan yang berhasil mengintegrasikan teknologi dan globalisasi dalam
strategi mereka, seperti Tesla dan Amazon, menunjukkan bagaimana kedua faktor
ini dapat menciptakan peluang besar bagi perusahaan untuk tumbuh dan
berkembang. Namun, perusahaan juga harus siap menghadapi tantangan yang datang
dengan adopsi teknologi dan ekspansi ke pasar global, seperti biaya yang tinggi
dan persaingan yang semakin ketat.
Untuk itu, perusahaan perlu memiliki strategi inovasi yang jelas dan dapat
beradaptasi dengan perubahan pasar yang cepat. Dengan memanfaatkan teknologi
dan globalisasi secara efektif, perusahaan dapat menciptakan produk dan layanan
yang tidak hanya memenuhi kebutuhan konsumen saat ini, tetapi juga berpotensi
membuka pasar baru yang dapat mendukung pertumbuhan perusahaan di masa depan.
Hambatan
Struktural dan Budaya terhadap Inovasi
Dalam dunia yang terus berubah, perusahaan diharapkan untuk selalu
menghadirkan solusi baru yang dapat meningkatkan efisiensi, kualitas produk,
serta daya saing mereka. Namun, meskipun banyak faktor yang dapat mendorong
inovasi, tidak sedikit perusahaan yang menghadapi hambatan struktural dan
budaya yang dapat memperlambat atau bahkan menghalangi proses inovasi tersebut.
Hambatan-hambatan ini sering kali terletak pada struktur organisasi dan
budaya perusahaan yang sudah terbentuk selama bertahun-tahun. Struktur
organisasi yang terlalu birokratis, dengan banyak lapisan keputusan dan
prosedur yang panjang, bisa memperlambat pengambilan keputusan dan membatasi
ruang bagi ide-ide baru untuk berkembang. Di sisi lain, budaya perusahaan yang
tidak mendukung perubahan atau yang menganggap kegagalan sebagai hal yang tidak
dapat diterima dapat menjadi faktor penghambat yang besar dalam menciptakan
inovasi yang sukses.
Faktor-faktor ini, meskipun tidak selalu tampak jelas, memiliki dampak yang
besar terhadap kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar
dan teknologi. Perusahaan yang terjebak dalam pola pikir atau struktur yang
kaku sering kali kesulitan untuk mengidentifikasi peluang inovasi dan mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk mengimplementasikannya. Oleh karena itu, penting
bagi perusahaan untuk mengenali hambatan-hambatan ini dan mencari cara untuk
mengatasi atau memitigasinya agar inovasi tetap berjalan dengan baik.
Di dalam pembahasan ini, kita akan menggali lebih dalam mengenai
hambatan-hambatan struktural dan budaya yang dapat mempengaruhi proses inovasi.
Akan dibahas juga bagaimana hambatan-hambatan tersebut memengaruhi perusahaan,
serta contoh-contoh kasus yang menggambarkan hambatan ini baik di dalam negeri
maupun luar negeri. Melalui pemahaman ini, kita dapat memetik pelajaran penting
tentang bagaimana perusahaan seharusnya mendesain struktur dan budaya mereka
agar dapat mendukung proses inovasi yang berkelanjutan.
Hambatan Struktural terhadap Inovasi
Struktur organisasi adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan
suatu perusahaan untuk berinovasi. Dalam struktur organisasi yang terlalu
hierarkis atau birokratis, proses pengambilan keputusan menjadi lambat dan
rumit. Prosedur yang panjang dan banyaknya lapisan dalam pengambilan keputusan
sering kali menyebabkan ide-ide baru terhambat sebelum dapat direalisasikan.
Semakin banyak lapisan dalam organisasi, semakin besar kemungkinan ide-ide yang
muncul di tingkat bawah tidak dapat mencapai pengambil keputusan di tingkat
atas. Hal ini tentu sangat merugikan bagi perusahaan yang ingin berinovasi dan
bereaksi cepat terhadap perubahan pasar.
Contoh paling jelas dari hambatan struktural ini dapat dilihat pada kasus Kodak,
sebuah perusahaan yang dulunya menjadi pemimpin di industri fotografi. Kodak
gagal beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital karena struktur
organisasinya yang terlalu kaku dan konservatif. Meskipun para insinyur Kodak
mengembangkan teknologi digital sejak awal 1970-an, manajemen perusahaan lebih
memilih untuk terus mengandalkan produk film tradisional, yang sudah memberikan
keuntungan besar. Kebijakan yang terlalu hati-hati dan tidak responsif terhadap
perubahan ini akhirnya menyebabkan Kodak kehilangan posisinya di pasar.
Perusahaan ini terlambat dalam berinovasi dan akhirnya kalah saing dengan
perusahaan-perusahaan yang lebih cepat beradaptasi, seperti Canon
dan Sony, yang lebih terbuka terhadap perkembangan teknologi
digital.
Di Indonesia, hambatan struktural terhadap inovasi juga banyak ditemukan
pada perusahaan-perusahaan besar yang masih mengadopsi struktur organisasi yang
hierarkis dan birokratis. Salah satu contoh adalah beberapa perusahaan
manufaktur yang tidak memberikan ruang bagi karyawan di lini bawah untuk
menyampaikan ide-ide inovatif mereka. Proses pengambilan keputusan yang
terpusat di puncak piramida organisasi membuat ide-ide tersebut sering kali
tidak sampai ke manajemen puncak. Selain itu, prosedur yang rumit dan waktu
yang dibutuhkan untuk mendapatkan persetujuan dari berbagai tingkat manajemen
menghambat implementasi ide-ide baru yang bisa mempercepat inovasi.
Untuk mengatasi hambatan struktural ini, perusahaan perlu mempertimbangkan
untuk merampingkan struktur organisasinya, menciptakan saluran komunikasi yang
lebih efisien, dan memberikan lebih banyak kewenangan kepada karyawan di
tingkat operasional untuk mengambil keputusan. Pendekatan organisasi yang lebih
fleksibel dan kolaboratif dapat mempermudah inovasi dan mempercepat proses
pengambilan keputusan yang diperlukan dalam merespons perubahan.
Hambatan Budaya terhadap Inovasi
Budaya perusahaan yang tidak mendukung perubahan juga menjadi salah satu
hambatan utama dalam proses inovasi. Dalam beberapa perusahaan, ada anggapan
bahwa kegagalan adalah sesuatu yang harus dihindari dengan segala cara, dan
ide-ide baru sering kali dianggap sebagai ancaman terhadap status quo yang
sudah mapan. Budaya seperti ini dapat mengekang kreativitas dan inisiatif
karyawan, yang seharusnya menjadi sumber utama inovasi dalam perusahaan. Selain
itu, perusahaan dengan budaya yang terlalu tertutup terhadap perubahan
cenderung sulit untuk beradaptasi dengan dinamika pasar yang terus berubah.
Salah satu contoh perusahaan yang mengalami hambatan budaya adalah Blockbuster,
yang dulunya menjadi raksasa penyewaan video. Blockbuster gagal untuk mengadopsi
model bisnis digital, meskipun mereka memiliki kesempatan untuk melakukannya.
Ketika Netflix mulai menawarkan layanan penyewaan film secara
online, Blockbuster tidak melihatnya sebagai ancaman yang serius, karena mereka
terjebak dalam pola pikir tradisional yang menganggap bahwa bisnis penyewaan
video fisik masih akan bertahan. Dalam budaya perusahaan Blockbuster, kegagalan
untuk mempertahankan status quo dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari,
sehingga perusahaan tersebut tidak pernah mengembangkan solusi inovatif yang
bisa membawa mereka ke era digital.
Di Indonesia, hambatan budaya juga sering terlihat pada
perusahaan-perusahaan yang masih sangat menghargai tradisi dan menganggap bahwa
cara-cara lama sudah cukup efektif. Misalnya, beberapa perusahaan di sektor
manufaktur dan distribusi sering kali menganggap inovasi teknologi sebagai hal
yang tidak terlalu penting, karena sudah merasa nyaman dengan metode-metode
lama. Karyawan di perusahaan-perusahaan ini sering kali enggan untuk mencoba ide-ide
baru karena takut dianggap salah atau gagal, padahal kegagalan adalah bagian
dari proses inovasi yang harus diterima.
Untuk mengatasi hambatan budaya ini, perusahaan perlu menciptakan lingkungan
yang mendukung eksperimen dan pembelajaran dari kegagalan. Mengubah pola pikir
perusahaan untuk lebih menghargai kreativitas, eksperimen, dan risiko yang
terkendali adalah langkah penting dalam mendorong inovasi. Menumbuhkan budaya
yang terbuka terhadap perubahan dan memberikan penghargaan terhadap ide-ide baru
dapat membantu perusahaan untuk tetap relevan di pasar yang dinamis.
Contoh Kasus Perusahaan yang Berhasil Mengatasi Hambatan Struktural dan
Budaya
Google adalah contoh perusahaan yang berhasil mengatasi
hambatan struktural dan budaya untuk menciptakan inovasi yang berkelanjutan.
Struktur organisasi Google sangat mendukung kreativitas dan inovasi. Mereka
mendorong karyawan untuk menghabiskan 20% dari waktu kerja mereka untuk
mengerjakan proyek pribadi yang dapat bermanfaat bagi perusahaan. Dengan kebijakan
ini, Google berhasil menciptakan produk-produk inovatif seperti Gmail dan
Google News. Selain itu, budaya perusahaan yang mendukung eksperimen dan
menerima kegagalan sebagai bagian dari proses inovasi memungkinkan karyawan
untuk terus berinovasi tanpa rasa takut gagal.
Di Indonesia, Gojek merupakan contoh lain dari perusahaan
yang berhasil mengatasi hambatan struktural dan budaya untuk meraih kesuksesan.
Gojek menerapkan struktur organisasi yang lebih fleksibel dan mengutamakan
komunikasi yang cepat antar tim untuk merespons perubahan pasar. Budaya yang
inklusif dan terbuka terhadap ide-ide baru juga menjadi faktor kunci dalam
keberhasilan mereka. Gojek berhasil mengubah cara orang Indonesia
bertransportasi dan berbelanja melalui aplikasi berbasis teknologi, yang
menunjukkan betapa pentingnya inovasi dalam memenangkan persaingan.
Hambatan struktural dan budaya terhadap inovasi merupakan tantangan yang
harus dihadapi oleh banyak perusahaan. Struktur organisasi yang hierarkis dan
birokratis dapat memperlambat pengambilan keputusan dan membatasi ruang bagi
ide-ide baru. Selain itu, budaya perusahaan yang tidak mendukung perubahan atau
yang menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang negatif dapat menghambat
kreativitas dan inovasi. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk
merancang struktur organisasi yang lebih fleksibel dan menciptakan budaya yang
mendukung eksperimen serta pembelajaran dari kegagalan.
Perusahaan yang berhasil mengatasi hambatan struktural dan budaya akan lebih
mampu beradaptasi dengan perubahan dan menciptakan produk atau layanan inovatif
yang dapat bersaing di pasar global. Dengan mengadopsi struktur yang lebih
terbuka dan budaya yang mendukung perubahan, perusahaan dapat menciptakan iklim
yang kondusif bagi inovasi dan memastikan kelangsungan hidup mereka dalam dunia
yang penuh dengan dinamika dan tantangan.
Untuk itu, perusahaan harus segera melakukan evaluasi terhadap struktur dan
budaya mereka, mencari hambatan-hambatan yang ada, dan mengimplementasikan
perubahan yang diperlukan. Perubahan yang mendukung inovasi tidak hanya akan
memberikan keuntungan jangka pendek, tetapi juga membantu perusahaan tetap
relevan dan berkembang dalam jangka panjang.
Mengatasi
Resistensi terhadap Inovasi
Inovasi merupakan faktor kunci bagi keberlanjutan dan daya saing perusahaan
dalam menghadapi perubahan lingkungan yang cepat dan dinamis. Namun, meskipun
inovasi sangat penting untuk kemajuan organisasi, banyak perusahaan menghadapi
hambatan yang signifikan dalam implementasi inovasi. Salah satu tantangan utama
yang sering dihadapi adalah resistensi terhadap perubahan, yang sebagian besar
berasal dari ketidakpastian dan ketakutan akan dampak negatif perubahan
tersebut. Karyawan sering kali merasa cemas dan khawatir akan kehilangan
pekerjaan atau tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi baru. Oleh karena
itu, penting bagi perusahaan untuk dapat mengelola resistensi ini agar inovasi
yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan memberikan hasil yang optimal.
Resistensi terhadap inovasi sering kali terjadi dalam berbagai bentuk, mulai
dari penolakan terbuka, ketidakpedulian, hingga perlawanan yang lebih halus.
Ketidakpastian ini biasanya muncul karena kurangnya pemahaman tentang tujuan
dan manfaat dari inovasi yang diterapkan. Untuk mengatasi resistensi ini,
perusahaan perlu merancang strategi yang melibatkan seluruh pihak dalam
organisasi, terutama dalam hal komunikasi dan pelatihan. Dengan pendekatan yang
tepat, resistensi yang awalnya terlihat sebagai hambatan besar dapat diubah
menjadi peluang untuk meningkatkan keterlibatan dan motivasi karyawan.
Proses inovasi yang berhasil tidak hanya bergantung pada ide-ide baru yang
diterapkan, tetapi juga pada bagaimana ide tersebut diterima dan
diimplementasikan oleh seluruh anggota organisasi. Pengelolaan perubahan yang
efektif adalah kunci untuk mengatasi tantangan ini. Perusahaan yang tidak mampu
mengelola resistensi terhadap inovasi berisiko kehilangan daya saing dan
terhambat dalam proses transformasi. Oleh karena itu, penting bagi para
pemimpin perusahaan untuk memahami dinamika resistensi ini dan merancang
pendekatan yang tepat agar perubahan dapat diterima dengan baik oleh seluruh
anggota organisasi.
Dalam konteks ini, komunikasi yang efektif dan pelatihan yang memadai
menjadi dua elemen penting yang perlu dikelola dengan baik. Karyawan perlu
merasa yakin bahwa mereka akan mendapat dukungan dalam menghadapi perubahan dan
bahwa perubahan tersebut akan memberikan manfaat jangka panjang, baik bagi
perusahaan maupun bagi mereka secara individu. Tanpa dukungan ini, inovasi
dapat gagal karena kurangnya komitmen dari karyawan.
Melihat pentingnya mengatasi resistensi terhadap inovasi, Kita akan membahas beberapa pendekatan yang
dapat digunakan perusahaan untuk mengelola resistensi ini dengan lebih baik. Pembahasan
ini juga akan mencakup contoh kasus dari perusahaan-perusahaan terkemuka yang
telah berhasil mengatasi resistensi dan berhasil melakukan inovasi dengan
sukses. Di akhir pembahasan, akan disarankan strategi yang dapat diterapkan
oleh perusahaan di Indonesia untuk menghadapi tantangan serupa.
1. Pentingnya Komunikasi yang Efektif dalam Mengatasi Resistensi
Komunikasi yang efektif merupakan kunci dalam mengatasi resistensi terhadap
inovasi. Ketika sebuah perusahaan memperkenalkan perubahan atau inovasi,
karyawan perlu memahami dengan jelas alasan di balik perubahan tersebut dan
bagaimana perubahan itu akan berdampak pada mereka. Tanpa komunikasi yang jelas
dan terbuka, ketidakpastian yang dialami karyawan dapat berkembang menjadi
resistensi yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki rencana
komunikasi yang matang yang mencakup penjelasan mengenai manfaat inovasi,
tujuan yang ingin dicapai, dan dampaknya bagi kesejahteraan karyawan.
Salah satu contoh perusahaan yang berhasil menerapkan komunikasi efektif
adalah Microsoft. Ketika Microsoft melakukan transformasi besar-besaran dengan
mengalihkan fokus dari software berbasis desktop ke model berbasis cloud,
banyak karyawan yang awalnya merasa skeptis dan cemas tentang perubahan
tersebut. Microsoft mengatasi masalah ini dengan memberikan informasi yang
transparan dan menjelaskan dengan rinci mengenai manfaat perubahan ini, baik
bagi perusahaan maupun bagi karyawan itu sendiri. Komunikasi yang terbuka ini
membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan penerimaan terhadap perubahan.
Di Indonesia, Telkom Indonesia juga menghadapi tantangan serupa saat beralih
ke layanan digital dan teknologi berbasis internet. Untuk mengurangi
resistensi, Telkom Indonesia mengadakan sesi komunikasi internal yang
memperkenalkan perubahan ini secara menyeluruh. Manajemen menjelaskan bahwa
perubahan tersebut merupakan langkah penting untuk tetap relevan di era digital
dan bahwa karyawan akan diberikan dukungan yang diperlukan untuk beradaptasi
dengan teknologi baru. Dengan komunikasi yang jelas dan tepat waktu, resistensi
terhadap perubahan dapat dikurangi dan transisi berjalan lebih lancar.
2. Pentingnya Pelatihan dalam Menghadapi Perubahan
Selain komunikasi yang efektif, pelatihan juga merupakan salah satu cara untuk
mengatasi resistensi terhadap inovasi. Ketika perusahaan melakukan perubahan,
terutama yang melibatkan teknologi baru atau cara kerja baru, karyawan harus
diberikan pelatihan yang memadai agar mereka merasa lebih siap dan percaya
diri. Pelatihan ini membantu mengurangi ketakutan karyawan terhadap perubahan
dan memberikan mereka keterampilan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan
situasi baru. Karyawan yang terlatih dengan baik cenderung lebih mudah menerima
perubahan dan merasa lebih terlibat dalam proses inovasi.
Microsoft, dalam contoh sebelumnya, juga menunjukkan betapa pentingnya
pelatihan dalam transisi mereka ke layanan berbasis cloud. Perusahaan ini tidak
hanya mengandalkan komunikasi yang efektif, tetapi juga menyediakan pelatihan
yang komprehensif untuk membantu karyawan memahami teknologi baru yang akan
digunakan. Dengan adanya pelatihan yang tepat, karyawan merasa lebih siap
menghadapi perubahan dan lebih percaya diri dalam menjalankan tugas mereka di
lingkungan yang baru.
Di Indonesia, perusahaan seperti Telkom Indonesia juga menerapkan program
pelatihan untuk mengurangi resistensi terhadap perubahan. Telkom Indonesia
mengadakan berbagai pelatihan yang tidak hanya mencakup keterampilan teknis,
tetapi juga keterampilan dalam menghadapi perubahan organisasi dan budaya kerja
yang lebih dinamis. Pelatihan ini membantu karyawan merasa lebih terlibat dalam
proses transformasi perusahaan dan mendukung kelancaran implementasi inovasi.
3. Studi Kasus: Microsoft dan Telkom Indonesia dalam Mengatasi
Resistensi
Studi kasus Microsoft dan Telkom Indonesia menunjukkan betapa pentingnya
manajemen perubahan yang efektif dalam mengatasi resistensi terhadap inovasi.
Microsoft, sebagai contoh perusahaan global, berhasil mengatasi resistensi
terhadap perubahan besar yang melibatkan teknologi baru dengan menggunakan
komunikasi yang jelas dan pelatihan yang memadai. Proses perubahan ini
memerlukan kesabaran dan perhatian terhadap kebutuhan karyawan, namun hasil
akhirnya menunjukkan bahwa keberhasilan inovasi sangat bergantung pada
kemampuan perusahaan untuk memfasilitasi adaptasi yang lancar bagi karyawan.
Telkom Indonesia juga menghadapi tantangan serupa ketika mereka beralih ke
layanan digital. Resistensi terhadap perubahan ini muncul karena karyawan
merasa khawatir akan perubahan besar dalam struktur perusahaan dan teknologi
yang digunakan. Namun, dengan program pelatihan yang efektif dan komunikasi
yang terbuka, Telkom Indonesia berhasil mengurangi resistensi ini dan
bertransformasi menjadi perusahaan yang lebih siap menghadapi tuntutan
digitalisasi di industri telekomunikasi.
Mengatasi resistensi terhadap inovasi merupakan tantangan besar bagi
perusahaan. Karyawan sering kali merasa cemas atau takut terhadap perubahan
yang dianggap dapat merugikan mereka. Namun, dengan komunikasi yang efektif dan
pelatihan yang tepat, perusahaan dapat mengurangi resistensi ini dan mendorong
keberhasilan implementasi inovasi. Melalui komunikasi yang jelas dan terbuka,
serta pemberian keterampilan yang diperlukan melalui pelatihan, perusahaan
dapat memastikan bahwa karyawan siap untuk beradaptasi dengan perubahan dan
melihat manfaat dari inovasi yang diterapkan.
Contoh-contoh dari Microsoft dan Telkom Indonesia memberikan gambaran yang
jelas mengenai bagaimana perusahaan dapat mengelola resistensi dengan cara yang
konstruktif. Keberhasilan kedua perusahaan ini menunjukkan bahwa resistensi
terhadap inovasi bukanlah hambatan yang tidak bisa diatasi, melainkan tantangan
yang dapat dihadapi dengan pendekatan yang tepat. Oleh karena itu, perusahaan
perlu merancang strategi yang holistik dan melibatkan seluruh karyawan dalam
proses perubahan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi.
Keberhasilan mengatasi resistensi terhadap inovasi tidak hanya berdampak
pada kelancaran implementasi inovasi itu sendiri, tetapi juga pada budaya
perusahaan yang lebih terbuka dan adaptif. Dengan demikian, mengelola
resistensi terhadap inovasi bukan hanya soal menghadapi perubahan teknologi,
tetapi juga tentang menciptakan perubahan dalam cara berpikir dan berperilaku
di dalam organisasi.
Kesimpulan
Inovasi adalah elemen yang sangat
penting dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif. Untuk mendorong inovasi,
perusahaan harus menciptakan budaya organisasi yang mendukung kreativitas dan
eksperimen. Selain itu, teknologi dan globalisasi memberikan peluang yang besar
bagi perusahaan untuk mengembangkan produk dan layanan baru yang dapat memenuhi
kebutuhan pasar.
Namun, meskipun ada banyak faktor
yang mendorong inovasi, perusahaan juga harus menghadapi hambatan struktural
dan budaya yang dapat menghambat proses inovasi. Oleh karena itu, perusahaan
perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi hambatan tersebut dan
mengurangi resistensi terhadap inovasi. Dengan strategi yang tepat, perusahaan
dapat menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dan keberlanjutan di masa
depan.
Daftar
Pustaka
- Christensen, C. M., Raynor, M. E., & McDonald, R.
(2015). Disrupting Class: How Disruptive Innovation Will Change the Way
the World Learns. McGraw-Hill Education.
- Tushman, M. L., & O'Reilly, C. A. (2016). Winning
Through Innovation: A Practical Guide to Leading Organizational Change and
Renewal. Harvard Business Press.
- Brown, T. (2019). Change by Design: How Design
Thinking Creates New Alternatives for Business and Society.
HarperBusiness.
- Teece, D. J. (2017). Business Models, Business
Strategy and Innovation. Long Range Planning, 50(1), 37-56.
- Schilling, M. A. (2016). Strategic Management of
Technological Innovation. McGraw-Hill Education.
- Leonard-Barton, D. (2016). The Wellspring of Knowledge:
Building and Sustaining the Culture of Innovation. Harvard Business
Press.
- Drucker, P. F. (2017). Innovation and
Entrepreneurship: Practice and Principles. HarperBusiness.
- Reiss, S. (2018). Innovation in Business:
Understanding the Impacts of Technology and Globalization. Routledge.
0 Response to "Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Inovasi"
Posting Komentar