Sarana belajar yang memadukan teori akademis dengan pendekatan praktis dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman konseptual dan penerapannya di dunia nyata. Serta memberikan kerangka berpikir yang kuat melalui teori-teori dasar, sementara praktiknya memberikan wawasan tentang bagaimana konsep tersebut digunakan dalam konteks nyata.

Pengukuran Kinerja Pusat Pendapatan Dan Pusat Biaya

 

Pendahuluan

Pengukuran kinerja dalam sebuah organisasi memegang peran penting untuk menilai efektivitas unit kerja serta manajemen yang bertanggung jawab atasnya. Pengukuran kinerja dapat difokuskan pada dua aspek utama, yaitu kinerja unit organisasi secara keseluruhan dan kinerja individu manajer yang mengendalikan unit tersebut. Dalam pengukuran ini, elemen-elemen biaya dan pendapatan memiliki karakteristik yang berbeda, tergantung pada kemampuan pengendalian manajer. Artikel ini akan menguraikan pengukuran kinerja pusat biaya dan pusat pendapatan, tantangan yang dihadapi dalam pengukuran tersebut, serta contoh kasus yang relevan untuk memperjelas pemahaman.

Pengukuran Kinerja Pusat Biaya

Konsep Dasar Pusat Biaya

Pusat biaya adalah unit dalam organisasi yang kinerjanya dinilai berdasarkan efisiensi pengelolaan biaya. Biaya yang digunakan untuk pengukuran kinerja dapat dibagi menjadi biaya terkendali (controllable cost) dan biaya tak terkendali (uncontrollable cost).

  1. Biaya terkendali adalah biaya yang dapat langsung dipengaruhi oleh manajer, seperti biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel.
  2. Biaya tak terkendali adalah biaya yang berada di luar kendali manajer, seperti penyusutan gedung pabrik yang keputusannya ditentukan oleh manajemen tingkat atas.

Pengukuran kinerja yang efektif harus fokus pada biaya yang dapat dikendalikan agar manajer memiliki panduan yang jelas dalam menjalankan fungsinya.

Contoh Kasus: Di sebuah perusahaan manufaktur, manajer produksi bertanggung jawab atas biaya produksi harian. Namun, biaya penyusutan peralatan pabrik tidak masuk dalam pengukuran kinerjanya karena berada di luar kontrol manajer tersebut. Fokus manajer lebih kepada pengendalian biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk meningkatkan efisiensi produksi.

Pusat Biaya Kebijakan

Pusat biaya kebijakan atau discretionary expense center adalah unit yang biaya input dan outputnya sulit diukur secara langsung. Contoh utama dari pusat biaya kebijakan adalah departemen penelitian dan pengembangan (litbang) atau layanan pemadam kebakaran internal perusahaan.

Di unit ini, hubungan antara biaya dan hasil tidak dapat dinilai dengan pendekatan teknis karena sifatnya yang tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, anggaran biaya kebijakan ditetapkan berdasarkan kebijakan manajemen sebagai batas maksimum penggunaan sumber daya dalam periode tertentu.

Contoh Kasus: Sebuah perusahaan teknologi mengalokasikan anggaran tetap sebesar Rp10 miliar untuk penelitian dan pengembangan. Meskipun tidak ada jaminan bahwa investasi tersebut akan menghasilkan produk baru dalam tahun anggaran berjalan, alokasi biaya tetap harus dilakukan demi keberlanjutan inovasi di masa depan.

Evaluasi Kinerja Pusat Biaya

Evaluasi kinerja pusat biaya dilakukan dengan membandingkan biaya yang dianggarkan dengan biaya aktual yang terjadi. Selisih antara anggaran dan realisasi dapat berupa overbudget atau underbudget, namun hasil tersebut bukan satu-satunya indikator efisiensi kinerja.

  1. Overbudget tidak selalu menunjukkan inefisiensi, sebab bisa jadi penyebabnya adalah faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan.
  2. Underbudget juga tidak selalu menandakan efisiensi, karena pengurangan biaya yang ekstrem dapat menghambat produktivitas.

Pengukuran Kinerja Pusat Pendapatan

Konsep Dasar Pusat Pendapatan

Pusat pendapatan adalah unit yang bertanggung jawab atas perolehan pendapatan organisasi. Kinerja pusat pendapatan diukur dengan membandingkan realisasi pendapatan terhadap anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pusat pendapatan memiliki peran penting dalam aktivitas penjualan produk atau penyediaan layanan yang langsung menghasilkan pendapatan.

Anggaran statis digunakan sebagai tolok ukur dalam menilai kinerja pusat pendapatan. Anggaran statis adalah anggaran yang ditetapkan berdasarkan kapasitas atau jumlah kegiatan tertentu.

Contoh Kasus: Sebuah tim penjualan di perusahaan distribusi memiliki target pendapatan sebesar Rp50 miliar dalam satu tahun. Evaluasi kinerja dilakukan dengan membandingkan pendapatan aktual yang diperoleh tim tersebut dengan target yang telah ditetapkan. Jika realisasi pendapatan mencapai Rp52 miliar, maka kinerja dinilai baik meskipun terdapat biaya tambahan untuk mencapai hasil tersebut.

Tantangan dalam Pengukuran Kinerja Pusat Pendapatan

Pengukuran kinerja pusat pendapatan memiliki tantangan tersendiri, terutama dalam menentukan target pendapatan yang realistis dan fleksibel. Kinerja tim penjualan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, seperti perubahan kondisi pasar, persaingan, dan tren ekonomi.

Selain itu, perlu diperhatikan bahwa peningkatan pendapatan tidak selalu mencerminkan efisiensi. Dalam beberapa kasus, biaya tambahan yang besar mungkin diperlukan untuk mencapai target pendapatan, sehingga keuntungan bersih menjadi berkurang.

Kesimpulan

Pengukuran kinerja pusat biaya dan pusat pendapatan merupakan komponen penting dalam pengendalian manajemen. Pusat biaya menitikberatkan pada pengelolaan efisiensi penggunaan biaya terkendali, sementara pusat pendapatan fokus pada perolehan pendapatan sesuai target yang telah ditetapkan. Namun, kedua pusat ini memiliki tantangan tersendiri dalam pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja yang efektif harus mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat dan tidak dapat dikendalikan oleh manajer. Dengan pendekatan yang tepat, pengukuran kinerja dapat menjadi alat yang efektif untuk mendorong pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.

Daftar Pustaka

  1. Anthony, R. N., Govindarajan, V. (2011). Management Control Systems. McGraw-Hill.
  2. Hansen, D. R., Mowen, M. M. (2015). Cost Management: Accounting and Control. Cengage Learning.
  3. Horngren, C. T., Datar, S. M., Rajan, M. V. (2015). Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Pearson Education.
  4. Kaplan, R. S., Atkinson, A. A. (1998). Advanced Management Accounting. Prentice Hall.
  5. Simons, R. (2000). Performance Measurement and Control Systems for Implementing Strategy. Prentice Hall.

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengukuran Kinerja Pusat Pendapatan Dan Pusat Biaya"

Posting Komentar