Struktur Modal dan Biaya Modal
Pendahuluan
Struktur modal merujuk pada
komposisi antara sumber pendanaan yang digunakan oleh perusahaan untuk
membiayai kegiatan operasional dan investasi jangka panjangnya. Sumber
pendanaan ini biasanya terdiri dari ekuitas (modal sendiri) dan utang (modal
asing). Pilihan struktur modal yang tepat sangat penting karena dapat
mempengaruhi risiko finansial perusahaan, biaya modal, dan nilai perusahaan itu
sendiri.
Biaya modal mengacu pada tingkat
pengembalian minimum yang harus diperoleh perusahaan untuk memuaskan para
penyedia modal, baik pemegang saham maupun kreditor. Salah satu konsep yang
penting dalam manajemen keuangan adalah mencari struktur modal yang optimal,
yang memungkinkan perusahaan meminimalkan biaya modal sambil mempertahankan
risiko yang dapat diterima.
1.
Teori Struktur Modal
1.1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional mengenai
struktur modal dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1950-an.
Menurut pandangan ini, perusahaan dapat meminimalkan biaya modal dengan memilih
proporsi antara utang dan ekuitas yang optimal. Teori ini berargumen bahwa
biaya modal akan bervariasi tergantung pada struktur modal perusahaan, dengan
biaya utang yang lebih rendah daripada biaya ekuitas, karena utang memberikan
pajak yang lebih rendah (dalam bentuk pengurangan pajak bunga).
Namun, pendekatan tradisional juga
menyatakan bahwa ada batasan pada penggunaan utang yang lebih tinggi. Terlalu
banyak utang dapat meningkatkan risiko kebangkrutan, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan biaya ekuitas. Oleh karena itu, ada titik tertentu di mana
menambah utang lebih banyak tidak lagi menguntungkan dan malah meningkatkan
biaya modal secara keseluruhan.
Contoh:
Misalkan sebuah perusahaan memiliki utang sebesar 30% dari total modalnya. Pada
tahap awal, menambah utang akan menurunkan biaya modal, karena utang lebih
murah daripada ekuitas. Namun, setelah perusahaan meningkatkan utangnya lebih
jauh, misalnya menjadi 70%, perusahaan akan dianggap lebih berisiko oleh investor,
dan biaya ekuitas (cost of equity) akan meningkat, sehingga menaikkan biaya
modal rata-rata tertimbang (WACC).
1.2. Teori Modigliani dan Miller
(MM)
Teori Modigliani-Miller (MM) yang
dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller pada tahun
1958 menyatakan bahwa, dalam kondisi pasar yang sempurna (tanpa pajak, biaya
kebangkrutan, dan informasi yang tidak simetris), struktur modal tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Artinya, nilai perusahaan hanya bergantung pada
arus kas yang dihasilkan oleh aset perusahaan, dan bukan pada cara perusahaan
membiayai dirinya (baik melalui utang atau ekuitas).
Namun, Modigliani dan Miller
memperkenalkan konsep bahwa ketika ada pajak, penggunaan utang yang lebih
tinggi dapat meningkatkan nilai perusahaan karena bunga utang dapat dikurangkan
dari pajak. Dalam situasi ini, perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari
penghematan pajak yang lebih besar, yang dikenal dengan istilah tax shield.
Contoh: Jika perusahaan memiliki laba sebelum pajak sebesar
Rp1.000.000.000 dan bunga utang sebesar Rp200.000.000, maka penghematan pajak
yang diperoleh perusahaan dari utang tersebut adalah sebesar Rp200.000.000 x
tarif pajak (misalnya 25%), yang setara dengan Rp50.000.000.
1.3. Perbandingan Pendekatan
Tradisional dan Modigliani-Miller
Perbedaan utama antara teori
tradisional dan teori Modigliani-Miller adalah bahwa teori tradisional mengakui
adanya hubungan antara struktur modal dan biaya modal, sedangkan teori
Modigliani-Miller berpendapat bahwa, dalam kondisi pasar yang sempurna, struktur
modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Namun, teori MM mengakui bahwa dalam
kenyataannya, pasar tidak sempurna dan faktor-faktor seperti pajak, biaya
kebangkrutan, dan biaya pengambilan keputusan dapat mempengaruhi keputusan
struktur modal perusahaan.
2.
Perhitungan WACC (Weighted Average Cost of Capital)
2.1. Pengertian WACC
WACC (Weighted Average Cost of
Capital) adalah rata-rata tertimbang dari biaya modal yang digunakan
perusahaan, baik itu biaya utang (cost of debt) maupun biaya ekuitas (cost of
equity). WACC mengukur seberapa banyak perusahaan harus membayar kepada
penyedia modal (baik pemegang saham maupun kreditor) untuk mendapatkan modal
yang dibutuhkan dalam membiayai asetnya.
3.
Studi Kasus - Perusahaan dengan Struktur Modal yang Efisien
3.1. Studi Kasus: Perusahaan ABC
Perusahaan ABC adalah perusahaan
manufaktur yang beroperasi di pasar domestik dan internasional. Pada awalnya,
perusahaan ini memiliki struktur modal yang sebagian besar terdiri dari
ekuitas, dengan sedikit utang. Namun, setelah melakukan analisis struktur
modal, perusahaan memutuskan untuk menambah proporsi utang dalam struktur
modalnya untuk mendapatkan manfaat dari penghematan pajak yang diperoleh dari
bunga utang (tax shield). Setelah menambah utang sebesar 30% dari total modal,
perusahaan berhasil menurunkan WACC-nya dari 12% menjadi 9%.
3.2. Keuntungan dan Risiko
Penggunaan Utang
Keuntungan:
- Penghematan Pajak (Tax Shield): Pengurangan bunga utang dari pajak.
- Biaya Modal Lebih Rendah: Biaya utang lebih rendah dibandingkan dengan biaya
ekuitas.
- Leverage:
Penggunaan utang dapat meningkatkan pengembalian bagi pemegang saham jika
perusahaan menghasilkan pengembalian lebih tinggi daripada biaya utangnya.
Risiko:
- Risiko Kebangkrutan:
Semakin banyak utang, semakin besar risiko kebangkrutan, terutama jika
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban utangnya.
- Kenaikan Biaya Ekuitas: Jika perusahaan terlalu berisiko, pemegang saham
mungkin meminta tingkat pengembalian yang lebih tinggi.
Kesimpulan
Struktur modal dan biaya modal
adalah dua konsep penting dalam manajemen keuangan yang mempengaruhi keputusan
investasi dan nilai perusahaan. Dengan memahami teori struktur modal
tradisional dan Modigliani-Miller, serta melakukan perhitungan WACC, perusahaan
dapat menentukan struktur modal yang optimal. Studi kasus menunjukkan bahwa
keputusan yang tepat dalam memilih struktur modal dapat meningkatkan efisiensi
biaya modal dan pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan.
Daftar Pustaka
1.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio
dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius.
2.
Sukirno, S. (2008). Makroekonomi:
Teori Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
3.
Modigliani, F., & Miller, M.
(1958). "The Cost of Capital, Corporation Finance and the Theory of
Investment". American Economic Review, 48(3), 261-297.
4.
Ross, S. A., Westerfield, R. W.,
& Jaffe, J. (2010). Corporate Finance: Core Principles and Applications.
McGraw-Hill/Irwin.
0 Response to "Struktur Modal dan Biaya Modal"
Posting Komentar