Pengukuran Kinerja Pusat Pendapatan Dan Pusat Biaya
Pendahuluan
Pengukuran kinerja dalam sebuah
organisasi memegang peran penting untuk menilai efektivitas unit kerja serta
manajemen yang bertanggung jawab atasnya. Pengukuran kinerja dapat difokuskan
pada dua aspek utama, yaitu kinerja unit organisasi secara keseluruhan dan
kinerja individu manajer yang mengendalikan unit tersebut. Dalam pengukuran
ini, elemen-elemen biaya dan pendapatan memiliki karakteristik yang berbeda,
tergantung pada kemampuan pengendalian manajer. Artikel ini akan menguraikan
pengukuran kinerja pusat biaya dan pusat pendapatan, tantangan yang dihadapi
dalam pengukuran tersebut, serta contoh kasus yang relevan untuk memperjelas
pemahaman.
Pengukuran Kinerja Pusat Biaya
Konsep Dasar Pusat Biaya
Pusat biaya adalah unit dalam
organisasi yang kinerjanya dinilai berdasarkan efisiensi pengelolaan biaya.
Biaya yang digunakan untuk pengukuran kinerja dapat dibagi menjadi biaya
terkendali (controllable cost) dan biaya tak terkendali
(uncontrollable cost).
- Biaya terkendali
adalah biaya yang dapat langsung dipengaruhi oleh manajer, seperti biaya
bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel.
- Biaya tak terkendali
adalah biaya yang berada di luar kendali manajer, seperti penyusutan
gedung pabrik yang keputusannya ditentukan oleh manajemen tingkat atas.
Pengukuran kinerja yang efektif
harus fokus pada biaya yang dapat dikendalikan agar manajer memiliki panduan
yang jelas dalam menjalankan fungsinya.
Contoh Kasus: Di sebuah perusahaan manufaktur, manajer produksi
bertanggung jawab atas biaya produksi harian. Namun, biaya penyusutan peralatan
pabrik tidak masuk dalam pengukuran kinerjanya karena berada di luar kontrol
manajer tersebut. Fokus manajer lebih kepada pengendalian biaya bahan baku dan
tenaga kerja langsung untuk meningkatkan efisiensi produksi.
Pusat Biaya Kebijakan
Pusat biaya kebijakan atau discretionary
expense center adalah unit yang biaya input dan outputnya sulit diukur
secara langsung. Contoh utama dari pusat biaya kebijakan adalah departemen
penelitian dan pengembangan (litbang) atau layanan pemadam kebakaran internal
perusahaan.
Di unit ini, hubungan antara biaya
dan hasil tidak dapat dinilai dengan pendekatan teknis karena sifatnya yang
tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, anggaran biaya kebijakan ditetapkan
berdasarkan kebijakan manajemen sebagai batas maksimum penggunaan sumber daya
dalam periode tertentu.
Contoh Kasus: Sebuah perusahaan teknologi mengalokasikan anggaran tetap
sebesar Rp10 miliar untuk penelitian dan pengembangan. Meskipun tidak ada
jaminan bahwa investasi tersebut akan menghasilkan produk baru dalam tahun
anggaran berjalan, alokasi biaya tetap harus dilakukan demi keberlanjutan
inovasi di masa depan.
Evaluasi Kinerja Pusat Biaya
Evaluasi kinerja pusat biaya
dilakukan dengan membandingkan biaya yang dianggarkan dengan biaya aktual yang
terjadi. Selisih antara anggaran dan realisasi dapat berupa overbudget
atau underbudget, namun hasil tersebut bukan satu-satunya indikator
efisiensi kinerja.
- Overbudget
tidak selalu menunjukkan inefisiensi, sebab bisa jadi penyebabnya adalah
faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan.
- Underbudget
juga tidak selalu menandakan efisiensi, karena pengurangan biaya yang
ekstrem dapat menghambat produktivitas.
Pengukuran Kinerja Pusat Pendapatan
Konsep Dasar Pusat Pendapatan
Pusat pendapatan adalah unit yang
bertanggung jawab atas perolehan pendapatan organisasi. Kinerja pusat
pendapatan diukur dengan membandingkan realisasi pendapatan terhadap anggaran
yang telah ditetapkan sebelumnya. Pusat pendapatan memiliki peran penting dalam
aktivitas penjualan produk atau penyediaan layanan yang langsung menghasilkan
pendapatan.
Anggaran statis digunakan sebagai
tolok ukur dalam menilai kinerja pusat pendapatan. Anggaran statis adalah
anggaran yang ditetapkan berdasarkan kapasitas atau jumlah kegiatan tertentu.
Contoh Kasus: Sebuah tim penjualan di perusahaan distribusi memiliki
target pendapatan sebesar Rp50 miliar dalam satu tahun. Evaluasi kinerja
dilakukan dengan membandingkan pendapatan aktual yang diperoleh tim tersebut
dengan target yang telah ditetapkan. Jika realisasi pendapatan mencapai Rp52
miliar, maka kinerja dinilai baik meskipun terdapat biaya tambahan untuk
mencapai hasil tersebut.
Tantangan dalam Pengukuran Kinerja
Pusat Pendapatan
Pengukuran kinerja pusat pendapatan
memiliki tantangan tersendiri, terutama dalam menentukan target pendapatan yang
realistis dan fleksibel. Kinerja tim penjualan dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor eksternal, seperti perubahan kondisi pasar, persaingan, dan tren
ekonomi.
Selain itu, perlu diperhatikan bahwa
peningkatan pendapatan tidak selalu mencerminkan efisiensi. Dalam beberapa
kasus, biaya tambahan yang besar mungkin diperlukan untuk mencapai target
pendapatan, sehingga keuntungan bersih menjadi berkurang.
Kesimpulan
Pengukuran kinerja pusat biaya dan
pusat pendapatan merupakan komponen penting dalam pengendalian manajemen. Pusat
biaya menitikberatkan pada pengelolaan efisiensi penggunaan biaya terkendali,
sementara pusat pendapatan fokus pada perolehan pendapatan sesuai target yang
telah ditetapkan. Namun, kedua pusat ini memiliki tantangan tersendiri dalam
pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja yang efektif harus mempertimbangkan
faktor-faktor yang dapat dan tidak dapat dikendalikan oleh manajer. Dengan
pendekatan yang tepat, pengukuran kinerja dapat menjadi alat yang efektif untuk
mendorong pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
Daftar Pustaka
- Anthony, R. N., Govindarajan, V. (2011). Management
Control Systems. McGraw-Hill.
- Hansen, D. R., Mowen, M. M. (2015). Cost Management:
Accounting and Control. Cengage Learning.
- Horngren, C. T., Datar, S. M., Rajan, M. V. (2015). Cost
Accounting: A Managerial Emphasis. Pearson Education.
- Kaplan, R. S., Atkinson, A. A. (1998). Advanced
Management Accounting. Prentice Hall.
- Simons, R. (2000). Performance Measurement and
Control Systems for Implementing Strategy. Prentice Hall.
0 Response to "Pengukuran Kinerja Pusat Pendapatan Dan Pusat Biaya"
Posting Komentar