Sarana belajar yang memadukan teori akademis dengan pendekatan praktis dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman konseptual dan penerapannya di dunia nyata. Serta memberikan kerangka berpikir yang kuat melalui teori-teori dasar, sementara praktiknya memberikan wawasan tentang bagaimana konsep tersebut digunakan dalam konteks nyata.

Menjalankan Bisnis

 

Pendahuluan

Memulai sebuah usaha tidak selalu bergantung pada modal besar, melainkan lebih pada taktik dan strategi yang cermat. Usaha kecil dapat berkembang menjadi besar dengan pendekatan yang tepat. Salah satu metode yang disarankan adalah bottom-up marketing, karena lebih menguntungkan dibandingkan pendekatan top-down yang umumnya digunakan perusahaan besar. Sebagai pengusaha, ide dan strategi merupakan fondasi awal sebelum bisnis berkembang lebih jauh.

Konsultan bisnis dan motivator, Tung Desem Waringin, menyarankan pengusaha untuk memulai usaha dari skala kecil terlebih dahulu. Fokus awal pada usaha kecil bertujuan untuk meminimalisir risiko. Setelah usaha kecil terbukti memberikan keuntungan, pengusaha bisa mengembangkan strategi yang lebih besar untuk meningkatkan profit secara signifikan.

Dalam era persaingan bisnis yang semakin ketat dan serba canggih, penting bagi pengusaha untuk memiliki ultimate advantage. Keunggulan ini dapat berupa penawaran yang sensasional serta adanya garansi produk atau layanan. Kepercayaan konsumen akan meningkat jika produk yang ditawarkan memberikan manfaat nyata. Untuk menguji pasar, pendekatan focus group yang sering digunakan perusahaan besar dinilai kurang efektif karena tidak selalu mewakili preferensi pasar secara keseluruhan. Sebagai alternatif, produk bisa diuji terlebih dahulu di pasar skala kecil untuk mengukur keberhasilan pemasaran. Jika terbukti sukses, produk tersebut dapat diperluas ke pasar yang lebih besar.

Perencanaan Usaha

Menurut Khotimah dkk. (2002), perencanaan usaha yang baik ditandai oleh beberapa hal berikut:

  1. Bertujuan menghasilkan barang dan/atau jasa yang dibutuhkan masyarakat.
  2. Membutuhkan investasi berupa modal, tenaga kerja, manajemen, dan sumber daya lainnya.
  3. Memberikan manfaat baik bagi perusahaan maupun masyarakat selama usaha berjalan.
  4. Memerlukan biaya operasional yang harus diperhitungkan di atas biaya investasi awal.

Sementara itu, Suryana (2003) menjelaskan tiga cara yang dapat digunakan untuk memulai usaha:

A. Merintis Usaha Baru (Starting)

Merintis usaha baru berarti membangun bisnis dari nol dengan modal, ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk kepemilikan usaha baru:

  1. Perseorangan (Sole Proprietorship)
    Bentuk usaha ini dimiliki oleh satu orang pengusaha sebagai pemilik tunggal.
    • Keuntungan: Seluruh laba milik pemilik, organisasi sederhana, pengendalian penuh, dan pajak rendah.
    • Kerugian: Tanggung jawab tidak terbatas, keterbatasan modal dan keterampilan.
  2. Kemitraan (Partnership)
    Kemitraan adalah bisnis yang dimiliki dua orang atau lebih. Bentuk hukum yang umum digunakan adalah Firma atau CV.
    • Keuntungan: Modal lebih besar, kerugian ditanggung bersama, dan adanya spesialisasi peran.
    • Kerugian: Pengambilan keputusan lambat, tanggung jawab tak terbatas, dan laba harus dibagi.
  3. Korporasi (Corporation)
    Korporasi adalah perusahaan yang pemegang sahamnya memiliki tanggung jawab terbatas sesuai modal yang disetor. Bentuk hukumnya antara lain PT dan koperasi.
    • Keuntungan: Tanggung jawab terbatas, akses modal lebih luas, dan mudah untuk transfer kepemilikan saham.
    • Kerugian: Biaya organisasi tinggi, pengambilan keputusan lambat, serta pajak yang tinggi.

B. Membeli Perusahaan Orang Lain (Buying)

Membeli perusahaan yang sudah ada adalah strategi cepat memasuki dunia usaha. Zimmer (dalam Suryana, 2003) mengidentifikasi lima faktor penting sebelum membeli perusahaan:

  1. Alasan Penjualan: Pahami alasan pemilik menjual bisnisnya. Analisis tangible asset (seperti peralatan dan piutang) dan intangible asset (merek dagang, goodwill).
  2. Potensi Produk: Pelajari karakter pelanggan dan pesaing.
  3. Aspek Legal: Periksa prosedur hukum terkait pemindahan aset.
  4. Kondisi Keuangan: Analisis laporan laba rugi perusahaan selama beberapa tahun terakhir.
  5. Prospek Keuntungan: Evaluasi potensi keuntungan jangka panjang bisnis tersebut.

C. Kerja Sama Manajemen (Franchising)

Bisnis franchise adalah bentuk kerja sama antara pemilik merek (franchisor) dan pihak yang membeli hak waralaba (franchisee). Keuntungan bisnis franchise antara lain:

  1. Tidak perlu membangun merek dari awal.
  2. Dukungan pelatihan dan bimbingan dari franchisor.
  3. Sistem bisnis, pemasaran, dan promosi sudah tersedia.
  4. Bisnis yang telah dikenal lebih mudah menarik pelanggan.

Namun, keberhasilan bisnis franchise tetap bergantung pada keseriusan pemilik dalam menjalankan operasional usaha secara langsung.

Proses Kewirausahaan

Menurut Winardi (2001), proses kewirausahaan melibatkan empat fase utama:

  1. Identifikasi dan Evaluasi Peluang: Menemukan peluang bisnis yang potensial dan mengevaluasinya.
  2. Pengembangan Rencana Bisnis: Menyusun rencana yang mencakup strategi bisnis dan perencanaan operasional.
  3. Penetapan Sumber Daya: Menentukan sumber daya manusia, modal, dan teknologi yang dibutuhkan.
  4. Pelaksanaan Manajemen Usaha: Melaksanakan rencana bisnis secara efektif dan efisien.

Memilih Bentuk Kepemilikan Bisnis

Memilih bentuk usaha, seperti perseorangan, kemitraan, atau korporasi, mempengaruhi regulasi hukum, pengelolaan pajak, serta operasional bisnis di masa depan. Selain itu, kelengkapan administrasi dasar yang perlu dipersiapkan oleh pengusaha mencakup:

  • Surat Keterangan Domisili Perusahaan
  • Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
  • Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
  • Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Kesimpulan

Keputusan memulai bisnis harus didukung oleh pemahaman terhadap proses kewirausahaan, strategi pemasaran, serta pemilihan bentuk usaha yang sesuai. Penting untuk memulai bisnis dengan langkah kecil guna mengurangi risiko sambil menguji respons pasar. Dengan perencanaan matang, pengelolaan sumber daya yang tepat, serta keunggulan kompetitif, bisnis kecil dapat berkembang menjadi usaha besar yang sukses.

Daftar Pustaka

  1. Khotimah, dkk. (2002). Dasar-Dasar Manajemen Bisnis. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
  2. Suryana. (2003). Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
  3. Tung Desem Waringin. (2008). Marketing Revolution. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  4. Winardi, J. (2001). Entrepreneurship: Teori dan Aplikasi. Bandung: Penerbit Alfabeta.
  5. Zimmer, T.W. (1996). Entrepreneurship and Small Business Management. New York: Prentice Hall.

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menjalankan Bisnis"

Posting Komentar