Sarana belajar yang memadukan teori akademis dengan pendekatan praktis dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman konseptual dan penerapannya di dunia nyata. Serta memberikan kerangka berpikir yang kuat melalui teori-teori dasar, sementara praktiknya memberikan wawasan tentang bagaimana konsep tersebut digunakan dalam konteks nyata.

Pusat Laba Dan Pengukuran Profitabilitas


 Pendahuluan

Dalam pengelolaan perusahaan modern, pusat laba merupakan salah satu elemen penting dalam penilaian kinerja dan pengambilan keputusan strategis. Pusat laba adalah unit organisasi di mana manajer bertanggung jawab atas pendapatan dan biaya yang dihasilkan. Dengan menjadikan suatu unit sebagai pusat laba, perusahaan dapat mendorong efisiensi, akuntabilitas, serta fokus pada pencapaian laba.

Topik ini akan membahas bagaimana berbagai departemen dan unit dalam perusahaan dapat berfungsi sebagai pusat laba, serta bagaimana pengukuran profitabilitas dapat dilakukan untuk menilai kinerja pusat laba. Setiap metode pengukuran akan dikupas secara mendalam, dilengkapi dengan contoh kasus, sehingga memudahkan pemahaman mengenai implementasi pusat laba dan pengukurannya dalam konteks nyata.

Pusat Laba

Departemen Pemasaran

Departemen pemasaran dapat difungsikan sebagai pusat laba dengan cara membebankan biaya produk yang dijual kepada manajer pemasaran. Hal ini melibatkan penetapan harga transfer yang disertai dengan informasi relevan untuk mencapai keseimbangan optimal antara pendapatan (revenue) dan biaya (cost).

Contoh Kasus: Sebuah perusahaan elektronik membebankan biaya produksi sebuah televisi kepada departemen pemasaran sebesar Rp3.000.000. Manajer pemasaran kemudian menjual televisi tersebut dengan harga Rp4.000.000. Dengan adanya informasi ini, manajer dapat mengatur strategi promosi untuk mencapai pendapatan optimal sambil tetap mengontrol biaya.

Departemen Produksi

Departemen produksi menjadi pusat laba dengan menetapkan harga jual tertentu untuk barang atau jasa yang diproduksi setelah dikurangi biaya pemasaran. Laba diperoleh dengan cara mengurangkan biaya produksi dari harga jual yang sudah disesuaikan.

Contoh Kasus: Sebuah pabrik sepatu menetapkan biaya produksi sepasang sepatu sebesar Rp150.000. Setelah memperhitungkan biaya pemasaran sebesar Rp50.000, sepatu tersebut dijual dengan harga Rp300.000. Laba yang dihasilkan oleh departemen produksi adalah Rp100.000 per pasang sepatu.

Unit Pendukung dan Penghasil Jasa

Beberapa unit seperti pemeliharaan, pengolahan data, transportasi, perekayasaan, konsultasi, dan pelayanan konsumen juga dapat diubah menjadi pusat laba. Unit-unit ini mengenakan harga jual tertentu kepada pemakai jasa yang mereka sediakan, sehingga tujuannya adalah menghasilkan pendapatan yang melebihi biaya atau setidaknya mencapai titik impas.

Contoh Kasus: Unit transportasi dalam sebuah perusahaan mengenakan biaya sebesar Rp500.000 untuk penggunaan armada selama satu hari. Jika biaya operasional per armada hanya Rp300.000, maka unit transportasi menghasilkan surplus pendapatan sebesar Rp200.000.

Pengukuran Profitabilitas

Pengukuran profitabilitas sangat penting untuk menilai kinerja pusat laba. Terdapat dua tipe utama pengukuran profitabilitas, yaitu ukuran kinerja manajemen dan ukuran kinerja ekonomi.

  • Ukuran Kinerja Manajemen: Fokus pada seberapa baik manajer mengelola pusat laba dalam hal perencanaan, koordinasi, dan pengendalian kegiatan.
  • Ukuran Kinerja Ekonomi: Fokus pada efisiensi pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi.

Untuk lebih memahami kedua tipe tersebut, berikut adalah beberapa ukuran profitabilitas yang digunakan:

Marjin Kontribusi

Marjin kontribusi adalah selisih antara pendapatan dan biaya variabel. Argumen utama dalam penggunaan marjin kontribusi adalah bahwa biaya tetap tidak dapat dikendalikan oleh manajer, sehingga fokus manajer seharusnya pada upaya memaksimalkan pendapatan di atas biaya variabel.

Contoh Kasus: Jika pendapatan dari penjualan suatu produk adalah Rp10.000.000, dan biaya variabelnya sebesar Rp6.000.000, maka marjin kontribusi adalah Rp4.000.000.

Laba Langsung

Laba langsung adalah jumlah yang dikontribusikan suatu pusat laba terhadap laba korporasi. Perhitungan ini melibatkan semua pendapatan dan biaya langsung yang dapat dilacak pada pusat laba, tanpa memperhitungkan biaya kantor pusat.

Contoh Kasus: Departemen produksi menghasilkan pendapatan sebesar Rp200.000.000 dengan biaya produksi langsung Rp150.000.000. Laba langsung yang dikontribusikan adalah Rp50.000.000.

Laba yang Dapat Dikendalikan

Laba ini mencakup semua pendapatan dan biaya yang dapat dipengaruhi atau dikendalikan oleh manajer pusat laba. Biaya kantor pusat dapat dimasukkan jika memang dapat dikendalikan oleh manajer.

Contoh Kasus: Jika biaya yang dapat dikendalikan manajer adalah Rp70.000.000 dari total biaya kantor pusat sebesar Rp100.000.000, maka laba yang dikendalikan mencerminkan upaya manajer dalam mengelola biaya tersebut.

Laba Sebelum Pajak Penghasilan

Dalam penghitungan ini, semua biaya overhead kantor pusat dialokasikan ke pusat laba. Meski ada kritik mengenai alokasi biaya ini, metode ini memberikan gambaran realistis mengenai kinerja pusat laba.

Contoh Kasus: Pendapatan suatu pusat laba adalah Rp500.000.000, dengan total biaya, termasuk alokasi kantor pusat, sebesar Rp400.000.000. Laba sebelum pajak penghasilan adalah Rp100.000.000.

Laba Bersih

Laba bersih mencerminkan kinerja pusat laba setelah memperhitungkan pajak penghasilan. Namun, pengaruh pajak seringkali berada di luar kendali manajer pusat laba.

Contoh Kasus: Jika laba sebelum pajak adalah Rp100.000.000 dan tarif pajak penghasilan sebesar 20%, maka laba bersih adalah Rp80.000.000.

Kesimpulan

Pusat laba memainkan peran penting dalam meningkatkan akuntabilitas dan efisiensi operasional suatu perusahaan. Dengan menetapkan departemen pemasaran, departemen produksi, dan unit pendukung sebagai pusat laba, manajemen dapat mengukur kinerja secara lebih objektif. Penggunaan berbagai ukuran profitabilitas, seperti marjin kontribusi, laba langsung, dan laba bersih, memberikan gambaran menyeluruh mengenai kinerja manajer dan unit bisnis. Pemilihan ukuran profitabilitas yang tepat bergantung pada tujuan evaluasi dan fokus pengendalian yang diinginkan perusahaan.

Daftar Pustaka

  1. Anthony, R. N., & Govindarajan, V. (2017). Management Control Systems. McGraw-Hill Education.
  2. Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2018). Cost Management: Accounting and Control. Cengage Learning.
  3. Horngren, C. T., Foster, G., & Datar, S. M. (2018). Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Pearson Education.
  4. Kaplan, R. S., & Atkinson, A. A. (2015). Advanced Management Accounting. Prentice Hall.
  5. Mulyadi. (2016). Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Salemba Empat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pusat Laba Dan Pengukuran Profitabilitas"

Posting Komentar