Perilaku Kelompok dalam Organisasi
Pendahuluan
Dalam dunia organisasi, manusia
tidak bekerja secara individu, melainkan dalam kelompok yang menjadi bagian
integral dari kehidupan profesional. Kelompok ini terbentuk melalui proses
dinamis yang mencerminkan interaksi, tujuan bersama, serta hubungan
interpersonal. Penting untuk memahami bahwa perilaku kelompok memainkan peranan
yang signifikan dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi. Oleh karena
itu, memahami bagaimana kelompok terbentuk, berkembang, dan berfungsi adalah
hal yang esensial dalam manajemen.
Pembentukan kelompok bukan hanya
fenomena sosial tetapi juga merupakan kebutuhan organisasi untuk menciptakan
sinergi dan mencapai tujuan yang lebih besar. Berbagai teori mencoba
menjelaskan proses ini, mulai dari teori propinquity hingga teori pertukaran.
Dalam praktik, alasan-alasan praktis seperti kebutuhan ekonomi, keamanan, dan
sosial juga turut mendorong terbentuknya kelompok. Hal ini menegaskan bahwa
pembentukan kelompok tidak hanya bergantung pada teori semata tetapi juga pada
kebutuhan kontekstual.
Selain memahami teori pembentukan
kelompok, penting juga untuk mengenali berbagai bentuk kelompok yang ada.
Kelompok primer, formal, informal, terbuka, tertutup, hingga kelompok
referensi, semuanya memiliki karakteristik dan peran masing-masing dalam
organisasi. Keberagaman ini mencerminkan kompleksitas hubungan antarindividu
yang tidak dapat disederhanakan.
Interaksi dalam kelompok juga
dipengaruhi oleh daya tarik antarindividu yang didasarkan pada faktor-faktor
seperti kesempatan berinteraksi, status, kesamaan latar belakang, dan kesamaan
sikap. Faktor-faktor ini menentukan sejauh mana individu dapat bekerja sama
secara efektif dalam kelompok. Sebagai contoh, kelompok kerja yang memiliki
latar belakang serupa cenderung lebih mudah mencapai kesepakatan dibandingkan
dengan kelompok yang sangat heterogen.
Artikel ini bertujuan untuk menggali
lebih dalam konsep perilaku kelompok dalam organisasi. Dengan menyertakan
teori-teori utama, deskripsi bentuk kelompok, faktor-faktor yang memengaruhi
daya tarik antarindividu, serta contoh kasus, pembahasan ini diharapkan
memberikan pemahaman yang komprehensif. Kesimpulan di akhir tulisan ini akan
merangkum temuan-temuan penting, sementara daftar pustaka akan menyajikan
referensi yang relevan.
Teori
Pembentukan Kelompok
Kelompok merupakan bagian mendasar
dari organisasi, dan berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan
pembentukannya. Pemahaman mengenai teori-teori ini penting bagi manajer dan
pemimpin organisasi untuk menciptakan kelompok yang efektif.
Teori Kedekatan (Propinquity Theory)
Teori kedekatan menjelaskan bahwa
pembentukan kelompok sering kali didasarkan pada kedekatan geografis atau
spasial. Orang-orang yang bekerja atau tinggal dalam jarak dekat lebih
cenderung berinteraksi dan membentuk hubungan sosial. Sebagai contoh, dalam
sebuah kantor, karyawan yang duduk berdekatan sering kali menjadi teman kerja
yang lebih akrab dibandingkan dengan mereka yang berada di departemen lain.
Fenomena ini menunjukkan bahwa jarak fisik memainkan peran penting dalam
membangun hubungan awal.
Teori Keseimbangan (A Balance Theory
of Group Formation)
Theodore Newcomb mengembangkan teori
keseimbangan yang menekankan bahwa kesamaan sikap terhadap tujuan tertentu
dapat menjadi dasar pembentukan kelompok. Misalnya, dalam sebuah proyek tim,
individu yang memiliki visi dan nilai yang sejalan cenderung membentuk kelompok
yang kohesif. Teori ini relevan dalam organisasi modern yang membutuhkan
kolaborasi lintas fungsi untuk mencapai tujuan strategis.
Teori Pertukaran (Exchange Theory)
Teori pertukaran menggambarkan
pembentukan kelompok sebagai hasil dari interaksi yang melibatkan penghargaan
dan biaya. Individu cenderung membentuk kelompok jika manfaat yang mereka
peroleh lebih besar daripada biaya yang mereka keluarkan. Contohnya, karyawan
bergabung dalam serikat pekerja untuk memperoleh perlindungan terhadap hak-hak
mereka, meskipun mereka harus membayar iuran keanggotaan.
Alasan-Alasan Praktis
Selain teori-teori tersebut,
alasan-alasan praktis juga sering menjadi pendorong pembentukan kelompok.
Misalnya, karyawan membentuk kelompok untuk melindungi kepentingan mereka dalam
menghadapi diskriminasi atau meningkatkan rasa aman dalam pekerjaan. Dalam
konteks sosial, kelompok juga terbentuk untuk memenuhi kebutuhan afiliasi dan
rasa memiliki.
Contoh Kasus
Sebuah perusahaan manufaktur
menghadapi tantangan dalam menyatukan karyawan dari berbagai divisi. Melalui
program pelatihan bersama yang mempertemukan karyawan dari berbagai departemen,
perusahaan berhasil membentuk kelompok kerja lintas fungsi yang kohesif.
Kedekatan yang diciptakan dalam pelatihan ini menjadi dasar pembentukan
hubungan yang produktif.
Bentuk-Bentuk
Kelompok
Kelompok dalam organisasi memiliki
berbagai bentuk, masing-masing dengan karakteristik uniknya.
Kelompok Primer
Charles H. Cooley menggambarkan
kelompok primer sebagai kelompok yang ditandai dengan keakraban, kerja sama,
dan hubungan tatap muka. Contohnya adalah keluarga atau kelompok teman dekat.
Dalam organisasi, kelompok primer sering kali muncul dalam bentuk peer group
yang memiliki loyalitas dan solidaritas tinggi.
Kelompok Formal dan Informal
Kelompok formal dibentuk secara
resmi oleh organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, seperti tim proyek atau
komite. Sebaliknya, kelompok informal terbentuk secara spontan berdasarkan
interaksi dan kebutuhan sosial. Contohnya adalah kelompok karyawan yang
berkumpul saat makan siang untuk berbagi pengalaman dan ide.
Kelompok Terbuka dan Tertutup
Kelompok terbuka bersifat fleksibel
dan responsif terhadap perubahan, sedangkan kelompok tertutup cenderung
mempertahankan stabilitas dan resistensi terhadap pembaruan. Misalnya, tim
inovasi di sebuah perusahaan teknologi sering kali bersifat terbuka, sedangkan
tim keuangan mungkin lebih konservatif.
Kelompok Referensi
Kelompok referensi adalah kelompok
yang dijadikan acuan oleh individu dalam membentuk sikap dan nilai. Contohnya
adalah seorang mahasiswa yang menjadikan komunitas profesional tertentu sebagai
referensi untuk karier masa depan.
Dasar
Daya Tarik Antar Individu dalam Organisasi
Daya tarik antarindividu memainkan
peran penting dalam pembentukan kelompok. Faktor-faktor utama yang memengaruhi
daya tarik ini meliputi:
Kesempatan untuk Berinteraksi
Kesempatan berinteraksi meningkat
dengan kedekatan fisik dan psikologis. Sebagai contoh, karyawan yang bekerja
dalam satu ruangan memiliki peluang lebih besar untuk membangun hubungan
dibandingkan dengan mereka yang bekerja dari jarak jauh.
Status
Status juga memengaruhi daya tarik.
Orang cenderung tertarik untuk berinteraksi dengan individu yang memiliki
status serupa atau lebih tinggi. Hal ini sering terlihat dalam organisasi di
mana karyawan mencari mentor yang dapat membantu mereka berkembang.
Kesamaan Latar Belakang dan Sikap
Kesamaan dalam usia, pendidikan,
atau pengalaman kerja dapat memperkuat hubungan antarindividu. Dalam proyek
tim, anggota dengan sikap yang sejalan cenderung bekerja lebih efektif bersama.
Kesimpulan
Perilaku kelompok dalam organisasi
adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari
teori pembentukan hingga dinamika hubungan antarindividu. Pemahaman yang
mendalam tentang perilaku kelompok memungkinkan organisasi untuk menciptakan
tim yang lebih produktif dan harmonis.
Daftar
Pustaka
- Cooley, Charles H. Social Organization: A Study of
the Larger Mind. New York: Charles Scribner’s Sons, 1909.
- Homans, George C. The Human Group. New York:
Harcourt, Brace & World, 1950.
- Kolasa, Blair J. Introduction to Behavioral Science
for Business. New York: John Wiley & Sons, 1969.
- Lott, Albert J., and Lott, Bernice E. Group Cohesion
and Interaction. Belmont: Wadsworth Publishing, 1965.
- Newcomb, Theodore M. The Acquaintance Process.
New York: Holt, Rinehart and Winston, 1961.
- Reitz, Henry J. Behavior in Organizations.
Homewood, IL: Richard D. Irwin, 1977.
- Robbins, Stephen P., and Judge, Timothy A. Organizational Behavior. Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall, 2007.
0 Response to "Perilaku Kelompok dalam Organisasi"
Posting Komentar