Keputusan Pembiayaan dan Sumber Pendanaan
Pendahuluan
Keputusan pembiayaan adalah
keputusan penting yang dihadapi oleh setiap perusahaan, baik perusahaan besar,
menengah, atau kecil. Pembiayaan yang tepat dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup dan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang. Sumber pendanaan yang
tepat harus dipilih dengan bijaksana, sesuai dengan kebutuhan perusahaan,
struktur modal yang ada, dan tujuan jangka panjangnya. Dalam topik ini, kita
akan membahas berbagai pilihan sumber dana, bagaimana keputusan pembiayaan
dibuat dalam konteks risiko, serta contoh praktis mengenai Initial Public
Offering (IPO) di Indonesia.
1. Pilihan Sumber Dana (Bank, Obligasi, Saham)
Dalam keputusan pembiayaan,
perusahaan memiliki beberapa pilihan sumber dana, yang umumnya dapat dibagi
menjadi tiga kategori utama: bank, obligasi, dan saham.
Masing-masing sumber dana memiliki kelebihan dan kekurangan yang memengaruhi
keputusan pembiayaan perusahaan.
1.1.
Pembiayaan Melalui Bank (Pinjaman Bank)
Pembiayaan melalui bank atau
pinjaman bank adalah salah satu pilihan yang paling umum. Bank memberikan
pinjaman dalam bentuk utang yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu
tertentu dengan bunga yang disepakati.
Kelebihan Pinjaman Bank:
- Kontrol penuh terhadap perusahaan: Pemilik perusahaan tidak perlu memberikan saham atau
kendali kepada pihak luar.
- Suku bunga tetap atau variabel: Perusahaan dapat memilih jenis bunga yang sesuai
dengan kemampuannya.
Kekurangan Pinjaman Bank:
- Tanggungan utang yang tinggi: Perusahaan harus membayar kembali utang dengan bunga,
yang dapat menambah beban keuangan.
- Risiko gagal bayar:
Jika perusahaan tidak dapat membayar kembali pinjaman, maka dapat berisiko
pada kebangkrutan.
Contoh Kasus: PT ABC mengajukan pinjaman bank sebesar Rp 5.000.000.000
untuk membiayai ekspansi pabriknya. Bank menyetujui pinjaman tersebut dengan
bunga 8% per tahun dan tenor 5 tahun. Dengan pinjaman ini, PT ABC dapat
melanjutkan ekspansi, tetapi juga harus menjaga arus kas untuk memastikan
pembayaran utang tepat waktu.
1.2.
Pembiayaan Melalui Obligasi
Obligasi adalah surat utang yang
diterbitkan oleh perusahaan kepada investor dengan janji untuk membayar kembali
pokok dan bunga dalam jangka waktu tertentu. Obligasi merupakan bentuk
pendanaan jangka panjang yang umumnya digunakan oleh perusahaan besar.
Kelebihan Obligasi:
- Biaya modal yang lebih rendah: Dibandingkan dengan pinjaman bank, obligasi sering
kali memiliki suku bunga yang lebih rendah.
- Fleksibilitas pembayaran: Perusahaan dapat memilih untuk menerbitkan obligasi
dengan berbagai jenis pembayaran bunga (misalnya tahunan, setengah
tahunan, atau pada akhir periode).
Kekurangan Obligasi:
- Risiko pembayaran bunga tetap: Perusahaan harus membayar bunga obligasi terlepas
dari kinerjanya, yang dapat membebani arus kas.
- Risiko gagal bayar:
Seperti halnya pinjaman bank, tidak membayar obligasi dapat menyebabkan
kebangkrutan.
Contoh Kasus: Perusahaan XYZ memutuskan untuk menerbitkan obligasi
senilai Rp 10.000.000.000 dengan bunga 7% per tahun untuk membiayai proyek
pembangunan fasilitas produksi baru. Obligasi ini memiliki tenor 7 tahun dan
membayar bunga setiap tahun. Setelah dua tahun, perusahaan berhasil
meningkatkan penjualannya dan dapat membayar kembali bunga tepat waktu,
meningkatkan reputasi perusahaan di pasar obligasi.
1.3.
Pembiayaan Melalui Saham
Pembiayaan melalui saham adalah
salah satu cara untuk mengumpulkan dana tanpa menambah utang. Dalam hal ini,
perusahaan menerbitkan saham baru untuk dijual kepada publik atau investor
institusi.
Kelebihan Saham:
- Tidak ada kewajiban pembayaran bunga: Perusahaan tidak perlu membayar bunga seperti pada
pinjaman atau obligasi.
- Tidak ada kewajiban pembayaran pokok: Saham memberi fleksibilitas karena tidak ada
kewajiban untuk membayar pokok.
Kekurangan Saham:
- Dilusi kepemilikan:
Dengan menerbitkan saham baru, perusahaan mengurangi persentase
kepemilikan yang dimiliki oleh pemegang saham lama.
- Kontrol perusahaan berkurang: Pemilik lama mungkin kehilangan sebagian kontrol atas
keputusan perusahaan.
Contoh Kasus: Perusahaan ABC, sebuah startup yang berkembang pesat,
memutuskan untuk melaksanakan IPO untuk mengumpulkan dana sebesar Rp
20.000.000.000 untuk memperluas usaha. Dengan menjual 2 juta saham kepada
publik dengan harga Rp 10.000 per saham, perusahaan mendapatkan dana yang
dibutuhkan, namun harus berbagi kontrol dengan pemegang saham baru.
2. Keputusan Pembiayaan dalam Konteks Risiko
Keputusan pembiayaan tidak hanya
melibatkan analisis terhadap sumber dana, tetapi juga pemahaman yang mendalam
mengenai risiko yang terlibat. Setiap bentuk pembiayaan memiliki tingkat risiko
yang berbeda, dan keputusan pembiayaan harus diambil dengan mempertimbangkan
tingkat risiko yang dapat diterima oleh perusahaan.
2.1.
Risiko Pembiayaan dengan Utang
Utang adalah salah satu bentuk
pembiayaan yang memiliki risiko paling tinggi. Perusahaan harus mampu membayar
kembali utang, terlepas dari kinerjanya. Jika perusahaan gagal membayar utang,
maka bisa mengarah pada kebangkrutan. Risiko pembiayaan utang ini dapat
dikendalikan dengan memperhatikan rasio utang terhadap ekuitas (Debt-to-Equity
Ratio) dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas yang cukup
untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang.
Contoh Kasus: Perusahaan XYZ memiliki utang sebesar Rp 5.000.000.000 yang
harus dibayar kembali dalam waktu lima tahun. Jika perusahaan tidak dapat
menghasilkan arus kas yang cukup, maka perusahaan berisiko mengalami kesulitan
keuangan.
2.2.
Risiko Pembiayaan dengan Saham
Pembiayaan dengan saham memiliki
risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan utang karena tidak ada kewajiban
untuk membayar kembali dana yang diperoleh. Namun, risiko terkait pembiayaan
dengan saham adalah dilusi kepemilikan dan berkurangnya kontrol
perusahaan. Ini sering menjadi pertimbangan penting bagi pendiri atau
pemegang saham utama ketika memutuskan apakah mereka akan menerbitkan saham
baru.
Contoh Kasus: Perusahaan ABC yang sebelumnya dimiliki oleh dua pendiri
dengan masing-masing 50% saham, memutuskan untuk menerbitkan saham baru untuk
mendapatkan dana yang dibutuhkan. Setelah IPO, kontrol perusahaan berkurang karena
saham baru yang diterbitkan mengurangi kepemilikan masing-masing pendiri
menjadi 30%.
2.3.
Risiko Pembiayaan dengan Obligasi
Risiko utama dalam pembiayaan dengan
obligasi adalah kewajiban pembayaran bunga. Perusahaan harus membayar
bunga kepada pemegang obligasi, bahkan jika kinerja perusahaan tidak sebagus
yang diharapkan. Pembiayaan melalui obligasi dapat menjadi lebih berisiko dalam
kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan.
Contoh Kasus: Perusahaan XYZ yang sebelumnya berhasil dengan obligasi
yang diterbitkan mengalami kesulitan ekonomi pada tahun ketiga. Pembayaran
bunga yang tinggi menjadi beban, karena arus kas dari penjualan produk mereka
menurun tajam.
3. Kasus Praktis: IPO (Initial Public Offering) di Indonesia
IPO adalah salah satu cara bagi
perusahaan untuk mengumpulkan dana dengan menawarkan saham kepada publik. Di
Indonesia, IPO telah menjadi salah satu cara yang populer bagi perusahaan untuk
memperoleh modal dari pasar saham.
3.1.
Proses IPO di Indonesia
Proses IPO di Indonesia dimulai
dengan persiapan yang matang. Perusahaan yang ingin melaksanakan IPO harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan
Bursa Efek Indonesia (BEI). Langkah-langkah yang terlibat dalam proses IPO meliputi:
- Penyusunan Prospektus:
Prospektus adalah dokumen yang berisi informasi lengkap tentang perusahaan
yang akan melakukan IPO, termasuk informasi keuangan, risiko, dan tujuan
penggunaan dana.
- Penunjukan Penjamin Emisi: Perusahaan harus menunjuk penjamin emisi yang akan
membantu dalam penawaran saham dan pemasaran IPO.
- Penentuan Harga Saham:
Harga saham ditentukan berdasarkan permintaan dan penawaran serta analisis
yang dilakukan oleh penjamin emisi.
- Pelaksanaan Penawaran Umum: Setelah harga saham ditentukan, saham ditawarkan
kepada publik melalui proses penawaran umum.
Contoh Kasus: Pada tahun 2020, PT ABC melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia dengan menawarkan 1 juta saham dengan harga Rp 5.000 per
saham. Perusahaan mengumpulkan dana sebesar Rp 5.000.000.000 dari IPO tersebut,
yang digunakan untuk ekspansi dan pengembangan produk.
Kesimpulan
Keputusan pembiayaan dan sumber
pendanaan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan perusahaan. Pemilihan
antara sumber dana melalui pinjaman bank, penerbitan obligasi, atau saham harus
dipertimbangkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan kondisi
pasar. Dalam konteks risiko, perusahaan harus selalu menilai kemampuan mereka
untuk mengelola kewajiban keuangan yang muncul dari masing-masing sumber dana.
IPO di Indonesia adalah salah satu cara yang efektif untuk mengumpulkan dana,
tetapi juga melibatkan tantangan dalam mempertahankan kontrol dan keseimbangan
antara kepemilikan dan pengumpulan dana.
Daftar
Pustaka
- Fabozzi, F. J. (2018). Financial Management and
Analysis. Wiley.
- Brealey, R. A., Myers, S. C., & Allen, F. (2019). Principles
of Corporate Finance. McGraw-Hill Education.
- Ross, S. A., Westerfield, R. W., & Jordan, B. D.
(2019). Corporate Finance: Core Principles and Applications. McGraw-Hill.
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (2022). Regulasi dan
Pedoman IPO di Indonesia. OJK.
- Damodaran, A. (2006). Valuation: Measuring and
Managing the Value of Companies. Wiley.
0 Response to "Keputusan Pembiayaan dan Sumber Pendanaan"
Posting Komentar