Sarana belajar yang memadukan teori akademis dengan pendekatan praktis dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman konseptual dan penerapannya di dunia nyata. Serta memberikan kerangka berpikir yang kuat melalui teori-teori dasar, sementara praktiknya memberikan wawasan tentang bagaimana konsep tersebut digunakan dalam konteks nyata.

Penghakiman

 


Di antara langit yang merona senja dan bumi yang tak henti bernafas, ada suara-suara yang berbisik di antara hembusan angin suara penghakiman yang tak terlihat, namun terasa menusuk hingga ke dalam jiwa.

Manusia, dalam kegamangan batinnya, sering kali lupa bahwa cinta bukanlah api yang menyala karena keangkuhan, bukan pula ombak yang bergulung oleh gelombang kesombongan. Cinta adalah embun pagi yang jatuh tanpa suara, menghidupi rerumputan tanpa memilih mana yang lebih hijau dan mana yang layu. Tetapi, saat penghakiman bertunas di hati, embun itu tak lagi hadir. Ia menguap oleh panasnya kesalahpahaman, oleh bara amarah yang diam-diam membakar jembatan hati.

Kita menghakimi sebelum mengenal, menyimpulkan sebelum mendengar, menjauh sebelum mencoba mendekat. Lalu, tanpa sadar, cinta perlahan menjadi bayang-bayang yang samar, menghilang di balik dinding prasangka yang kita bangun sendiri.

Semakin banyak kita mengukur seseorang dengan neraca penuh prasangka, semakin sempit ruang bagi kasih untuk bernafas. Seperti daun yang luruh sebelum musim gugur tiba, begitu pula cinta yang gugur sebelum sempat mekar, hanya karena kita lebih memilih menilai daripada memahami, lebih memilih menghakimi daripada merangkul dengan empati.

Cinta, pada akhirnya, bukan tentang mencari kesempurnaan, bukan pula tentang menimbang-nimbang siapa yang pantas dan siapa yang tidak. Cinta adalah keikhlasan yang tumbuh tanpa syarat, ia tidak menuntut, tidak menghakimi, dan tidak meminta balasan selain keberadaannya sendiri. Namun, di dunia yang dipenuhi penilaian, cinta sering kali kalah oleh bisikan-bisikan yang mempertanyakan segalanya.

Betapa banyak hati yang merindukan pelukan, tetapi terhalang oleh dinding prasangka?
Betapa banyak kasih yang bisa bertumbuh, tetapi mati sebelum sempat bersemi karena terlalu banyak penghakiman?

Dan begitulah akhirnya, semakin banyak kita menghakimi, semakin sedikit cinta yang tersisa. Seperti burung yang kehilangan langitnya, seperti laut yang kehilangan kedalamannya.

Maka, sebelum cinta benar-benar punah dari genggaman kita, mari belajar untuk melihat dengan hati, bukan hanya dengan mata yang terbiasa menilai. Sebab, hanya dengan cinta yang tulus, kita bisa menyentuh keabadian yang sesungguhnya keabadian yang tidak diukur dengan seberapa sempurna seseorang, tetapi dengan seberapa besar kita mampu menerima mereka, tanpa syarat, tanpa prasangka, tanpa batas.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Penghakiman"

Posting Komentar